257.
Irene berjalan keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk dan mendapati Wendy yang baru berjalan masuk ke kamar miliknya
Awalnya Wendy hampir tidur di kamar tamu namun Irene memaksa agar Wendy diperbolehkan tidur di kamarnya. Itu juga harus dengan banyak syarat, salah satunya ia tidak boleh mengunci pintu kamarnya, thanks to none other than Yerim.
Irene tidak ada masalah karena ia hanya ingin memiliki lebih banyak waktu bersama Wendy mengingat di hari senin ia akan kembali bekerja dan Wendy pun mulai mempersiapkan albumnya.
“Can I get a hug?” tanya Irene mendatangi Wendy yang terduduk di ujung kasur Irene.
Fokus Wendy pada layar ponselnya terpecah, ia tidak mengira kalimat pertama yang Irene ucapkan padanya adalah sebuah permintaan simple seperti itu.
“Please?”
Wendy langsung berdiri dan melingkarkan tangannya di bahu Irene.
“I miss you.” ujar Irene
“Aku kan dari tadi juga sama kamu?”
“Well I need to share you with My dad, then My Mom, and there is Yerim.”
Ucapan Joohyun ada benarnya, siang tadi setelah mereka makan siang Irene langsung dipanggil oleh Ayahnya dan mereka berdua membicarakan beberapa hal tentang perusahaan dan update kasus penggelapan pajak yang sedang diselidiki pihak berwajib.
Kemudian saat hari mulai sore, mereka sempat menghabiskan waktu dengan menonton film hantu, courtesy of Yerim, namun tiba-tiba Ayahnya itu melontarkan pertanyaan yang cukup membuat mereka canggung.
“Kalian kapan jadinya mau nikah?”
Untungnya Irene bisa menjawab dengan lancar bahwa saat ini mereka berdua nyaman dengan status mereka dan lebih memilih untuk let it flow. Irene juga menjelaskan bahwa ia serius dengan hubungan mereka berdua sehingga Ayahnya tidak perlu khawatir. Wendy pun menambahkan bahwa mereka masih mencoba untuk mengenal satu sama lain lebih jauh lagi.
Kemudian mereka berbincang-bincang hal lain yang lebih casual.
Lalu tau-tau waktu sudah hampir masuk waktu makan malam dan lagi-lagi Wendy ‘diculik’ oleh Nyonya Bae untuk diajak masak makan malam.
“Okay I’m yours now, until tomorrow morning or until Yerim suddenly masuk kamar kamu terus ngerjain kita.” ucap Wendy diiringi dengan tawa.
Wendy kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Irene. “Let’s just cuddle on your comfy bed. I miss you too.”
Keduanya kemudian merebahkan badan mereka di kasur king size milik Irene dengan posisi Irene bersandar pada sandaran kasur dan Wendy yang menyandarkan separuh badannya pada tubuh Irene.
Tangan Irene secara otomatis merangkul Wendy dan bergerak naik-turun mengelus lengan Wendy. Sementara itu Wendy menyandarkan kepalanya pada dada Irene dan mendengarkan irama detak jantung Irene.
“Wan, saya boleh tanya sesuatu nggak?” ujar Irene tiba-tiba.
“Apa?”
“When you asked me to move to the next base, you told me the reason why you have this philophobia. Mrs. Kath, is she…..”
“Yes.”
“Kamu yakin Wan?”
“How could I forget her Joohyun?”
“I’m so sorry you’ve to go through all of that Seungwan.” ujar Irene yang diikuti dengan kecupan di puncak kepala Wendy
“How about your mother?”
“Terakhir aku ketemu dia itu seminggu setelah sidang perceraian orang tua aku. She just took all her belongings and said sorry to me. I begged her to take me with her but she said she can’t because I’m my father’s daughter.”
“Don’t you find it funny? Because as much as I’m my father’s daughter, I’m my mom’s too right? Then I moved out with my dad because I’m starting to collapse. He can’t risk it, to have an abnormal daughter, with his position in parliament.” sambung Wendy.
“Do you miss her Wan?”
Wendy menghela napasnya, jeda beberapa detik itu ia gunakan untuk memberinya waktu merangkai kata-kata.
“So much Hyun. Sometimes I’m asking myself, kalau misal waktu aku lihat what my dad did with that woman and told my mom right after, will she take me with her? Terus kalau misal aku tinggal sama mamaku, will my life changed?”
Irene menarik napasnya panjang, “Kamu tau dia dimana?”
“Nggak, aku juga nggak nyoba nyari sih. I know her family is much more powerful than my father and somehow I can feel their hatred towards me. So, i think it’s better like this. I’ve lived this way for years anyway. Kamu mau tau alasan kenapa aku milih kerjaan aku sekarang nggak?”
“Maksudnya?”
“Aku mikir seenggaknya kalau aku nggak bisa lihat mama aku, dengan aku jadi terkenal dia bisa lihat aku. I just want to let her know that I’m still alive and well. Maybe we can meet each other again when she wants it.”
Irene menengadahkan kepalanya untuk mencegah air matanya turun. Hatinya ikut merasa sakit mendengar cerita Wendy, ia sama sekali tidak menyangka bahwa dibalik sosok Wendy yang dirinya dan publik tahu terdapat cerita yang sangat memilukan.
Wendy yang tidak mendengar respon dari Irene untuk beberapa waktu kini menjadi penasaran, ia pun ikut menengadahkan kepalanya dan mendapati Irene yang masih berusaha untuk menahan tangisnya.
“Why are you crying?” tanya Wendy, tangannya menarik wajah Irene agar menatap dirinya.
“I’m so sorry I couldn’t prevent what happened to you. I’m so sorry you’ve to go through that Seungwan. No one deserves it, especially someone as young as you at that time.” jawab Irene. Air matanya mengalir pelan.
Wendy mengusap air mata Irene.
“Hyun, you were a kid too at that time. In fact, you already helped me through my rough day by letting me tag along with you and Kak Seul. It will be much more lonelier if I didn't know you. To think about it again, as weird as its sounds, you’ve saved me twice. Back then and now. So you shouldn’t say sorry to me.” ucap Wendy.
Tangan kirinya menggenggam tangan Irene dengan erat. Sementara tangan kanannya mengusap pipi Irene.
“Papa kamu kemarin telpon saya, dia mau ketemu kamu. Do you want to meet him?”
Wendy menggeleng, “No, especially when I know he is still contacting that woman.”
“Okay. I’ll tell him exactly that.”
Wendy mengangguk. Kemudian ia menyandarkan kepalanya lagi ke dada irene dan mengambil remote televisi yang tergeletak di meja dekat sisi kasurnya.
“Udah ah jangan ngomong serius gini terus, mendingan kita nonton apa gitu. You said you missed me, ini kita malah sedih-sedihan gini.”
Irene tidak menjawab ucapan Wendy namun ia hanya menunjukkan dari gesture tubuhnya. Ia memeluk Wendy dengan erat dan menempelkan pipinya di puncak kepala Wendy. Ia pun membiarkan Wendy untuk memilih film yang akan mereka tonton.
“Harry potter aja ya?”
Yang ditanya justru tertawa, “Out of semua pilihan film, saya nggak nyangka kamu milih ini.”
“Kenapa? Kamu nggak suka?”
“Bukan itu, habis tiap saya kumpul sama Seulgi, Jennie, Taeyeon, pasti juga nonton film ini. Pernah tuh marathon dari seri pertama sampai tamat, dalam satu hari.”
Wendy hanya menggumam, sejujurnya ia sendiri tidak tahu juga mau nonton film apa. Namun ia butuh pengalih perhatian.
Sampai di awal film ketiga, Wendy mulai bosan. Ia sudah tidak memperhatikan filmnya, justru ia lebih fokus bermain dengan jari-jari Irene. Sedangkan Irene yang tadi seperti enggan menonton film tersebut justru masih fokus dengan jalan ceritanya.
“Hyun.”
“Hm?”
“Let’s go swimming?”
“Hah?” Irene melihat ke arah Wendy penuh tanda tanya. “Jam segini?”
“Well, I remember it’s never a problem when we were kids?”
“That's a totally different situation and true to your words, we were KIDS. Also we never swim at 11 like this? Are you sure?”
Wendy mengangguk dengan serius. “Kalo kamu nggak mau ya nggak apa-apa juga sih.”
“Wait, wait I hear disappointment there. Kamu pengen saya temenin?”
“Iya, tapi kalau kamu males yaudah aku sendiri aja.”
“Emang kamu bawa baju renang?”
“Bawa. I know you’ve a pool. Lagian kalo aku nggak bawa kan bisa pinjem punya Yerim.” ujar Wendy yang sudah bangun dari kasur dan berjalan ke arah koper yang berisi baju gantinya selama ia menginap di rumah keluarga Bae.
Wendy kemudian masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya tanpa menunggu jawaban Irene. Sekitar 10 menit kemudian Wendy keluar dari kamar mandi kali ini dengan busana yang berbeda jauh dari yang terakhir Irene lihat.
Irene hanya bisa mengerjapkan matanya saat ia melihat Wendy menggunakan baju renang bermodel one-piece berwarna biru laut yang sangat pas di tubuhnya itu.
“You gonna swim with that?”
“No? I’m gonna cook with this.”
“Seungwan, I’m not joking.”
“Ya lagian what kind of question was that?”
Irene semakin canggung saat Wendy berjalan-jalan di kamar miliknya itu masih dengan baju renangnya.
“Aku pinjem kaos dong? Lupa bawa kaos, kamu pasti punya banyak kan?”
“L-left side. L-lemari saya yang pintu ketiga dari kiri.”
Wendy langsung mengambil kaos berwarna putih yang terletak di tumpukan paling atas. Namun tangan Irene langsung mengambil kaos tersebut dari tangan Wendy dan menukarnya dengan kaos berwarna hitam yang terletak agak di bawah tumpukan.
“Kamu kalau mau nguji saya nggak gini caranya. Tunggu disini, saya juga ikut kamu renang.”
Mendengar ucapan Irene, Wendy memilih untuk duduk di kasur mereka sembari menunggu Irene yang tak lama kemudian sudah berganti pakaian renang bermodel long-sleeved khas ala diver berwarna hitam. Sangat kontras apabila dibandingkan dengan Wendy.
“Nih pakai dulu. Nanti baru dilepas di kolam renang.” ujar Irene yang meminta Wendy untuk double pakaian renangnya dengan celana pendek miliknya.
Setelahnya ia menggandeng tangan Wendy dan berjalan keluar kamarnya.
“Kamu nggak mau renang beneran?” tanya Wendy saat ia masuk ke kolam renang.
“Nope, saya disini aja.” ujar Irene yang duduk di tangga kolam renang. Matanya memperhatikan Wendy yang sudah berenang dari ujung menuju ke ujung satunya.
Irene tersenyum ketika melihat Wendy sempat tersedak air kolam saat ia mengambil napas terlalu cepat. “Slow down love, my family owns this pool so no need to hurry.”
“Gak usah godain! Aku udah lama nggak renang!”
“Nggak ada yang godain.”
Keduanya saling tatap kemudian tertawa, entah karena apa. Tepat setelah Wendy selesai tertawa, Irene tidak bicara apa-apa namun ia langsung berenang ke arah Wendy dan Wendy yang tahu bahwa Irene sedang menuju ke arahnya memilih untuk menunggu Irene.
“Hello there.” ujar Irene yang mendekati Wendy. Sedangkan Wendy hanya menatap mata Irene.
“Why are you so nice to me?” tanya Wendy out of nowhere.
“Because I love you.” jawab Irene lalu ia mencium bibir Wendy sekilas.
Wendy tidak membalas ucapan Irene, namun ia langsung memeluk tubuh Irene dan membenamkan wajahnya di lekukan leher Irene.
“Thank you for all the things you do for me. Thank you for staying with me.” ujar Wendy pelan.
“Seungwan? Are you okay?”
“Just being emotional suddenly.”
Irene yang hendak melepas pelukan mereka ditahan oleh Wendy. “No, stay. Aku pengen peluk kamu kayak gini aja.”
Permintaan Wendy dikabulkan oleh Irene yang membiarkan Wendy mempererat pelukannya. Tangan kiri Irene merangkul bahu Wendy sementara tangan kanannya mengelus kepala Wendy.
Wendy dan Irene kembali terlarut dalam keheningan.
“I’m sorry I still can’t say it Hyun…” batin Wendy.