207.
Irene masih tersenyum sumringah setelah berhasil menunjukkan surprise untuk Wendy.
Respon yang didapatkan dari Wendy benar-benar membuatnya senang. Ekspresi terkejut dan bahagia yang terpancarkan dari wajah Wendy benar-benar melekat di ingatan Irene.
Sedangkan Wendy saat ini masih sibuk dengan mainan barunya di dalam home music studio yang Irene buatkan khusus untuk Wendy. Lucunya, Irene ‘diusir’ oleh Wendy segera setelah Wendy lompat kegirangan melihat music studio hasil sulapan Irene.
“You said this is my music studio right? Nah aturannya masih sama kayak di apart ya, kamu gak boleh masuk.” ujar Wendy beberapa waktu yang lalu sembari menjulurkan lidahnya.
“Wipe that disgusting smile off your face please.” ujar Yerim bercanda saat melihat Irene keluar dari studio tersebut.
“Biarin aja yee sirik.”
Yerim hanya bisa menggelengkan kepalanya, “Bun, itu tuh kakak jijay banget ih.”
“Biarin aja Yerim, emang udah umurnya kok itu kakakmu.” jawab Nyonya Bae dari mini pantry yang terletak di dekat ruang tengah.
“I win.” ujar Irene yang diikuti dengan Yerim yang melempar bantal ke arahnya.
“Joohyun itu barusan bibi bilang kalo kamar yang sudah siap dipakai cuma ada dua, kamu tuh punya rumah kok nggak dirawat sih?” tanya Nyonya Bae yang masih sibuk membuat minuman hangat untuknya dan kedua anak perempuannya itu.
“Ya aku juga nggak tau bakal kesini? Lagian kan waktu itu juga yang nyaranin aku buat buang kasur yang lama bunda juga?”
“Ih maksud bunda tuh habis buang kasur yang lama ya kamu beli lagi lah yang baru! Masa iya ada rumah kamarnya banyak tapi kamar yang ada kasurnya cuma dua. Aneh banget deh kamu.”
“Hehe Seungwan juga bilang gitu sih.” jawab Irene. Tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Seungwan lagi~ Tiap sekali ngomong Seungwan kalo gue dapet seratus ribu, ini kayaknya gue dalam sehari udah sanggup beli kasur baru buat lo sih kak.”
“Berisik!”
“Heh kalian tuh malah ribut.” ujar Nyonya Bae. Kini ia berjalan mendatangi Irene dan Yerim yang duduk di ruang tengah. Yerim asik dengan netflixnya sementara Irene sibuk dengan iPad milik Yerim.
“Malam ini berarti bunda tidur sama Yerim aja ya? Nanti aku tidur disini atau mungkin di kamarnya Seungwan.”
“Gak boleh gue aja yang tidur sama Seungwan?” timpal Yerim.
Irene hanya memicingkan matanya ke arah Yerim.
“You want me to kiss you again?”
“Amit-amit!”
Nyonya Bae hanya bisa tertawa melihat dua anak perempuannya yang saling bersilat lidah.
Wendy membuka pintu kamarnya setelah ia pamit dengan Nyonya Bae untuk tidur lebih dulu. Ia harus menahan tawanya saat melihat Irene yang sudah tertidur di atas kasurnya dengan mulut yang sedikit menganga.
Perlahan Wendy berjalan ke arah kasur untuk melihat Irene dengan lebih jelas.
“Hyun udah bersih-bersih belum?” tanya Wendy sembari membangunkan Irene pelan.
Ia tahu betul Irene paling tidak suka tidur tanpa sikat gigi dan cuci muka terlebih dahulu dan biasanya Irene akan berganti pakaian dengan piyama atau baju tidur lainnya.
“Hmm, nanti aja. Gimme ten mins.”
“You know that your ten mins bakalan lanjut sampe besok pagi kan? Ayo bangun dulu, aku gamau ya besok pagi kamu badmood gara-gara belom ganti baju dan bersih-bersih.”
“Iya janji nggak badmood, just 10 mins okay?”
Wendy hanya berdecak pelan, ia tahu bahwa Irene hanya menjawab tanpa berpikir panjang. Karena hal ini juga yang terjadi beberapa hari yang lalu saat mereka camping.
“Pas aku selesai bersih-bersih kamu udah harus bangun ya.”
Semenjak mereka ‘pindah’ kesini, Wendy mengetahui banyak habits dan traits Irene yang tidak ia ketahui sebelumnya.
First, Irene never settles less than perfect. She’s indeed a hell perfectionist. Wendy kira saat Seulgi bilang Irene adalah orang yang perfectionist itu hanya sebatas candaan. Namun setelah merasakan firsthand sifat perfectionist Irene, Wendy tahu alasan kenapa ia bisa menjadi CEO di umur yang semuda ini. Well this is one of the reasons.
Second, Irene is hard headed. Sekali Irene sudah memutuskan sesuatu maka ia tidak mau didebat dan akan mencari segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Makanya Wendy agak heran saat Irene bilang bahwa ia mengagumi Seulgi yang pekerja keras dan tau apa yang ia mau, karena justru Wendy merasa Irene lebih keras kepala dan pekerja keras dibanding Seulgi. Well, setidaknya Seulgi masih mau berkompromi dan Irene tidak. Again, maybe one of the reasons why she’s the CEO.
Third, Irene is a clean freak and detail freak. Awalnya Wendy sempat mengira Irene mungkin saja mengidap OCD. Exhibit A, semua baju Irene ditata rapi berdasarkan warna dan jenis baju. Exhibit B, Irene benar-benar mengingat semua letak barang miliknya dengan detail. Wendy sempat kaget saat Irene menyadari bahwa Wendy meminjam sepatu kets miliknya hanya karena letak sepatu Irene yang sedikit bergeser dari posisi awal setelah Wendy mengembalikannya ke rak sepatu. Exhibit C, Irene selalu mengerjakan segala sesuatu in order yang bahkan Wendy hanya butuh 2 hari untuk hafal urutan kegiatan yang Irene lakukan.
Irene selalu bangun sebelum matahari terbit, ia akan merapikan kasurnya kemudian membuka jendela agar udara didalam ruangan berganti. Lalu Irene akan melakukan stretching setelahnya ia akan menyikat giginya dan mencuci muka. Kemudian Irene akan membuat sarapan sambil menyetel siaran berita di televisi. Tepat pukul delapan Irene sudah siap untuk bekerja dan duduk di meja kerjanya. Kebiasaan Irene di malam hari hampir sama dengan kebiasaannya di pagi hari, hanya urutannya saja yang dibalik.
Wendy kembali dari kamar mandi dan mendapati Irene masih terlelap. Ia akhirnya memutuskan untuk membangunkan Irene sekali lagi.
“Hyun ayo udah sepuluh menit.” tangan Wendy sekali lagi menggoyangkan tubuh Irene pelan.
“Hhh no…” jawab Irene. Kepalanya sengaja ia sandarkan ke arah Wendy.
Wendy menarik napas cukup dalam. Ia sering gemas kalau mood clingy-nya Irene sedang kumat. Irene bisa berubah seratus delapan puluh derajat berbeda dengan Irene yang biasanya.
“Aku penasaran deh ini orang-orang tau nggak sih kalo Irene Bae semanja ini?” tanya Wendy sembari tertawa, tangannya mengusap kepala Irene.
“No, this is reserved only for family.”
“Not even Kak Seul?”
“Not even Seulgi. Not even Taeyeon. Not even Jennie. Just my closest family.” jawab Irene masih dengan mata yang terpejam. Sesungguhnya ia justru semakin mengantuk karena gesture Wendy.
Sementara itu Wendy justru terdiam mendengar jawaban jujur yang diberikan Irene.
“I feel honored to know this side of yours.”
“And you will know a lot more.” perlahan Irene membuka kedua matanya.
“Okay-okay stop ngelus kepala saya karena yang ada saya makin ngantuk.” Ujar Irene yang masih dalam posisi tidur sembari menguap.
“I’m sorry I can’t show you another side of me, yet.” balas Wendy pelan.
“Hey what’s with the somber mood? Remember where we start? This is already a huuuuge progress.”
“But still, nggak sebanding. Like you always give me something. This impromptu getaway, the studio, the camping, and the list goes on. Meanwhile me?”
“I’m not doing all of these to pressuring you Seungwan. You start to trust me and that’s the most important thing for me. Kamu yang bilang ke saya kalau kamu gak pernah ngizinin orang untuk nyentuh kamu, but you let me to hold your hands and hug you. It's huge you know? It’s the same as letting me know you better and I always thank you for giving me a chance to know you better.” ujar Irene sembari mengelus pipi Wendy lembut.
“Thank you for staying with me and always being patient, I really appreciate it Hyun. I do.” jawab Wendy yang dengan sengaja mengecup tangan Irene yang masih mengelus pipinya.
“Maybe at first it was only you who tried to make this work but right now I’m trying too. Maybe sekarang aku belum bisa balas semua perhatian dan rasa sayang kamu ke aku but I know it’s growing.” lanjut Wendy.
Entah apa yang ada dipikirannya saat itu, Wendy mendekatkan wajahnya ke wajah Irene dan mengecup bibir Irene sekilas. “Please wait for me, maybe I’m a bit slow but I’m certain that I do care about you Bae Joohyun.”
Irene yang masih terkejut dengan tindakan Wendy hanya bisa mematung. Matanya mengerjap beberapa kali. Sedangkan Wendy justru tersenyum melihat Irene yang salah tingkah.
“Wan, that’s my first kiss.” bisik Irene tanpa ia sadari.
“Oh yeah? Then this is gonna be your second kiss.” ujar Wendy yang kemudian mencium bibir Irene sekali lagi, kini dengan waktu yang lebih lama.
Wendy menarik tubuhnya dari tubuh Irene dan ia tertawa pelan setelah melihat wajah Irene yang memerah. Irene masih belum bisa bersuara.
“Are you okay?”
“Seungwan you’ll be the death of me.”
Wendy lagi-lagi tertawa. She never knows she can reach this far with Irene.
Sementara itu Irene masih mengatur detak jantungnya yang sudah kalang kabut sejak ciuman pertama yang diberikan oleh Wendy.
“Let’s sleep like this.” ujar Wendy sembari meminta Irene untuk bergeser kemudian ia memeluk Irene dengan erat.
Irene hanya bisa mengikuti kemauan Wendy yang kini sudah memeluk dirinya dan tidur dengan posisi kepalanya berada di celah leher Irene. Tangannya secara otomatis mengelus kepala Wendy dengan lembut.
“Muka kamu kayak kepiting rebus by the way.” goda Wendy.
Sedangkan yang digoda hanya bisa tertawa. “Whose fault is that?”
Irene melonggarkan pelukannya kemudian mencari bola mata kecoklatan milik Wendy dan menatapnya lekat. Keduanya hanya melempar pandang tanpa saling mengungkapkan kata-kata.
“Maybe I love you. No, I already love you Seungwan. I just don't know since when.” batin Irene.
Kini gantian giliran Irene yang memotong jarak yang tadi ia buat dan mendaratkan kecupan di bibir Wendy. Kecupan lembut itu dibalas oleh Wendy, tangannya memegang tengkuk Irene untuk memperdalam ciuman mereka.
What was meant to be a peck turned into a full kiss. Wendy was the one who led the kiss.
Irene yang belum terbiasa harus melepas ciuman mereka lebih awal. Napasnya berderu kencang, matanya masih terpejam seakan tidak percaya. Sedangkan Wendy justru tersenyum melihat tingkah Irene.
“Reminds me to hit the gym again.” ujar Irene.
Mendengar ucapan Irene justru membuat Wendy tertawa. Out of all things that might come out after their first kiss, Irene chose to say that.
“Sure things. Anyway, Yerim kinda told me something tentang kamu dan aku setuju separuhnya.”
“Huh?” tanya Irene, matanya membulat sempurna.
“Nothing.” jawab Wendy menjulurkan lidahnya. “Now that you fully awake, cepet sana bersih-bersih biar bisa tidur enak.”
“Kiss me again please, habis itu saya langsung bersih-bersih deh. Janji.”
“No, the kiss will come AFTER you brush your teeth, wash your face, and change your clothes.”
“Pleaseeee?”
“Kalau kamu nunda-nunda, ini aku nanti malah ngantuk loh. Kalo batal ya terserah ya, tanggung sendiri.”
“Wait! Okay okay!! Jangan tidur!” Irene langsung bangkit dari posisinya dan setengah berlari ke kamar mandi.
“Dork!”
Dari dalam kamar mandi terdengar suara shower yang mengalir kencang, sepertinya Irene justru memilih untuk mandi.
Perlahan Wendy mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Ia menatap langit-langit kamarnya itu. Matanya ia pejamkan dan tangannya memegang dadanya merasakan detak jantungnya yang masih berdegup kencang.
She just kissed Irene. No, not kissed, it sounds more like a one way action. They were kissing.
Wendy melihat jam dinding yang ada di kamar itu kemudian menghitung denyut nadinya.
110bpm. Not normal. But this time is for a good reason.
“Bae Joohyun, you are the death of me too.” ujar Wendy pada dirinya sendiri.