105.
“Yo!!! Ini dia the other halfnya Wendy!!!” teriak Yerim saat melihat Irene dan Seulgi berjalan memasuki area restoran.
“Oh my god Yerim behave! Malu tau dilihat banyak orang!” gerutu Irene
“Yang bikin orang ngeliatin kita tuh bukan gue ya, salah lo sendiri dateng kesini pake dress kayak gitu!”
Irene hanya mengangkat bahunya.
Sementara itu, Seulgi yang berjalan tepat di belakang Irene langsung duduk di sebelah Sooyoung saat ia melihat bahwa dua kursi yang kosong adalah kursi yang berada di sebelah Sooyoung dan Wendy.
Saat menyadari bahwa kursi yang tersisa hanya di sebelah Wendy, Irene langsung menarik kursi yang ditempati oleh Seulgi.
“Gi, lo kok duduk situ sih? Pindah dong!”
“Nggak mau lah Ren! Kan gue yang duluan duduk sini, lagian ya itu kursi sebelah Wendy masih kosong. Lo duduk sama Wendy tuh.”
Irene yang sudah merasa sangat lelah, akhirnya memilih untuk duduk di sebelah Wendy. Namun ia menarik kursinya agar memiliki jarak yang sedikit lebih jauh dengan kursi Wendy.
Kalau Irene boleh jujur, sebenarnya ia tidak ingin datang jauh-jauh ke Lake House karena saat ini tubuhnya sudah benar-benar lelah. Ia bisa merasakan sekujur tubuhnya berteriak meminta untuk beristirahat, namun ia tidak bisa tenang jika Wendy harus menghadapi Sooyoung dan Yerim sendirian.
Walau sejujurnya, Irene sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan jika Sooyoung dan Yerim mulai bertingkah aneh.
Tanpa Irene sadari, ia melirik ke arah Wendy dan melihat piring yang terletak di depan Wendy, beef cordon bleu yang sudah Wendy makan separuh. Ia sangat lapar saat ini dan beef cordon bleu milik Wendy benar-benar menggodanya.
“Ngapain lo ngeliatin makanan gue?” tanya Wendy.
“Saya lapar wen, boleh minta nggak?”
Wendy tercengang dengan pertanyaan Irene, sama sekali tidak menyangka bahwa Irene akan berkata demikian.
“Dih, kan gue belom selesai makan kak. Lagian masa lo makan sisa gue sih? Pesen lagi aja.”
Irene menggeleng, “Saya nggak ngerasa bisa makan banyak malam ini, tapi saya lapar. Kamu pesen lagi aja ya? Saya makan punya kamu.”
“Gak ah! Gini aja deh kak, lo gue pesenin lagi aja ya? Kalo lo nggak habis, ntar kita take away aja. Tadi mereka cepet kok serve nya.”
Irene hanya mengangguk. Kemudian ia bersandar pada kursinya dan menutup kedua matanya sejenak.
“Ngobrolnya sama kita-kita juga dong! Jangan ngobrol berdua doang!!” ujar Yerim
“Emang ya kalo lagi kasmaran, dunia serasa milik berdua yang lain kontrak!” tambah Sooyoung diikuti oleh gelak tawa dari Yerim dan Seulgi.
“Joy lo sadar diri ya! Emang gue gak liat sejak Kak Seulgi dateng lo langsung gandengan, senderan ke dia ya!” serang Wendy.
Wendy sudah siap menyerang Yerim namun ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk memanggil pelayan untuk memesankan makanan milik Irene.
“Kak Seulgi, lo mau pesen apa? Biar sekalian.”
“Makanan langganan dia nggak ada di menu Wen, dia pasti langsung order sendiri ke dapur.” ujar Yerim.
“Yups, Yerim bener. Sini aku aja yang order makanannya Irene.”
“Hah? Kok gitu?” tanya Wendy saat melihat Seulgi benar-benar berjalan ke arah dapur restoran.
“Resto ini punya keluarga saya, well punya sepupu saya sih lebih tepatnya. Saya kira kamu tau.” jawab Irene.
“Oh, I see...” Wendy meneguk minumannya.
Tidak lama setelahnya, Wendy melihat Irene mengusap lengannya. Tiba-tiba ia juga mengingat bahwa Irene sempat terlihat menggigil.
Hal yang wajar mengingat Irene masih mengenakan dress dengan bahu yang terbuka miliknya itu.
“Lo kenapa nggak ganti baju lagi sih? Heran gue. Nih ganti baju lo pake ini.” ujar Wendy sembari memberikan cardigannya kepada Irene.
“Kemeja saya yang tadi pagi saya pakai ke kantor ketumpahan teh, jadi nggak saya pakai lagi. Ini beneran saya pinjam baju kamu nggak apa-apa?” tanya Irene.
“Kalo gue tawarin artinya boleh. Dress yang lo pake juga punya gue. Udah buruan ganti nih, daripada gue berubah pikiran.”