232.

Irene menatap langit-langit kamarnya tepat setelah ia mengirimkan pesan selamat malam untuk Wendy. Ia baru saja hendak memejamkan matanya saat ia mendengar suara alarm pintu apartemen berbunyi.

Dengan segera Irene membuka matanya dan menajamkan pendengarannya, mungkin saja ia salah dengar.

Namun ia merasa kebingungan dan sedikit panik saat ia mendengar pintu apartemen terbuka dan ada langkah kaki yang mengikuti.

“Aneh banget?” batin Irene.

Sontak Irene langsung berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya, ia menahan napas sambil mencari-cari barang yang bisa dijadikan alat pertahanan diri. Sejujurnya ia cukup merasa deg-degan karena yang ia tahu hanya Wendy, dirinya, Joy, dan Yerim yang mengetahui password apartemen ini.

Irene hampir berteriak kaget saat mendengar suara barang terjatuh. Ia kemudian memberanikan diri untuk mengintip ke arah pintu apartemen dan cukup terkejut saat menemukan Wendy tergeletak di lantai.

“Seungwan?!” Irene segera mendatangi Wendy dan berlutut di sebelah Wendy. Disana ia dapat mencium bau alkohol yang sangat keras dari sosok Wendy yang terlihat antara dalam keadaan sadar dan tidak sadar. “Wan?! Kamu mabuk?!”

Sedangkan yang diajak bicara hanya melambai-lambaikan tangannya.

“Noooopppppssss!”

“Damn you’re definitely drunk! Come on, let’s get you cleaned up.” ujar Irene sembari memapah Wendy untuk berdiri. Sementara Wendy justru tertawa pelan dan menyentuh pipi Irene dengan telunjuknya.

“Irene!”

“Yes Wendy?” jawab Irene sambil berjalan menuju kamar Wendy.

“Yooouuuu aarrr sssooo ppreettyyy!”

“Thank you I guess? You’re beautiful too Seungwan.” ujar Irene menanggapi celotehan Wendy.

Kepala Irene diselimuti banyak pertanyaan. Apakah dari tadi artinya Wendy tidak ada di apartemen? Seberapa banyak Wendy minum hingga ia mabuk seperti ini? Apa yang membuatnya sampai harus mabuk-mabukan padahal besok ia jelas-jelas memiliki jadwal shooting?

Namun dilain sisi ia berusaha untuk tetap fokus pada kondisi Wendy saat ini. Irene meletakkan Wendy dengan perlahan di atas kasurnya. Kalau saja saat ini situasinya berbeda, Irene ingin sekali mencubit pipi Wendy karena saat ini ia terlihat sangat menggemaskan dengan pipinya yang gembil dan terlihat memerah.

Setelah beberapa saat memperhatikan kondisi Wendy, akhirnya Irene cukup lega saat ia melihat Wendy sudah tertidur, dadanya naik-turun berirama.

Irene kemudian memutuskan untuk meninggalkan kamar Wendy namun bau alkohol yang ia cium sangat mengganggunya, akhirnya Irene memilih untuk mengganti baju Wendy. As much as she’s nervous because she has to take Wendy’s clothes off, she still prefers it than letting Wendy sleep while reeking of alcohol.

“It’s so easy right? Just change her clothes?” batin Irene.

But the reality is, Irene is quite struggling while changing Wendy’s outfit to her pajamas and can feel her face redden by each clothes coming off from Wendy.

“What the fuck Bae Joohyun.” gerutu Irene pada dirinya sendiri.

Setelah ia selesai mengganti pakaian Wendy, Irene memeriksa kondisi Wendy sekali lagi kemudian baru ia membawa baju kotor Wendy dan memasukkannya ke mesin cuci. Tak lupa Irene mengambil gelas yang diisi air mineral dan menyiapkan obat-obatan yang akan Wendy butuhkan esok pagi.

Kemudian Irene kembali ke kamar Wendy dan menaruh minuman serta obat yang ia siapkan di meja yang terletak di sebelah Wendy. Pandangan Irene kemudian terjatuh pada sosok Wendy yang tertidur pulas, namun terlihat jelas dahinya mengkerut seakan-akan ia sedang berpikir dalam tidurnya.

Irene berjongkok di sebelah Wendy dan membelai pelan kepala Wendy, “Why you’ve to be like this, Wan? I thought we agreed to talk over our problem?”

Irene menghela napasnya, ia cukup kecewa dengan tindakan Wendy namun ia tahu ia harus mendengarkan dahulu penjelasan Wendy. Ia baru saja berencana untuk bangkit dari posisinya saat ia mendengar Wendy menggumamkan kata-kata secara tidak jelas.

“I’m sorreey hyunniee. Ddonn’t maad at mee. Ddon’tt lleaaave. Sstaayy. I nneed you”

Wendy mengucapkan kalimat yang sama beberapa kali sebelum Irene akhirnya mengerti apa yang Wendy ucapkan. Irene’s heart is hurting with each apology Wendy said to her in this condition.

Irene kembali membelai kepala Wendy namun kini ia juga mendaratkan kecupan di kening Wendy. Tangannya menggenggam tangan Wendy dengan erat.

“Sleep Seungwan. I’m not mad at you. I'm here to stay okay? Don’t worry, I need you too, love. Let’s talk tomorrow okay?”