250.

Sagala menggaruk kepalanya saat ia melihat list barang yang harus dibeli olehnya yang baru dikirimkan oleh Teira. Namun mengingat ia harus segera mencapai mall tersebut, Sagala akhirnya melajukan mobil listriknya kesana sebelum jalanan semakin padat.

Tiba di mall terdekat dari rumahnya itu, Sagala langsung menuju ke arah supermarket yang berada di lantai lower ground.

Ia memilih troli yang berukuran sedang mengingat titipan Teira cukup banyak dan ia enggan menjinjing keranjang belanjaannya nanti.

“Puffs cereal snack? Ini makanan apalagi sih?” ucap Sagala setelah membaca daftar belanjaan yang dititipkan oleh Teira.

Ia membaca papan petunjuk yang digantung di atas setiap lorong supermarket tersebut, mencari-cari letak makanan bayi. Teira tadi sudah meyakinkan dirinya bahwa supermarket tersebut memiliki semua barang-barang yang ia titipkan.

“Biscotti Chocolate? Gila Thea lo bersyukur sih lahir dari orang tua kaya raya. Dulu kayaknya gue ngemil milna doang paling maksimal.” tawa Sagala yang sedang berjongkok sembari mengambil beberapa kemasan sesuai dengan jumlah yang diminta oleh Teira.

Tepat pada saat Sagala hendak berdiri, ia merasa tubuhnya ditabrak oleh anak kecil. Dengan sigap Sagala memegang anak tersebut agar tidak terjatuh dan untungnya, anak laki-laki tersebut sempat menarik lengan Sagala.

“Eh, hati-hati…” ucap Sagala.

Mata Sagala terbelalak ketika ia melihat sosok anak kecil yang ada di hadapannya. Ia hanya bisa berharap bahwa anak laki-laki di hadapannya itu bukanlah keponakan dari Rena. Kalaupun iya, Sagala berdoa bahwa kali ini ia bertemu dengan Yona, bukan Rena.

“Kamu Acel bukan sih?” tanya Sagala yang masih berjongkok di depan Acel sembari melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari pendamping Acel.

Anggukan yang diberikan Acel membuat detak jantung Sagala semakin meningkat.

“Kamu kesini sama siapa?”

“Ante!”

“Ante?”

“Ante Rena!”

“Mampus gue.” ucap Sagala dalam hatinya.

Sagala ingin meninggalkan keponakan Rena tersebut agar tidak bertemu dengan Rena. Namun di lain sisi, sebagai seorang dewasa, ia ragu untuk meninggalkan Acel sendirian.

Sagala menggaruk pelipisnya sejenak.

Entah semesta berusaha memberikan kesempatan kepadanya untuk bertemu Rena lebih sering atau justru semesta sedang berusaha untuk menghukumnya dengan mempertemukan dirinya dan Rena berkali-kali dalam keadaan seperti ini.

Sebenarnya wajar ia bertemu dengan Rena di mall ini mengingat letak apartemen Rena yang sangat dekat dengan mall tersebut. Mall ini juga mall yang sama dimana ia dan Rena dulu tidak sengaja bertemu dan berakhir dengan menghabiskan waktu bersama.

“Sendirian aja sama Tante Rena?” tanya Sagala lagi.

Kali ini Acel menggeleng, “Ante sama temen-temennya!”

Kening Sagala mengkerut.

“Acel? Acel?!”

“Ante!”

Sagala memejamkan matanya saat mendengar suara Rena. Ia menghela napasnya panjang, menyiapkan dirinya untuk mendapatkan caci maki lagi.

“Kamu tuh ya! Udah Ante bilangin jangan lari sendirian! Kan tadi Ante lagi sama tante Sashi cariin susu kamu!” omel Rena.

“Mba, makasih ya udah jagain–....”

Ucapan Rena terhenti saat ia melihat sosok yang tadi sedang bersama keponakannya.

Sementara itu Sagala perlahan bangkit dari posisinya dan berdiri di hadapan Rena.

“Uhm, well, aku permisi dulu. Bye Acel, jangan lari-lari sendirian lagi ya.” senyum Sagala ke arah Acel yang kini berdiri memeluk kaki Rena.

Sagala cukup canggung ketika ia bertemu dengan Sashi yang berpapasan dengannya saat ia mendorong troli miliknya.

“Wen? Wow, nggak nyangka ketemu disini. Wait, lo beli biskuit bayi juga?” tanya Sashi.

“Uhm, punya Thea, Sas.”

“Kirain lo selain makan permen sekarang jadi suka biskuit bayi juga.” kekeh Sashi.

Sagala hanya mengedikkan bahunya.

“Well… gue duluan ya, masih harus ke rumah kak Tei.” ucap Sagala dengan senyum yang ia paksakan.

Sagala mengeratkan genggamannya pada gagang troli lalu mendorong trolinya menjauhi Sashi, Rena, serta Acel yang kini sudah ia punggungi.

Sashi mengangkat Acel dan menaruh bocah kecil itu di dudukan troli. “Ren, aku sama Acel nyari jajanan dia dulu deh ya biar diem dikit.”

Rena mengangguk asal, ia mengamati Sagala yang terus berjalan menjauhi posisinya. Sementara itu Sashi yang sudah mendapatkan izin dari Rena untuk pergi bersama Acel kemudian meninggalkan Rena yang masih terfokus mengamati Sagala hingga hilang terhalang rak-rak barang belanjaan.

Rena cukup terkejut ketika ia merasa bahunya ditepuk pelan.

“Lo ngeliatin siapa sih?”

Rena menggelengkan kepalanya.

“Titipan kakak gue udah semua kan ya ini? Tadi lo dapet nggak minyak zaitun titipan kakak gue?”

“Susah amat sih titipan kak Yona? Harus banget merek itu?! Dari kecil heran banget kalau udah masalah makanan tuh kak Yona cerewetnya gak ada habis.”