240.

(part 1)

Wendy cukup terkejut saat ia melihat Irene dan Jennie berada di sela-sela kamera yang sedang merekam acara show yang ia datangi hari ini namun ia tidak begitu heran mengingat latar belakang keluarga Irene. It bounds to be happen anyway, ia sempat mendengar desas-desus bahwa perusahaan Irene mungkin akan merambat ke bidang media. Belum lagi fakta that Irene holds her own shares in her entertainment, so no wonder.

Rekamannya hari ini cukup berjalan lancar bagi Wendy sudah hampir satu tahun tidak mendatangi acara-acara seperti ini, mengingat tahun lalu ia lebih banyak beristirahat dan hanya mengeluarkan beberapa single.

Wendy sempat terbata saat ia beberapa kali bertatapan mata dengan Irene, selebihnya dapat Wendy tangani dengan lancar. Jujur ia sempat penasaran juga dengan Irene dan Jennie yang terlihat berbincang serius beberapa kali dan Jennie yang terlihat sempat berbicara akrab dengan PD acara ini.

“Your schedule for today is over. Weekend ini istirahat ya, minggu depan kita mulai recording lagi.” ujar managernya memecah lamunan Wendy.

“Okay, thanks for today Sam!”

“Ya, sana pulang. Itu udah ditungguin.” ujar laki-laki yang dipanggil Sam oleh Wendy. Ibu jarinya mengarah pada Irene yang berdiri cukup jauh di belakangnya.

“She treats all the staff so well, you have to thank her.”

“Huh?”

“Itu semua makanan dan minuman yang beliin dia but using your name.”

Pantas saja dari tadi orang-orang yang bertemu dengannya selalu mengucapkan terima kasih, pikir Wendy.

“Yaudah gih pulang. Ingat ya weekend ini libur bukan buat aneh-aneh! Awas aja kalo sampe tengah malem banyak telepon masuk dari BoD dan wartawan kayak yang waktu itu.”

Wendy hanya bisa tersenyum dan membuat tanda ‘v’ dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, “Iya iya sorry. Kayaknya malem ini gue bisa selamat sampe besok pagi aja udah berkah deh.”

“Maksudnya?”

“Gapapa. Yaudah deh gue duluan ya, Joohyun udah nungguin gue. Dari tadi ngeliat kesini mulu.”

“Joohyun? Itu bukannya nama kecil dia? Emang kenal segitunya? Kaget tau tadi pagi dapet pesan dari dia! Gila aja shareholders kirim pesan langsung ke gue. Heran deh kok Jennie Kim juga disini, apa rumornya bener ya?”

“Emang apaan?”

“Makanya ikutin dong gossip internal perusahaan. Irene sekarang pemegang saham terbesar ketiga, yang pertama masih keluarganya Taeyeon. Tebak siapa yang kedua?”

“Jennie?”

“True.”

“Terus?”

“The rumor is Irene sengaja transferred her shares to Jennie to secure her a place in XBC. I mean siapa juga yang bakal jual saham pas nilainya lagi kayak sekarang? Gue rasa it’s her strategy gitu loh, kayak jaminan bahwa agensi kita bakal terus supply artisnya ke acara-acara XBC. Terus rumornya Bae Corp, well Irene, planning to buy the majority shares of XBC too. Cocok kan? Irene jadi middle-woman gitu in between.”

“Hah? Terus apa benefitnya buat Jennie deh?”

“Hih! Heran deh, masa nggak pernah denger rumor kalo Jennie itu hidden heiressnya XBC?”

“Pernah, barusan.”

“Astaga! Nih ya, the Kims as you know kan emang yang megang di entertainment industry, like Taeyeon and her family own one of the biggest agencies. Then there is the other side of the Kims yang fokus di Media. Rumornya penerus yang dipilih itu Jennie tapi ya banyak penolakan, terutama dari paman-pamannya dia. Tapi orang-orang yakin banget Jennie yang pasti naik apalagi setelah dapet backingan dari Irene.”

“Bodo amat lah, pusing gue mikir yang kayak gitu.”

“Dih, asik tau! Sumpah sih Irene business woman sejati, kalo kenal please dong sebut nama gue. Siapa tau kan gue naik pangkat, gak terus-terusan ngurus lo.”

“Sialan! Emang segitunya amat gue?”

“Iya kalo lagi gila suka nyusahin sih, selebihnya gue gak ada komplain.”

Mereka berdua tertawa mendengar jawaban yang keluar dari mulut Sam.

“But serius deh, gue akuin dia jago banget. Irene and her strategy is always risky but also tricky. Terus gue gak bayangin deh itu orang sekaya apa?”

“Kaya banget sih, sampe gue juga heran apa dia bisa beli negara ya?” batin Wendy.

“Sorry pembicaraannya dipotong sebentar” sosok Irene sudah berdiri di sebelah manager Wendy. “Wan, saya tunggu di coffee shop bawah ya sama Jennie.”

“Gak usah, ini udah selesai kok.”

“Sam duluan ya!” Wendy menepuk pundak managernya lalu berjalan ke arah Irene dan menggandeng tangan Irene erat.

Tindakannya ini sontak membuat beberapa mata tertuju ke arah mereka.

“Yakin mau gandengan sama saya disini?” tanya Irene sambil melihat tangan mereka berdua yang bertautan.

“Emang kenapa?”

“Well, Saya sih nggak ada masalah. Tapi kamu kan baru mau ngeluarin album baru? Emang mau kena gosip?”

“Kata kamu kalo ada berita jelek nanti kamu yang urus?” jawab Wendy, ia sengaja mengulang ucapan Irene beberapa minggu yang lalu.

Irene menatap Wendy untuk beberapa saat. “Kalau ini masih bagian dari usaha kamu supaya saya luluh dan gak jadi ngomel ke kamu, saya kasih tau aja ya nggak mempan.”

Wendy menggelengkan kepalanya, “No, aku udah nyiapin telinga kok.”

True to her words. Wendy memang tidak bermaksud untuk membujuk Irene, hanya saja tiba-tiba ia merasa sangat bangga dengan Irene setelah mendengar cerita singkat dari managernya itu. Ditambah fakta bahwa even in her angry mode, Irene tetap memperhatikannya.

Irene bought the staff all those foods and drinks so they will take care of her.

Another day of learning from Joohyun.

Her cool and awesome Joohyun.

Yes, her Joohyun.