240.
(part 2)
“Thanks for the dinner. Karena kamu sudah masak jadi saya yang cuci piringnya.” ujar Irene sambil mengambil piring kosong milik Wendy.
Sementara itu Wendy hanya bisa mengikuti Irene melalui pandangannya. Agak kikuk juga sebenarnya. Sepanjang perjalanan Irene tetap dalam diamnya, hanya saja kini gesture tubuhnya sudah tidak semarah tadi pagi. Itu juga karena Wendy yang memulai duluan untuk skinship, mungkin kalau ia tidak berinisiatif ya Irene masih akan bersikap dingin.
Keduanya masih tidak banyak berbicara, mostly karena Wendy juga bingung harus memulai dari mana. Sedangkan setiap ia melihat Irene, yang ia dapatkan hanya wajah datar tanpa ekspresi. Susah untuk menebak isi hati Irene.
Sementara itu, walaupun Irene memang tidak banyak berbicara dan terlihat fokus dengan aktivitasnya, sesungguhnya kepala dan hatinya sedang tidak karuan. Ia tidak tahu harus memulai dari mana.
Okay takes one to know one. Kalau Irene keras kepala, ia juga bisa keras kepala, pikir Wendy.
“Let’s do this Wan! We gotta win the war!” pikir Wendy. Ia sudah tidak sanggup bertahan dalam keheningan, she prefers Irene to be mad at her and be vocal about it.
Wendy berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Irene.
“Hyun, udah dong diemin akunya.” ujar Wendy pelan.
Sedangkan yang diajak berbicara hanya berdeham, masih fokus mencuci piring seakan-akan ia sedang melakukan pekerjaan terpenting abad ini.
Melihat respon yang diberikan Irene, Wendy kemudian berdiri tepat di sebelah Irene. Tangannya mengambil piring yang sedang Irene bilas.
“Come on Hyun, let’s talk.”
Irene masih tidak menggubris ucapan Wendy. Ia kini beralih mencuci gelas yang kotor.
“Hyun, are you seriously gonna be like this? Look, last night was totally my fault and I admit that. You say we need to talk but then you just treat me like I’m not exist?!”
Intonasi Wendy yang berubah menjadi lebih serius membuat Irene memilih untuk membilas tangannya. Ia menarik napasnya dalam-dalam.
“Okay let’s talk.” ujar Irene sambil mengeringkan tangannya.
Wendy melihat bahwa Irene menarik napasnya beberapa kali seakan-akan ia berusaha untuk meredam emosinya. Hal ini sejujurnya membuat Wendy semakin khawatir. Irene yang belum tahu bahwa semalam ia pergi minum dengan Chanyeol saja sudah seperti ini, lantas bagaimana kalau ia tahu?
Lagi-lagi keduanya hanya diam untuk beberapa saat. Irene menumpukan berat badannya pada kedua tangannya yang bertumpu pada kitchen set tempat ia mencuci piring. Ia menghela napasnya lagi.
“Hyun?”
Irene menyeka rambutnya ke belakang dengan cukup emosi.
“You know that I’m never good with words when it comes to you, so I don’t know where to start, Wan. I’ll just tell you everything that is bugging me. Kerjaan di kantor mulai bikin saya burned out, ada hal-hal yang tak terduga yang almost di luar kendali saya. I was so afraid I'd mess up. So, I thought maybe I can unwind by going on dates with you. Yes, plural. That’s why Saya kecewa dan marah saat kamu dengan gampangnya batalin rencana saya untuk berangkat bareng kamu kemarin itu. I just want to spend my time with you Seungwan. As cheesy as it sounds, I like it when I’m with you. Even ketika kamu cuma duduk diam di ruang tengah sambil gonta-ganti channel tv dan tanpa sadar you humming some songs or when I’m driving and you sing along with the song played on the radio.”
Wendy terkejut saat ia mendengar penjelasan Irene barusan. She always looks so strong and confident but to know that Irene was feeling something like this is totally not something that Wendy expects. Ia mencoba untuk menggenggam tangan Irene namun gesture itu ditolak oleh Irene.
“No, let me finish. When you touch me, I’ll completely crumble. Now you know what kind of effects you have on me right? Back to the topic, saya sadar saya terlalu kekanak-kanakan makanya saya berusaha untuk jemput kamu kemarin. Then what? Your friend joking like that in front of me, I’m so insecure Wan. Saya bertanya-tanya apakah dia serius atau benar-benar cuma bercanda? Then you unconsciously said that you have never been in a relationship for the past 5 years. It’s totally destroying my confidence.”
“I’m sorry Hyun, that's totally my fault. Aku bener-bener gak sadar aku ngomong kayak gitu but please believe me, aku nggak pernah nganggep kamu cuma sebagai my experiment. Everyone asks me if I’m serious with you and sometimes it makes me question myself too. It seems semua orang yakin banget kalo aku bakal nyakitin kamu and I’m afraid too.” ujar Wendy yang kemudian memeluk Irene erat.
Kali ini ia tidak peduli jika Irene menolak gesturenya, ia akan tetap memaksa. Wendy benar-benar tidak mau melepas pelukannya, she wants Irene to feel her sincerity through her gesture.
“Saya pathetic banget ya Wan? I’m so so insecure and for a second I was thinking if Lucas truly is your boyfriend, I’d gladly be your second person. As long as I can have you. You are just too amazing Wan, I know everyone wants you hence why I know too that you might just disappear like that and I’m afraid of it.”
“Nggak gitu Hyun, you are much more amazing than me. I hope you can see yourself through my eyes.”
Kali ini akhirnya Irene membalas pelukan Wendy dengan tidak kalah erat. Ia membenamkan kepalanya di lekukan leher Wendy. Rasanya ia ingin sekali agar waktu berhenti sehingga ia bisa menikmati waktu bersama Wendy dengan lebih lama.
Sudah sedikit lega sebenarnya karena ia akhirnya melontarkan apa yang mengganjal di pikirannya untuk beberapa hari ini. Ditambah, she feels home when Wendy hugs her like this.
“Then I hear something.” bisik Irene.
“Hmm? What was that?”
“The PD, awalnya saya cuma mau ngenalin Jennie sama PD-nya. Because it’s the basics she has to know. She was doing fine, talking like the boss that she should. Then when she asked him to take care of you, I know she was doing this on behalf of me, the PD said something that we never expected. He said in his joking tone, that of course he would take care of you. Yes, in that kind of innuendo. Kalau bukan karena Jennie, saya mungkin udah buat keributan di sana tadi.”
Wendy mengernyitkan alisnya, who the hell is the PD?
“A PD should never say something like that. He should make sure that the working environment is free of any kind of sexual harassment. I was so mad, Wan. I can’t stand to hear someone talk about you like that.
Wendy masih berusaha mengingat nama PD-nya saat ia mendengar Irene berbicara pelan pada dirinya sendiri.
“That freaking Baek Sungmin would never see the light again.”
Oh. That PD.
“Hyun, kamu nggak mikir kalo aku pernah ada sesuatu sama dia kan?”
“Emang pernah?”
“Hell no. He keeps chasing me but I always turn him down. Sumpah aku nggak pernah ada apa-apa sama dia, maybe he just wants to brag something that he will never have.”
“Mm, I believe you.” Irene mengangguk. Ia kembali mempererat pelukannya yang sedikit mengendur, ia hanya ingin menyalurkan perasaan rindunya yang terpendam sejak kemarin.
“Maaf ya Hyun, aku nggak pernah tau isi kepala dan hati kamu. Maaf juga aku kemaren egois banget mutusin sendiri untuk berangkat tanpa kamu karena aku pikir itu yang terbaik tanpa aku consider your feelings. I’m so sorry.”
“It’s okay. Forgiven. Saya juga salah karena terlalu cepat tersulut emosinya dan justru memilih untuk diam, I just don’t wanna say something that will hurt us. Tapi saya masih kecewa karena kamu milih untuk pergi diam-diam dan pulang mabuk.”
Oh no, this topic.
“Hyun, I need you to know something…..”
Mendengar suara Wendy yang seperti ini membuat Irene mendorong tubuh Wendy pelan, ia ingin melihat wajah Wendy.
“Okay, it seems you’re in trouble. What is that?”
“Janji ya jangan marah?”
Kalimat seperti itu justru membuat Irene menarik napasnya dalam, ia sudah tahu bahwa Wendy akan mengejutkannya dengan berita yang akan membuatnya marah.
“Tergantung seberapa besar damage ucapan kamu.”
“Ih jangan gitu dong, please?” ujar Wendy lagi. Ia kali ini berusaha untuk memberikan puppy eyesnya. Ia tahu kalau Irene pasti akan marah lagi, mengingat responnya yang waktu dulu di acara anniv kantornya.
“So, last night I was drinking with Chanyeol.”
Satu
Dua
Tiga
“Are you kidding me?”
“Dengerin duluuuuu! Aku nggak ada niatan sama sekali minum sama dia. Awalnya aku cuma dinner doang sendirian, but then I met him. Dia ngajak aku minum dan well old habits die hard, aku udah lama banget nggak minum Hyun, since I’m with you. Jadi aku iyain.”
“It’s not a good excuse Seungwan.”
“Aku gak ada mikir apapun Hyun, sumpah. Justru aku mikir karena dia sepupu kamu, it’s gonna be safer.”
Wendy berusaha pelan-pelan melihat ekspresi Irene.
“Mampus nih gue, apa mending tadi nggak ngomong aja ya?” batin Wendy.
Sementara itu Irene sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“I’m so mad at you right now Seungwan. Not only did you drunk because you ran away from OUR problem, but also you drunk with him.” Irene menghela napas dengan kasar.
Namun tindakan Irene selanjutnya justru tidak terduga. Wendy sudah berekspektasi akan bertengkar lagi dengan Irene tapi yang ada Irene justru memeluk dirinya dengan erat.
“If you do this one more time, saya bener-bener marah okay?”
Irene kemudian memegang wajah Wendy dengan kedua tangannya dan mencium kening Wendy untuk beberapa detik, “Enough of this fight. I prefer to spend it on something more useful and make some good memories.”
Wendy mengerjapkan matanya beberapa kali, ia sangat tidak menduga bahwa Irene akan dengan mudah set it aside. Plus, this gesture just makes her feel loved. Wendy benar-benar merasa disayang oleh Irene dan Irene sukses menunjukan padanya that love can make you be the bigger person.
Wendy kemudian menatap wajah Irene dalam-dalam dan tiba-tiba ia mendekatkan wajahnya untuk mencium Irene dengan cukup menggebu-gebu. Seakan-akan ia ingin membalas perasaan Irene tapi ia tidak tahu bagaimana cara menyalurkan itu semua.
Irene mendorong tubuh Wendy pelan. Not everything should be finished with them kissing “Wan, I’m not done talking…”
“No, we’re done.”
Lagi-lagi Wendy menyatukan bibirnya dengan bibir Irene, kali ini dengan sedikit emosi. Irene awalnya cukup terkejut namun perlahan ia mengimbangi tempo Wendy. Tanpa Wendy sadari tangannya sudah ia kalungkan di leher Irene sementara tangan Irene menarik pinggang Wendy lebih dekat.
Irene lagi-lagi mencoba untuk melepas ciumannya, “You shouldn’t go with him, especially when you have me.”
“I’ll go with you next time but now just shut up and kiss me Hyun.”
Mendengar ucapan Wendy, Irene kembali menautkan bibirnya, kali ini dengan lebih intens dan lebih menuntut. She got the permission anyway. Ia sedikit menggigit bibir Wendy membuatnya terkejut dan membuka mulutnya. She used this opportunity to enter her mouth.
Perlahan ciumannya turun dari bibir ke leher Wendy dan membuat tubuh Wendy menegang. She never let anyone touch her like this but at the same time this is Irene, the person that she trusts so much.
Wendy yang sudah terlalu terbuai dengan perasaannya tidak menyadari bahwa apa yang ia lakukan barusan justru membuat dirinya tidak nyaman. Namun Irene menyadari itu karena tanpa Wendy sadari, tangannya mulai gemetar.
“Wan, let’s stop th...” ujar Irene lagi berusaha untuk menghentikan Wendy. Ia tahu bahwa apabila ini dilanjutkan justru akan membuat jurang pemisah diantara mereka berdua karena Wendy mungkin akan menyesali ini semua.
Namun Wendy justru memaksa untuk melanjutkan kegiatan mereka, ia tidak peduli. She just wants Irene to know that she has these feelings for her that she doesn’t know how to name it. Maybe actually she knows but she is still afraid to admit it.
“No.”
“HALO RISE AND SHINE! Oh my freaking innocent eyes and mind!!”
Irene dan Wendy terkejut dengan teriakan Yerim sontak menghentikan kegiatan mereka. How come she’s here? Since when? Keduanya sama sekali tidak mendengar suara alarm pintu apartemen mereka terbuka.
“What the hell Yerim get out!” bentak Irene yang langsung dituruti oleh Yerim. Ia langsung berlari entah kemana.
Irene mengatur napasnya yang tersengal sementara itu Wendy menengadahkan kepalanya serta memejamkan matanya untuk beberapa saat. Ia masih bisa mendengar deru napas mereka berdua.
Irene yang lebih dulu berhasil menenangkan dirinya kemudian melihat ke arah Wendy dan ia harus kecewa dengan dirinya sendiri saat melihat tangan Wendy yang gemetar. If only Irene lebih tegas untuk menolak Wendy.
“Wan, sorry I don’t know what’s gotten in me.” bisik Irene, kepalanya ia sandarkan di pundak Wendy. “I’m sorry Seungwan. I’m sorry.”
Tangan Wendy yang tadi mengalung pada leher Irene kini sudah berpindah ke kepala Irene, membelai rambut Irene to let her know that this is not her fault.
“Don’t say sorry Hyun because for a second I was thinking of pushing through too.” jawab Wendy memecah keheningan.
Irene mengangkat kepalanya, ia menatap mata Wendy. Ia sangat menyesali tindakannya barusan. “No Wan, you didn’t understand. I should try harder to stop you especially when I know you’re not ready.”
Wendy menangkupkan tangannya ke muka Irene, ibu jarinya mengelus pipi Irene dengan pelan.
“It’s okay, we’re both at fault okay? It’s okay Hyun.” ujar Wendy sembari menatap mata Irene dengan lekat. Ia melihat adanya penyesalan disana.
“Please don’t be mad at yourself and then you’ll unconsciously pull yourself from me.” tambah Wendy.
“I’m sorry wan…”
“It’s okay, we need to thank Yerim for this one.” canda Wendy.
“Sure, this one we owe her. Anyway, once again I’m so sorry Seungwan.” ujar Irene, kali ini ia menarik tubuh Wendy ke dalam pelukannya dan memeluk Wendy dengan erat.
“You’re my precious, please know that I will never force you to do something that you don’t want to. I’m gonna hate myself if I ever hurt you.” bisik Irene.
“God, I love you so much Seungwan.” batin Irene sambil mengeratkan pelukannya lagi.
“I’m gonna hate myself too if I ever hurt you.” batin Wendy.
Wendy likes it, when Irene pays her attention and makes her the priority.
Wendy loves it when Irene shows her true emotion.
Wendy loves it when Irene showers her with romantic gestures.
Her Joohyun