317.

Satu minggu.

Akhirnya orang-orang menyerah setelah tujuh hari mereka tidak mendapatkan hasil apapun.

Berat bagi semua orang, namun nalar mereka pun tau kalau sosok yang dinanti tidak akan kembali.

Langkah kaki yang berat perlahan berjalan memasuki rumah yang sudah kehilangan pemiliknya itu.

Seulgi langsung berkendara kesini setelah upacara selesai, cukup melelahkan apalagi ia tidak hanya disibukkan dengan upacara tadi namun ia juga masih harus mengurus perusahaan.

Namun bagaimana pun juga pesan terakhirnya adalah ”Gue titip Seungwan ya Gi”

So Seulgi just wants to fulfill her promise.

Wendy adalah satu-satunya sosok yang tidak menghadiri upacara tadi. Awalnya keluarga Bae sempat khawatir, bahkan Taeyeon sampai menyuruh managernya Wendy untuk mencari Wendy karena ia tidak bisa ditemukan dimanapun juga.

Namun tak lama setelah upacara tersebut selesai, ia mendapatkan pesan singkat dari Wendy yang mengabarkan bahwa dirinya ada di beach house.

“Wen?”

“Studio!”

Seulgi berjalan ke arah datangnya suara dan mendapati Wendy sedang sibuk dengan music sheet yang bertebaran.

“Dapet ide?” tanya Seulgi.

Jika Wendy memang ingin bertindak normal seolah-olah tidak ada yang terjadi, maka Seulgi akan mengikutinya. Ia tahu setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menghadapi ini semua.

“Not really. Kepala gue kayak kosong kak and I hate it.”

“I see…. Gue boleh masuk nggak??” tanya Seulgi dari ambang pintu.

“I don’t see why not? Pintu udah kebuka dan lo juga udah sampe situ.”

“Well Irene bilang lo nggak suka kalo ada yang masuk studio lo tanpa izin.”

Keduanya terdiam tepat setelah Seulgi selesai berbicara.

Disatu sisi Seulgi menyumpahi dirinya sendiri yang kelepasan.

Disisi lain, Wendy merasa lebih nyaman saat Seulgi bertindak normal seperti ini.

“Yeah, she’s right tapi gue kan ngasih izin ke lo sekarang?”

“I see, gue masuk ya? Anyway, gue cuma mau liat lo aja. Habis ini gue harus balik lagi.”

“It’s okay. Lo harus kerja kan besok? Salam buat Kak Jennie, I’ll visit you two at the office with my lunch box soon.”

“Sure, anyway Wen.”

“Hm?”

“Gue nemu ini tadi, belum gue buka, tapi itu tulisannya ada nama lo so I’m sure it’s belong to you.” ujar Seulgi menyerahkan secarik kertas yang ia temukan kemarin, lebih tepatnya.

Surat itu ia temukan di laci meja kerja milik Irene yang ada di kantor.

Perlahan tangan Wendy mengambil surat tersebut. Surat yang lebih terasa seperti kotak pandora namun ia tetap ingin membacanya, apalagi kalau surat itu memang ditujukan untuknya.

Matanya membaca baris demi baris kalimat yang ada disana. Tulisan tangan Irene yang sangat ia kenal.

Sementara itu Seulgi mengambil beberapa langkah ke belakang, ia ingin memberi ruang bagi Wendy untuk membaca surat tersebut.

Namun tak lama setelah Wendy mulai membaca surat tersebut, ia melihat tubuh Wendy bergetar hebat.

Tangis yang sudah ia tahan selama berhari-hari akhirnya pecah juga.

another words left unsaid.

but the resonance is louder than anything.


”Hi Seungwan.

Saya nulis ini karena saya jujur udah bingung mau gimana caranya ngomong sama kamu. Tapi Minjeong kasih saya ide, katanya suruh pakai surat. Kata Minjeong mungkin kamu lagi bosen liat muka saya. Make sense.

Anyway, saya nggak mau lama-lama di rumah. Saya masih keinget yang kemarin and I still remember how afraid I was. Jangan pernah kayak gitu lagi ya Seungwan, I beg you.

Anyway (lagi), boleh ya saya sebut apartemen kamu sebagai rumah? Because it is, for the time being i live there with you. It's my home too.

Saya tadi pagi ngobrol sama Ojé dan obrolan itu buat saya mikir, kayaknya kita butuh waktu untuk cooling down. Then Seulgi told me, saya harus ke Jepang, wow what an opportunity. So I take it, also because I have to.

The talk also makes me realized, Ojé knows you better than I am. Yeah, I'm jealous. I want to know you as better as Ojé does. Tapi saya tiba-tiba juga sadar, kamu nggak pernah izinin saya untuk masuk ke dunia kamu meanwhile Ojé already on it or maybe she was your world, I don't know.

Even when I made you one, you still never let me in. You know what I mean right? hehe yes your studio. There is a reason why saya suka banget lihat kamu masak, it's one of the time saya bisa liat kamu in your element other than when you are in your studio.

Saya nggak pernah ada di dunia kamu Seungwan but that's okay. I'll try harder. Saya juga udah janji kan kalau saya nggak akan pernah maksa kamu? I still stand by my words. So yes, I will try harder.

Saya boleh jujur nggak? When I heard Ojé's story about you and her, it hurts me a lot. Bukan karena kamu dan Ojé pernah ada cerita, tapi karena kamu nggak bisa jujur sama saya. Then I realized again, maybe you haven't trust me, so I need to gain your trust. Tell me how Seungwan, because I want to try.

Wait, Minjeong ngintip ke dalam ruangan saya. Oh dia ngingetin flight saya tinggal tiga jam lagi.

Oh ya, saya mau minta maaf. Ada satu janji yang nggak bisa saya tepatin ke kamu. I fell for you Seungwan, head first.

Yes, I'm head over heels for you Seungwan but I guess everyone knows it, except you.

Maaf ya, janji saya yang waktu itu, di ruangan ini, gak bisa saya tepatin ke kamu. By the way, kamu belum kirim review perjanjiannya ke saya dan saya harap kamu nggak akan pernah kirim perjanjian itu ke saya.hehe.

Anyway, this letter will end here. Minjeong udah cerewet ke saya supaya cepet-cepet ke bandara.

Sore ini flight saya ke Jepang. Semoga pas saya pulang, kamu udah mau ketemu saya ya? Kalau belum, nanti saya suruh Minjeong kirim surat ini ke kamu.”

I love you Seungwan, always.

-Joohyun-