254.
“Yuhuuuu hellooo? Anak ayah bunda paling cantik udah sampeeee~”
Wendy tertawa mendengar teriakan Yerim saat mendorong pintu masuk rumah keluarga Bae. Sementara itu Joohyun hanya memutar bola matanya dan berjalan mengekor di belakang Yerim.
Ia melihat Nyonya Bae berjalan dari arah dapur masih lengkap dengan apronnya. Ibu dari Yerim dan Joohyun itu kemudian tersenyum dengan sangat lebar sembari melepas apron yang ia kenakan dan mendatangi ketiganya.
“Akhirnya anak Bunda satu-satunya datang juga!”
Satu-satunya?
Joohyun, Yerim, dan Wendy saling melempar pandang.
“Ih kok anak bunda satu-satunya?! Kan anak bunda ada dua? Yang nggak dianggep aku apa kakak nih? Kakak dong ya?” cecar Yerim yang sudah merepet panjang namun tidak mendapat respon apapun dari Nyonya Bae yang justru berjalan lurus ke arah Wendy.
Yerim dan Joohyun yang awalnya mengira ucapan nyonya Bae itu ditujukan untuk Joohyun, kini harus terkejut ketika nyonya Bae justru memeluk Wendy dengan erat.
“Gimana kabar kamu Seungwan? Bunda kangen banget!”
“Baik kok Bun. Aku sama Joohyun bawain Bunda cheesecake, tadi udah dititipin ke bibi buat ditaruh di kulkas dulu.”
Joohyun dan Yerim terkejut melihat interaksi tersebut. Sejak kapan mereka sedekat ini?
“Buuun! Aku kok dilewatin?!” omel Yerim
“Hush minggir, anak Bunda cuma Seungwan aja. Kalian berdua cuma chat bunda kalau ada perlu aja, beda sama Seungwan yang sering nanyain kabar bunda.”
Yerim ternganga, “Hah?!”
Sementara itu Wendy hanya bisa tertawa. Memang sejak pertemuan mereka di taman milik Joohyun di beach housenya, hubungan Wendy dan Nyonya Bae memang menjadi lebih dekat. Apalagi keduanya memiliki hobi yang sama, cooking and baking, yang membuat keduanya sering bertukar resep.
Selain itu Nyonya Bae juga sering mengobrol dengan Wendy baik melalui pesan singkat maupun telepon. Kadang hanya sekedar untuk menanyakan kabar satu sama lain, namun tidak jarang juga Nyonya Bae bertanya tentang opini Wendy dalam hal fashion. Input-input yang Wendy berikan tak jarang digunakan Nyonya Bae untuk kemajuan boutique miliknya.
Hanya saja Joohyun tidak mengetahui hal ini karena Wendy pun tidak pernah bercerita pada Joohyun.
“Well, that’s my fault. I admit ya jarang chat bunda tapikan karena aku juga sibuk?” ujar Joohyun yang berjalan mengekor di belakang Nyonya Bae, ia berusaha membela diri.
“Alasan! Ayah kamu tuh walaupun sibuk juga nggak pernah lupa nanyain kabar Bunda.”
“Wah bun, kalau itu sih beda ya. Kakak juga sih kalo sama Wendy nggak pernah lepas.” celetuk Yerim.
Joohyun hanya bisa memejamkan matanya dan mengelus dadanya.
Sementara itu Wendy justru tertawa, kemudian ia angkat suara. “Bun, bunga yang kemarin dikirim ke boutique itu Joohyun yang minta kirimin, yang buat anniversary Ayah sama Bunda itu.”
Joohyun menolehkan kepalanya dengan cepat, meminta penjelasan pada Wendy secara diam-diam.
“Ah boong lo Wen! Lo lagi belain kakak gue kan?!” potong Yerim.
“Aku emang tanya ya ke Joohyun dan dia yang milihin bunganya plus Joohyun juga yang bayar. Aku cuma mesenin aja.”
True to her word. Pada saat hari anniversary kedua orang tuanya memang Joohyun ingat Wendy bertanya bunga kesukaan Bundanya itu apa, namun ia sama sekali tidak menyangka kalau Wendy berinisiatif untuk mengirimkan bunga bagi orang tuanya itu.
But she’s not the one who paid. Or did she?
“Oh ya?” tanya Nyonya Bae
“Iya, Joohyun yang pilihin bunganya. Benerkan itu kesukaan Bunda?”
“Bener. Makanya Bunda heran kok kamu tau bunga kesukaan Bunda, pantesan aja ternyata Joohyun yang milihin.”
Yerim menoleh ke arah Wendy, seakan-akan ia terkhianati.
“Kalau gitu anak Bunda ada dua, Joohyun dan Seungwan. Yang ini nggak tau anak siapa.” goda Nyonya Bae sambil menyentil pelan dahi Yerim kemudian ia berjalan ke arah dapur.
“Ayo Seungwan kita masak.”
“Loh?! Bun!!” protes Yerim.
Wendy melihat raut kebingungan di wajah Joohyun, “Kamu ngasih aku your card Joohyun, don’t you remember?”
“Oh, right. But I was giving it to you so you can buy something for yourself? Itu pas kartu kamu error kan?”
“Well I bought the flower for your mother with your card.”
“Thank you for your thoughtfulness.” ujar Joohyun, ia mencium singkat bibir Wendy.
“Aku ke dapur dulu ya, nggak enak nanti kalau bunda kamu nunggu kelamaan.”
Joohyun mengangguk, “Saya palingan di ruang tengah atau di ruang kerja ayah. Tau kan tempatnya? Kamu masih ingat tata letak rumah saya nggak?”
“Lupa-lupa inget, but easy kan aku bisa nanya juga nanti.”
“Okay, jangan kelamaan masaknya.”
Wendy mencium pipi Joohyun kemudian ia berjalan meninggalkan Joohyun dan Yerim. Tak lama kemudian terdengar Wendy dan Nyonya Bae sudah membicarakan resep-resep masakan yang namanya pun susah diingat oleh Joohyun.
“Cewek lo sejak kapan nempel gitu sama Bunda?”
Joohyun hanya mengangkat bahunya.
“Gue aja mau tanya lo, kok bisa Seungwan deket banget sama Bunda? By the way, cie anak tiri.” goda Joohyun
“BUNDA AKU ANAK BUNDA JUGA KAN?!?!! KOK GITU SIH! BUNDAAAA!” teriak Yerim yang sudah berlari mengejar Nyonya Bae dan Wendy.