258.

Yesha tiba di rumah Sagala sekitar dua puluh menit kemudian bersama dengan Mahen, telat sepuluh menit dari yang dijanjikan oleh Yesha.

Setibanya Yesha di kompleks perumahan yang dihuni oleh Sagala, ia sudah bisa melihat Sagala duduk di depan pintu garasi rumahnya. Melihat hal ini Yesha segera membuka kaca jendela mobil Mahen dan menjulurkan kepalanya ke luar.

“HEHE SORRYY!” teriak Yesha.

“Tadi pas lo bilang sepuluh menit lagi tuh lo dimana?” dengus Sagala yang langsung membuka pintu penumpang ketika mobil Mahen berhenti tepat di depannya.

“Masih di tol hehe”

Mahen melirik ke arah Sagala melalui kaca spion, melihat bagaimana Sagala memutar kedua bola matanya malas setelah mendengar jawaban Yesha.

“Gue udah bilang ke Yesha supaya nggak ngeburu-buru lo tadi kak, tapi dianya aja yang emang usil.” tawa Mahen.

“Of course. Agak kurang ajar emang ini orang satu.”

“Biarin, gini-gini gue tau lo sayang gue.” balas Yesha.

“Anyway, kakak gue nitip barang buat lo. Ada di paper bag sebelah lo kak.” ujar Mahen.

Ucapan Mahen sukses menarik perhatian Sagala yang dengan segera membuka paper bag berwarna ungu tersebut.

Sagala terdiam saat melihat isi paper bag yang dititipkan kepada Mahen tersebut. Ia sangat mengenali semua barang yang ada disana.

Selimut miliknya serta dua boneka yang ia berikan kepada Rena setelah ia mendapatkannya dari claw machine di bioskop.

“Kakak mu ngasih apa sih, yang?”

“I dunno. Nggak aku buka sama sekali. Tapi kayaknya itu dari Kak Rena soalnya kemarin aku lihat kak Rena yang bawa paper bag itu.” ucap Mahen.

“Hah? Gimana?”

“Iya, kak Rena sama kak Sashi lagi nginep di rumah.”

Yesha menganggukkan kepalanya paham.

“Dikasih apa lo kak?” tanya Yesha yang kini menolehkan kepalanya ke arah Sagala.

Sagala hanya mengedikkan bahunya. Ia kemudian menutup kembali paper bag ungu tadi.

“Anyway, gimana kalau kita pindah tempat lari.” tanya Mahen sembari menatap Yesha lalu melirik ke arah Sagala melalui pantulan kaca spion.

“Kemana?” tanya Yesha.

“Monas?”

“Ah disana banyak jajanan gak?”

“Ya bisa dicari sih kalau itu. Kamu mau nggak?” tanya Mahen lagi kepada Yesha.

“Kenapa deh kok tiba-tiba pindah tempat?”

Mahen melirik ke arah Sagala beberapa kali lalu menoleh ke arah Yesha, berusaha menggelengkan kepalanya pelan untuk memberikan kode kepada kekasihnya agar tidak menanyakan keputusannya lebih jauh lagi.

Namun hal ini tidak luput dari pengamatan Sagala.

Melihat gelagat aneh dari Mahen, Ia kemudian membuka ponselnya dan mencari kontak Sashi di ponselnya.

“GBK hen. Gak usah pindah. Kalau perlu kita puterin itu Stadion Utama seribu kali.” ucap Sagala sembari menatap layar ponselnya.