245.

“Oh? Okay, nanti coba om cek ya Rena nya. Iya sih dia kalau lagi datang bulan gini bisa uring-uringan dan emang sering bed rest.”

Tak lama kemudian Anta melihat Rena memasuki rumah mereka dengan pinggangnya yang terbalut selimut dengan motif jerapah, gajah, dan monyet kecil. Anta harus menahan tawanya melihat kondisi putrinya yang memasuki rumah dengan ekspresi campur aduk antara kesal dan mungkin sedikit kelelahan.

“Ini orangnya baru sampai rumah. Nanti om kabarin kamu lagi ya. Okay, see you soon.”

Anta kemudian memutus sambungan teleponnya lalu berdiri menyambut Rena yang berjalan ke arah dirinya, menuju dapur.

“Lagi datang bulan kamu?”

“Iya.” dengus Rena kesal.

“Selimut Acel itu kamu bawa?”

“Bukan.”

“Aduh kalau lagi mood swing gini, papa udah angkat tangan deh. Mana Acel nggak ada lagi.” ujar Anta pada dirinya sendiri.

“Papa nggak usah cerewet aja deh mendingan. Udah cukup membantu aku biar nggak tambah moodswing.”

“Nyari apa sih kamu?” tanya Anta yang melihat Rena sibuk mencari-cari sesuatu di dalam kulkas dan lemari dapur.

“Minuman pereda nyeri haid aku. Papa liat nggak?”

“Nggak. Tau botolnya yang mana aja papa nggak tau. Kamu minta bibi beliin aja.”

Rena menghela napasnya panjang. Ia kemudian menutup pintu kulkasnya.

“Iya deh nanti aku minta bibi aja.”

“Omong-omong, terus itu selimut siapa dong? Temen kamu ada yang kemana-mana bawa selimut bayi?”

“Papa nggak usah cerewet dulu bisa nggak sih?”

Anta menaruh kedua tangannya di depan dada, mencoba menganalisa putrinya.

“Ini nih kalau udah begini moodnya tebakan papa cuma dua. Antara kamu tadi nggak sengaja ketemu Azkan atau ketemu Sagala. Tapi kamu kan hari ini tadi bilang ke papa mau pergi ketemu Sashi, jadi kemungkinan tadi kamu ketemu Sagala berarti.”

“Diem deh pa.”

“Sagala beneran udah pulang dari UK?”

“Gak tau.”

“Oh beneran Sagala.”

Rena tidak menjawab ucapan papanya lagi dan pergi meninggalkan papanya yang masih terkekeh melihat sikap putrinya.

“Kamu kemarin ketemu di mall gak sengaja terus hari ini ketemu lagi, mungkin Tuhan punya maksud sendiri lho Ren?” teriak papanya agar di dengar oleh Rena yang sudah berjalan cukup jauh.

“Berisik!”

“Jangan benci orang terlalu dalam Ren! Nanti nyesel!” lanjut Anta lagi yang tentu saja tidak digubris oleh Rena.

Anta kemudian menggelengkan kepalanya melihat sikap Rena.

“Anak itu kalau udah keras kepala, mau di omongin kayak apa juga susah. Ini lagi si Sagala kenapa juga sih harus gini.” omel Anta sembari kembali membuka ponselnya dan mengirimkan pesan singkat kepada Sagala yang tadi menelponnya.

Minuman pereda nyeri haid. Tadi Rena bilang butuh itu.