21. Pertemuan Kedua

Tanpa basa basi Wening segera mengambil laptop dan berkas kasus Rena. Dengan sedikit berlari Wening menuju ke arah lift yang untungnya memang sedang ada yang terbuka dan akan menuju ke lantai atas.

“Sorry, sorry, sorry….” ujar Wening yang berusaha menyela antrian.

Perjalanan ke ruangan Teira berasa lebih lama dari biasanya. Wening sedikit menggigit bibirnya, agak rungsing. Sedikit kesal karena Teira mengeluarkan dia tanpa persetujuan, namun jika diingat-ingat kembali sebenarnya ini juga kesalahan dirinya.

Teira mengatakan bahwa ia akan menunggu keputusan Wening hingga hari rabu, namun Wening tidak kunjung memberikan jawaban. Cukup wajar jika Teira mengira bahwa Wening tetap dalam keputusannya untuk tidak dimasukkan ke dalam tim.

Ketika lift tersebut sudah tiba di lantai dua puluh dua, Wening kembali sedikit berlari hingga ia tiba tepat di depan pintu ruangan Teira. Ia mengatur napasnya sejenak sebelum mengetuk pintu ruangan tersebut.

Wening tidak perlu menunggu jawaban dari orang-orang yang ada di dalam sana, ia langsung membuka pintu tak lama setelah ia mengetuk dua kali.

“Sorry terlambat.” ujar Wening singkat.

Wanita berumur tiga puluh empat tahun itu kemudian mengambil posisi duduk di sebelah Ninda. Kehadirannya cukup mengagetkan Ninda dan Sashi bahkan Teira. Sedangkan Rena hanya menatap Wening datar.

“Dia jadi masuk tim ini?” tanya Rena tanpa memutus pandangan matanya dengan Wening.

Teira menatap Wening, meminta konfirmasi. Sedangkan yang ditatap justru sedang sibuk sendiri menata laptop dan berkas yang ia bawa untuk ditaruh di meja.

Selang beberapa saat kemudian, Wening menunjukkan senyuman profesionalnya yang biasa ia berikan kepada klien-kliennya dan menjulurkan tangannya kepada Rena.

“Sagala, Senior Associate.”