312.
Sagala kembali mengambil beberapa foto Rena sebelum ia memutuskan untuk mendatanginya. Akan tetapi suara Acel sudah lebih dulu menarik perhatian Sagala. Ia pun memutar langkahnya mendatangi Acel yang nampaknya kini sedang asik menerangkan berbagai jenis dinosaurus pada teman barunya yang ia temui di toko mainan tersebut.
“Aku punya yang ini!” ucap Acel bersemangat.
“Aku punya yang kecil aja.”
“Kenapa kecil? Kan t-rex gede?”
“Kata papa beli yang kecil dulu.”
Sagala membenarkan posisi tas yang ada dibahunya yang sempat terjatuh sembari tersenyum melihat interaksi Acel dengan seorang anak perempuan seumuran Acel.
Sayangnya pemandangan di depannya itu segera usai karena Acel sudah berlari lagi entah kemana.
“Wening?”
Sagala menoleh saat mendengar suara pria yang cukup ia kenali. Namun keterkejutannya tidak berhenti disana saat ia melihat anak perempuan yang tadinya bersama Acel kini berlari ke arah pria yang sudah dipanggil papa olehnya.
“Loh? Wening?”
“Apa papaaa!”
Sagala tertawa kikuk.
“Eh, halo Richard…..” sapa Sagala.
“Nggak nyangka banget ketemu disini…… Bukannya kamu lagi studi di luar ya? Aku lihat dari instagram kamu.”
“Iya, lagi balik aja bentar. Summer break.”
“Te Aga! Anteee! Sini! Sini! Acel punya temen baru!”
Percakapan antara Sagala dan Richard terhenti sejenak saat Acel menarik Rena mendatangi keduanya. Rena sendiri terlihat cukup bingung dengan sikap Acel namun saat ia melihat sosok laki-laki yang ada di hadapannya, Rena tertegun.
Ia mengenali laki-laki itu.
Richard mengangguk ramah dan tersenyum ke arah Rena. Membuat Rena pun mau tidak mau turut mengangguk membalas sapaan tersebut.
“Halo, Richard.” ucap Richard sembari menjulurkan tangannya ke arah Rena.
“Rena.”
“Yeah, I know.” tawa Richard. “Kita ketemu di ruang sidang, remember?”
Tentu saja Rena ingat.
Hakim yang ia lihat hampir setiap minggu sepanjang kasus perceraiannya.
“Oh ya, kenalin, ini anak aku namanya Wening.”
Lagi-lagi Rena terkejut saat mendengar ucapan pria itu.
“Halo Wening! Aku juga Wening lho!” balas Sagala yang mencubit pelan pipi anak perempuan tadi.
“Well, she named after you after all.”
“Tck… malah dibahas. Diem aja mendingan tuh.”
Richard tertawa mendengar ucapan Sagala. Wanita dihadapannya ini masih sama seperti ingatannya. Namun Richard melihat tatapan kebingungan di wajah Rena dan entah mengapa ia justru membahas hal ini lebih jauh di depan Rena.
“She’s my ex. If you are wondering.”
“Gue nggak pernah ngitung lo jadi mantan!” tawa Sagala.
“Yeah, you should not. Apalagi setelah yang aku lakuin. But I will forever count you as my best what if.”
“Richard udah deh ah…..Jangan ngaco.”
Richard kembali tertawa, “Gue udah punya Wening juga, Wen.”
“Iya! Sama istri lo, kalau lo lupa.”
“Well that one…. Dia meninggal pas Wening lahir.”
Seketika ketiga orang dewasa itu terdiam. Terutama Sagala dan Rena, dengan alasan yang berbeda.
“Ah, sorry…. Nggak ada maksud apa-apa. Jangan salah paham ya, Rena. Aku dan Wening udah nggak ada apa-apa kok. We’re good, right?” tanya Richard ke arah Sagala yang dibalas anggukan oleh Sagala.
“She’s a good catch, Ren-....Aww! Wening sakit!” pekik Richard saat Sagala menendang kakinya dengan kencang.
“Udah mending kamu pergi deh sana-sana. Kasian Wening nih ah! Pergi-pergi! Hus hus!” usir Sagala sembari mendorong-dorong Richard untuk menjauhi dirinya dan Rena.
Sementara itu Richard hanya tertawa melihat kelakuan mantan kekasihnya itu.
“She helps you Rena!”
“Richard!” omel Sagala sembari mendorong Richard lebih jauh.
“Kalau mau minta nomor aku, kamu bisa hubungin Yesha!” teriak Richard lagi.