Joohyun tertawa saat ia melihat tingkah Wendy yang memberikannya tepuk tangan kecil ketika ia duduk di bangku yang berada persis di sebelah Wendy.
“Kamu ini kenapa sih hari ini? Aneh banget gak kayak biasanya.”
“Well I don't know but the pressure just so hhhhhhh you got what I mean right?”
“Nggak.” Joohyun tertawa.
“Ih! Seriously ya ini awkward banget, kayaknya gue tau deh rasanya jadi kelinci percobaan yang di dalam kandang terus diliatin sama scientist gitu.”
“You look more like a lost puppy than a rabbit sih. Well or a hamster will do too.” lagi-lagi Joohyun tertawa. Tetapi kali ini tangannya refleks menepuk kepala Wendy pelan.
Namun Joohyun cepat menarik tangannya kembali saat ia melihat Wendy mengerjapkan matanya beberapa kali. “Sorry refleks.”
Wendy yang tidak ingin suasana berubah menjadi awkward, memilih untuk tidak mempermasalahkan yang barusan. Toh ia tahu Joohyun memang tidak ada niatan buruk.
“Emang lo nggak ngerasa aneh ya? Mereka semua ngeliatin kita gini. Apa baju gue ya yang salah? Udah gue duga style lo emang patut dipertanyakan sih.” lanjut Wendy.
“They're just curious Wen. Like what I said, saya nggak pernah datang acara kayak gini sama pasangan saya. Also this is my first appearance as the boss.”
“And with your fiancée?”
“Yeah, it's also your first time appearance kan. It's gonna be fine, percaya deh. Mereka juga kalau udah bosan ya nanti gak ngeliatin kita lagi.”
“Hope so...”
“Kamu lucu ya, padahal your line of work lebih sering ketemu stranger dengan skala yang lebih besar juga.”
“Beda tau. Those people think highly of me, meanwhile these people here kayak ngejudge gue gitu.”
“Why does it matters? You are still you, Wendy Son Seungwan. Lagian harusnya kamu percaya diri aja, mereka yang harusnya takut sama kamu.”
“Eh? Why so?”
“You are the boss of their boss who always boss around their boss.”
Wendy tertawa mendengar perkataan Joohyun. As always, Joohyun dan jokesnya.
“Gue gak bossing you around ya.”
“Gak bossing around gimana? Tadi nyuruh saya pindah sini dan saya langsung pindah sini.” goda Joohyun. “Terus kamu bisa maksa saya buat nyapa semua tamu undangan yang penting cuma dalam waktu sepuluh menit. Mau contoh lainnya lagi nggak?”
“Alright, I'm bossing you around.”
Joohyun dan Wendy sama-sama tertawa saat menyadari betapa anehnya percakapan mereka. But Wendy has to admit, Joohyun does make it easier for her to stay here.
Ditengah mereka tertawa membahas topik lainnya, Yerim yang jadi one-day baby sitternya Zero, ekor mata Wendy sekilas melihat Papanya sedang berbincang dengan seorang wanita yang tidak ia sangka ada di tempat ini.
Tawanya terhenti, ekspresi wajah Wendy berubah total. Lagi-lagi Wendy merasakan sensasi dimana ia merasa pernapasannya tercekat dan jantungnya berdebar dengan cepat. Ia merasakan pusing yang tak tertahankan dan pandangan matanya perlahan menjadi kabur.
“Wen?”
Joohyun yang merasa ada hal yang janggal dengan Wendy, kemudian ikut melihat ke arah yang dituju oleh mata Wendy. Ia pun cukup terkejut saat melihat Tuan Son sedang berbincang bahkan tertawa dengan Kathrine Han. Joohyun sama sekali tidak tahu bahwa mereka saling mengenal.
Merasakan Wendy perlahan mengalami panic attack, Joohyun dengan cepat berpindah tempat menghalangi pandangan Wendy.
Joohyun mensejajarkan matanya dengan mata Wendy dan ia dapat melihat kecemasan dan kemarahan disana.
“Wen, look at me Wen. Wendy you are fine Wen, breathe slowly okay?”
Wendy mengerjapkan matanya dan berusaha untuk mengangguk pelan.
“Saya pegang kamu ya? It's only me okay? I won't do anything you don't want to. Kamu percaya saya kan?”
Wendy mengangguk lagi.
“Okay, I need you to look at me. Lihat saya aja, jangan lihat yang lain Wen. Kita pulang ya?”
“N-no.”
“Seungwan... Kamu yakin?” tanya Joohyun, pandangannya tak luput dari wajah Wendy.
Entah apa yang Wendy lihat, namun sorot matanya berubah menjadi penuh kebencian dan tiba-tiba Wendy berdiri dari kursinya. Ia berjalan dengan cepat dan penuh amarah menuju tempat dimana Kathrine dan Papanya berdiri.
Joohyun yang tidak memahami apa yang terjadi dengan Wendy juga ikut berdiri dan mengejar Wendy. Ia tahu ada sesuatu yang harus ia ketahui namun saat ini prioritasnya adalah untuk menyelamatkan Wendy.
Menyelamatkan kondisi Wendy yang sedang dilanda kepanikannya dan menyelamatkan nama baik Wendy di muka umum.
Wendy yang seperti dirasuki dan berubah menjadi sosok yang sangat berbeda. Dalam hitungan detik Wendy sudah sampai tepat di depan papanya dan Kathrine.
“I never know I have to see both of you again like this. Pertama kali gue liat lo lagi, gue gak tau kenapa gue yang harus pergi. Harusnya lo yang pergi jauh-jauh. Especially when you already have a rich husband!” ujar Wendy dengan penuh kebencian terhadap Kathrine.
Joohyun terpaku saat ia mendengar ucapan Wendy. Ia buru-buru melihat sekitar, takut jika percakapan pribadi ini terdengar orang banyak.
Fortunately, mereka berada jauh dari keramaian dan lokasi mereka berada cukup di pojok.
“Apa kurang lo dulu udah ngehancurin keluarga gue?! Pergi lo sekarang juga! Gak usah datengin bokap gue lagi! Fuck off bitch!”
“SON SEUNGWAN!” Tuan Son membentak Wendy dengan lantang. Ia cukup terkejut dengan yang dilontarkan oleh Wendy.
“Wen, it shouldn't be like this Wen.” Joohyun memasang badannya di depan Wendy saat ia merasa bahwa Wendy bisa kapan saja melompat ke arah Kathrine.
“No Hyun! You stay out of this! It's not your business!”
“It does! Everything concerning you is MY business too! Ayo Wen, kita cari tempat lain dan bicara disana. Kamu kayak gini cuma bakal memperkeruh suasana Wen.”
“Fuck you too Joohyun. I thought you are different, I thought you care about me but no you just selfi-...”
Ucapan Wendy terhenti saat ia merasakan panas di pipinya. Tuan Son baru saja menamparnya di depan umum.
“Seungwan, jaga ucapan kamu.”
Wendy tertawa pelan, “Yeah, it's always my fault right dad?”
With all the strength and dignity she has left, Wendy meninggalkan papanya dan Kathrine namun tidak sebelum ia melemparkan pandangan penuh benci sekali lagi.
Joohyun masih cukup terkejut dengan kejadian di depan matanya barusan. Ia ingin segera mengikuti Wendy namun Joohyun memilih untuk tinggal sejenak.
“Saya tahu ini urusan keluarga anda tapi tidak sepatutnya anda memperlakukan putri anda satu-satunya seperti itu. Apakah anda tahu kondisi Wendy yang sebenarnya? Saya rasa tidak. Saya sama sekali tidak menyangka bahwa nama baik anda yang saya dengar selama ini ternyata hanya sandiwara. Kali ini saya akan usir kalian berdua dengan sopan, tapi sebelum masalah ini selesai, I warn you two to never step your feet anywhere near Wendy ever again.”
Joohyun tidak menunggu tanggapan apapun dari Tuan Son maupun Kathrine. Ia segera menyusul Wendy yang sudah hilang entah kemana.
“Damn it Wen, don't do anything stupid right now please.” batin Joohyun. Matanya berusaha dengan cepat mencari sosok Wendy.
“Kak, lo nyari siapa?” tanya Yerim yang baru saja keluar dari restroom dan hampir menabrak Joohyun.
“Wendy, lo bantu gue cari Wendy sekarang!”
“Hah kemana? Ada apaan sih?”
“Yerim just-...” Joohyun tidak sempat melanjutkan ucapannya saat ia menangkap sosok Wendy yang sudah hampir mencapai lobby. Joohyun tahu jika ia tidak bisa mengejar Wendy sekarang, maka ia bisa kehilangan Wendy untuk waktu yang ia tidak tahu berapa lama dan ia tidak akan tahu kemana Wendy menghilang.
Ia harus mencegah Wendy pergi dengan menaiki layanan taksi yang disediakan oleh gedung ini.
“Just tell Seulgi and Jennie I'm leaving. Kalau gue ditanyain bokap nyokap kemana, just karang aja sesuatu yang genting. Gue harus pergi sekarang.” ujar Joohyun buru-buru.
Ia segera berlari mengejar Wendy, meninggalkan Yerim yang kebingungan.