246.
Wendy bolak-balik mengubah posisi tidurnya. Tonight isn’t supposed to be like this.
Well, they just set aside their fight and they were supposed to rest but her mind couldn’t. Not when Irene slept outside and didn’t have the comfort of a bed.
Lebih parah lagi, chat Yerim kini justru membayang-bayangi pikirannya.
“Apa gue paksa aja ya tidur sini?” pikir Wendy.
Akhirnya Wendy bangkit dari kasurnya. Ia berjalan keluar kamarnya dan harus menahan untuk tidak bereaksi lebih pada saat ia melihat Irene terbalut rapih dengan selimut putih tebalnya itu, she looks like a burrito.
“Hyun…”
Yang dipanggil sama sekali tidak mendengar kalau Wendy kini berjalan ke arah sofa panjang tempat ia tidur, Irene justru kembali fokus mengubah channel tv yang daritadi pun sudah ia gonta-ganti.
Wendy tambah ingin berteriak gemas saat ia melihat Irene tiduran di sofa dengan piyama bugs bunny dan rambut yang kusut ditambah dengan kacamata bulatnya itu.
“Hyun..” panggil Wendy lagi yang kali ini sukses mendapatkan perhatian Irene.
“Seungwan? Kamu belum tidur?” tanya Irene, kepalanya mendongak ke arah Wendy. Ia sedikit terkejut melihat Wendy, yang menurutnya, tiba-tiba ada di dekatnya.
“Belom tidur malah daritadi.”
Irene mengangguk pelan, kemudian ia menaruh remote yang ia pegang. Baru saja Irene hendak bangkit dari posisi tidurnya tapi tangan Wendy buru-buru menahan pundak Irene.
“Gak usah, aku cuma mau…..” Wendy terdiam sejenak. “..... ngecek kamu aja. Nyaman nggak tidurnya.”
“Sini, feel it by yourself.” kata Irene pelan sambil bergeser, memberikan ruang agar Wendy bisa tiduran di sofa itu juga.
Wendy mengerjapkan matanya, ia berusaha memahami apakah Irene memang mengajaknya untuk merebahkan tubuhnya disana?
Sedangkan Irene kini justru menepuk lengannya pelan seakan-akan memberikan tanda bagi Wendy untuk menggunakan lengan Irene sebagai bantalan.
Akhirnya Wendy menuruti permintaan Irene dan merebahkan kepalanya di lengan Irene. Awalnya posisi Wendy menghadap ke arah Irene tapi kemudian ia mengubah posisinya berputar ke kanan sehingga ia menatap televisi dan membelakangi Irene.
“Kenapa nggak bisa tidur? Something wrong?” tanya Irene.
“Nggak, just can’t sleep.” tangan kanan Wendy menarik tangan kiri Irene, so right now Irene is half back hugging her.
Irene menaikkan alisnya, namun ia membiarkan Wendy memainkan jari-jari tangan kirinya. Ia merasa bahwa Wendy sedang dalam mood clingynya, seperti saat ‘runaway vacation' mereka di glamping site. Irene kemudian memutuskan untuk merangkul Wendy menggunakan tangan kanannya yang digunakan oleh Wendy sebagai bantalan dan menariknya agar lebih dekat dengan tubuhnya.
“Nonton apa sih dari tadi?” tanya Wendy membuka percakapan.
“Nggak tau, saya juga cuma asal-asal aja ganti channel. Paling tadi saya sempet nonton beauty pageant gitu, tapi abis itu bosen.”
“Percaya nggak Sooyoung pernah daftar kontes kayak gitu.”
“Percaya aja sih. She has the body for it and the brain, plus the wittiness too.”
“Agree.”
Wendy mengambil remote yang tadi Irene taruh dan kini justru ia yang menggonta-ganti channel tv.
“Kamu kenapa?” tanya Irene lagi.
Bukannya menjawab, Wendy justru menggeleng dan menghela napasnya. Funny how she suddenly feels sleepy. Mungkin dari awal ia hanya butuh Irene agar ia bisa tidur nyenyak.
“I see, you’re in your clingy mood huh? It’s okay, I like it, I like this.” ujar Irene diselingi tawa pelan.
“Wan.” panggil Irene.
“Hmm?”
“Jangan pernah pergi tanpa bilang ke saya kayak kemarin ya? Bisa copot jantung saya. Look, I will not ngatur-ngatur kamu. Kamu nggak butuh minta izin saya kalau mau pergi. I just need to know where you are, apakah kamu baik-baik aja atau nggak.”
Wendy mempertimbangkan permintaan Irene sejenak. “So I just need to inform you right?”
“Yes.”
“Okay.”
“Really? Segampang ini kamu nurut sama saya?” goda Irene.
Wendy menyikut perut Irene kesal. “Giliran nurut malah digodain.”
“Okay, okay I’m so sorry. Just amazed.”
“Also, masih ingat kan sama permintaan saya yang waktu itu. When you said you want to try this, us?” sambung Irene.
Wendy mengangguk, “I’m sorry. Serius kok aku nggak ada niatan untuk pergi sama Chanyeol.”
Kemudian ia terdiam lagi untuk sejenak.
“Kamu se-jealous itu kalau aku ada di deket dia?”
“Truth to be told, no. I just don't like it when you’re with someone that is not me.”
“Yee dasar sensi.”
“Okay kidding. Saya cuma nggak mau you got unnecessary haters or bad news. I always believe in you Seungwan, but not him, not anyone else, especially not those strangers.”
“I see… But, what if, ini masih if ya, what if in the future I get an offer to do some collaboration with him?” tanya Wendy. Kini tangannya hanya otomatis mengganti-ganti channel, namun pikirannya sudah terfokus pada Irene.
“If you want it then I don’t see why not? Like what I said earlier, I believe in you Seungwan. It goes the same with you and your work.”
“I missed you by the way, I missed us.” tambah Irene. Ia mempererat pelukannya.
“Mmh me too.”
“Kalau kangen saya, sini ubah lagi posisi tidur kamu. I want to see your face.”
“Nooo, muka aku udah muka bantal.”
“So? You still look beautiful anyway.”
“Astaga, lupa banget kalo mulut kamu tuh manis banget kayak gulali.”
“Saya jujur ya, also you smell good. Mandi lagi?” tanya Irene sambil menarik napasnya sehingga aroma tubuh Wendy juga ia hirup.
“Iya, well tadi aku tiba-tiba pengen mandi aja.”
“Enakan sabun kamu yang kemarin, yang ini baunya terlalu menyengat.”
Ucapan Irene membuat Wendy terkejut dan tanpa ia sadari mengubah posisi tidurnya sehingga ia kini menatap Irene.
“Kamu pake sabun aku?”
Pertanyaan Wendy membuat Irene tertawa, “Nggak lah. Mana bisa, saya aja nggak boleh masuk kamar kamu kan? I know everything about you Seungwan, well maybe not everything but soon I will know everything about you.”
Wendy memicingkan matanya, seakan ia tidak percaya Irene bisa membedakan sabun yang ia gunakan hanya dari aroma tubuhnya. Ia menatap Irene lekat-lekat, kedua bola matanya menatap lurus ke arah bola mata kecoklatan milik Irene.
Tangan kiri Irene kemudian mencubit pipi Wendy dan mengusapnya lembut tepat setelah ia cubit. “Jangan ngeliatin saya kayak gini.”
“Why?”
“It makes me want to kiss you.” ujar Irene tenang. Walaupun sesungguhnya jantungnya sudah seperti orang habis lari marathon.
Sementara itu Wendy justru mematung, so funny how suddenly she can feel the sparks on her stomach, the whole zoo on her body.
Namun gesture Wendy justru ditangkap berbeda oleh Irene.
“Seungwan, I missed you so much, that is true. But after what happened earlier, I totally understand if you…”
“Okay, kiss me.” potong Wendy.
“Huh?” Irene heran dan disaat yang bersamaan ia bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat lagi.
What happened between them before was out of lust. This one, Irene is sure out of love.
“Kiss me Hyun, I miss you too.”
“For real? Please jangan terbebani ucapan saya.”
“For real.”
Melihat keraguan dalam diri Irene, Wendy memutuskan untuk memotong jarak diantara mereka dan memejamkan kedua matanya. Jarak antara bibir mereka akhirnya benar-benar terputus ketika Wendy mengecup bibir Irene pelan. Ia hanya menempelkan bibir mereka berdua. Tangannya menarik tengkuk Irene dan mengelusnya dengan lembut.
Sementara itu Irene justru tersenyum, she truly missed her. She missed them.
Setelahnya Wendy kemudian mulai memberi lumatan-lumatan pelan pada bibir Irene yang tentu saja dibalas oleh Irene. Perlahan Irene mengubah posisi mereka sehingga kini Irene berada di atas Wendy. Ia menahan berat badannya menggunakan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menangkup wajah Wendy dan mengelus pipinya pelan. Sedangkan tangan Wendy berada di tengkuk dan pundak Irene.
Sesekali Irene melepas tautan mereka dan menjatuhkan ciuman di pipi Wendy, kemudian ia melanjutkan mencium bibir tunangannya itu, yes her fiancée. Kemudian ia lepas lagi dan jedanya ia gunakan untuk mencium kening Wendy.
Wendy tertawa dengan sikap Irene, she truly feels loved by Irene.
They love this.
Irene lalu menyudahi kegiatan mereka. Dahinya ia tempelkan dengan dahi Wendy sehingga ia bisa menatap manik mata berwarna coklat gelap milik Wendy.
“Hyun, what if I say I want to move to the next base?” tanya Wendy tiba-tiba.
“You want what?”
“Let’s move to the next base. I don’t know why but suddenly I want to try it with you.”
Wajah Irene langsung memerah. Just how come Wendy asks her something like that so easily like this?
“I think I’m ready, what happened earlier itu karena aku gak expect we gonna move that fast. But I think when I know we're gonna move this fast, I’m gonna be fine.”
“Seungwan, you know what you ask from me right?”
Wendy mengangguk lagi, “Let’s do the first and second base.”
“Seungwan, we missed each other too much. Maybe kamu mencampur adukkan itu semua? You just missed me Wan.” ujar Irene sembari menatap mata Wendy lekat-lekat. Ia mencari jawaban disana.
“No, Joohyun, please hear me out. I’ve a reason why I’m like this. I saw my dad cheating on my mom Hyun. He did the deed with another woman and 5 years old me saw that. The young me know if I ever say about it to my mom it will ruin my family so I kept silent. My decision then traumatized me so much. Only two people knows about this, you’re one of them.”
Irene mengerjapkan matanya berulang kali. Ia sama sekali tidak menyangka little Seungwan had to go through that.
“That’s the reason why I like to play in your house. Because I feel the true love there Hyun. I might forget some of the memories there but I do remember some of it too.” ujar Wendy lirih. Ia memalingkan wajahnya agar Irene tidak melihat air mata yang mulai membasahi pelupuk matanya.
“I hate it, Hyun. I hate the love itself. I can’t bring myself to do something that traumatized me. But then you’re here and show me the warmth and the love that you have for me. I’m not a fool Joohyun, I can feel it. But I don’t know if I will ever reach the same place as you. Then it makes me hate myself too.”
Irene melihat setiap sudut wajah Wendy. Ia tidak tahan melihat guratan-guratan kesedihan dalam wajah Wendy. It shouldn’t be like this. She wants to make Wendy happy, not sad.
“Seungwan, lihat saya please?” ujar Irene berusaha membuat Wendy menatapnya lagi.
“I...do….love you Seungwan and I’ve promised you I’ll be there for you in every step that you want to take to heal. So if you think that you need to do this, then I’ll do it. Let’s do it.”
Awalnya Irene hanya menempelkan bibir mereka dan memberikan kecupan-kecupan lembut. Namun perlahan ritme mereka berubah menjadi lebih cepat. She let Wendy set the pace.
Irene hanya menyeimbangi apa yang Wendy lakukan. Tangan Wendy memegang tengkuk Irene sembari jari-jemarinya bermain dengan rambut Irene.
Yang tadinya hanya ciuman lembut, sekarang berganti dengan ciuman-ciuman cepat, lebih intens, dan emosional. Mata mereka tertutup rapat, deru nafas mereka mulai tidak beraturan dan tanpa sadar tangan Irene sudah menjalar mengelus pelan bagian samping pinggang Wendy.
Saat nafas mereka mulai terengah, Irene berinisiatif untuk memberi jeda bernapas. Ia melepas ciuman mereka lalu melihat Wendy tepat di matanya sambil tangannya mengusap pipinya lembut.
“You okay? Should we continue?”
Wendy mengangguk. Ia kembali menautkan bibirnya dengan bibir Irene. Jauh lebih emosional dari sebelumnya. She knows she can trust Irene.
Irene dengan hati-hati mencari posisi paling nyaman untuk Wendy tanpa melepas tautan mereka. Kali ini Wendy hanya mengikuti apa yang Irene lakukan. Lalu perlahan Irene mengalihkan ciumannya dari bibir ke leher Wendy. Membuat tanda di sana yang membuat tangan Wendy meremas piyama yang Irene pakai.
“Ya Tuhan dosa apa sih gue?!” teriak Yerim yang langsung memejamkan matanya.
Ia benar-benar tidak menyangka akan melihat kakaknya melakukan adegan seperti itu dengan Wendy di ruang tengah seperti itu.
“Woy gue cuma haus mau ambil minum di dapur ya buset! Kenapa harus liat agenda lovey-dovey kalian sih! Get a room for heaven sake! Lo berdua diem disitu jangan gerak, gue gak kuat liat muka lo berdua.” omel Yerim. Tangannya menutup kedua matanya sebelum ia membuat sedikit celah agar ia bisa melihat keadaan.
“Asli gue tadi ngantuk parah, kenapa juga gue milih ambil minum sih?!” gerutu Yerim yang berjalan ke arah dapur masih dengan kesal.
Sementara itu Irene tertawa untuk menutupi rasa malunya, kenapa juga ia dan Wendy harus melakukan ini semua disini? Di ruangan yang jelas-jelas tidak memberikan mereka privasi.
Kenapa juga Yerim harus dua kali memergoki mereka seperti ini? What an odd.
Dilain sisi, tanpa sadar Wendy mengambil ponsel Irene yang tergeletak di meja yang ada di dekat mereka, yang ia kira adalah ponsel miliknya. Ia buru-buru memasukkan tanggal lahirnya as the passcode dan membuka aplikasi kamera di ponsel tersebut.
Ia menggunakan kamera depan ponsel Irene untuk mengecek lehernya dan harus mendecak kesal ketika ia melihat tanda yang Irene tinggalkan disana.
“Oh my gosh Hyun, why you!”
“You said we should try the next base?”
“Damn but not this! I mean….” Wendy memejamkan matanya. “Great, now I should wear a turtleneck on a broad summer day.”
“By the mid of next week juga ilang kok. I know you’re free for this weekend. Ah, also saya jadi ingat, besok ini kita pulang ke rumah keluarga saya ya? Permintaan Bunda.”
“Then it’s the more reason you shouldn’t do this!” ujar Wendy kesal.
Irene hanya tertawa dan menarik Wendy untuk lebih dekat dalam pelukannya.
“You can mark me too then, so we can get a matching hickey.”
“What the? Nope, totally not a hvs.”
“Hah? Kenapa tiba-tiba hvs?”
“Udah gak usah cerewet nanya-nanya, mendingan ayo kita tidur aja!” ujar Wendy sembari mematikan televisi dan menarik tangan Irene agar mengikutinya.
“Saya tidur di kamar kamu?”
“Iya! Ayo cepetan nanti Yerim keburu lewat lagi!”
“Kamu kenapa jadi kikuk gini sih? Malu ya?”
Wendy melotot ke arah Irene, “Kalo cerewet batal nih tidur di kamar aku.”
“Okay okay as you wish boss.” tawa Irene. Tangannya ia angkat ke atas seakan-akan ia menyerah pada keputusan Wendy.