322.
Setibanya Sagala di rumah Sashi, ia memarkirkan mobilnya di depan rumah berpagar hitam itu. Disana ia dapat melihat sebuah mobil SUV berwarna putih serta sedan berwarna silver terparkir di carport rumah Sashi.
Sagala mengenali mobil SUV milik Sashi, namun tidak dengan mobil sedan silver yang bertengger manis tepat di sebelah mobil Sashi.
“Sashi gue tinggal kuliah bentar doang udah beli mobil mewah lagi aja.” ucap Sagala pada dirinya sendiri.
Setelahnya Sagala melenggang memasuki halaman rumah tempatnya dahulu sering menginap disana. Ia menekan bel rumah Sashi berkali-kali, tidak cukup sabar untuk menunggu kehadiran temannya.
“Woy buka woy!! Kan tadi udah gue chat!! Segala pake dikunci sih Sas?!”
Betapa terkejutnya Sagala ketika ia mendapati sosok Selene yang membuka pintu rumah Sashi dengan tatapan tajam tidak bersahabat. Namun lebih dari itu, mulut Sagala ternganga ketika ia melihat Selene mengenakan jersey basket yang sering kali digunakan oleh Sashi, yang bahkan ia saja tidak pernah diizinkan untuk menggunakannya.
“Siapa babe?!” teriak Sashi dari dalam rumah.
“BABE?! WOY SASHI!”
Tanpa menghiraukan Selene, Sagala langsung menerobos rumah sahabatnya itu.
Wanita berambut sebahu itu langsung berjalan ke arah datangnya suara dan lagi-lagi ia dikejutkan oleh Sashi yang masih mengenakan bathrobe yang baru saja keluar dari pintu kamar utama.
Mata Sagala melirik ke arah kamar Sashi.
Tanpa perlu diperjelas secara verbal pun Sagala dapat menebak apa yang terjadi di dalam sana sebelum ia datang.
“WHAT THE FUCK, SAS?!”
“Apa sih Wen?! Lo dari kemaren kerjaannya ngamuk ke gue mulu?!”
“Rena udah percaya lo, Sas?! Lo gak inget dia cerai karena apa?! Gue udah mau ngerelain Rena buat lo! Terus lo kayak gini?! Selingkuh sama sahabatnya Rena sendiri?!”
“HAH?! Lo ngomong apa sih Wen?! Gue selingkuh sama siapa! Selene cewek gue! Selingkuh darimananya!”
Mata Sagala mengerjap berkali-kali.
“What?”
“Lo ngomong apa sih? Udah dramanya?” tanya Selene yang mengamati keduanya sedari tadi.
“Wait-wait….” tangan kiri Sagala terangkat untuk menghentikan Sashi berjalan ke arah Selene.
“Lo berdua pacaran?”
Sashi memutar kedua bola matanya malas. “Ya menurut lo deh.”
“Anjing Sashi jawab serius dong! Gue baru mental breakdown semalem!”
“Kalau iya lo mau apa?” tanya Selene menimpali.
“Terus Rena? Bukannya lo berdua deket sekarang? Katanya Rena jadi sering ke kantor? Dia kan juga sering jalan bareng lo, Sas? Terus update pajamas date itu?”
“Kata siapa gue sekarang deket sama Rena?”
“Yesha.”
“Lo nanya gimana ke dia?”
“Ya gue nanya, sejak gue ga di Indo lagi, lo sama Rena jadi deket? Terus dia bilang iya.”
“Lo nanya nggak deketnya buat apa?”
Sagala menggeleng.
Sikap sahabatnya ini membuat Sashi menghela napasnya panjang.
“Kamu mandi deh, aku ngeladenin temen aku yang agak nggak waras ini.” ucap Sashi pada Selene.
Selene memutar kedua bola matanya malas saat ia bertatap mata dengan Sagala. Namun sikap dinginnya tidak bertahan lama ketika Sashi kemudian mengecup pipinya singkat.
“Nanti aku buatin sarapan.”
Kening Sagala mengernyit melihat pemandangan di depannya barusan, cringe.
“Lo ikut gue ke ruang kerja gue.” ucap Sashi pada Sagala setelah ia melihat Selene telah menutup pintu kamar utama.
Sagala pun hanya bisa mengekor menuruti Sashi dengan isi kepalanya yang masih cukup berkecamuk.
“Gue harus ngomong ini jauh dari Selene, kalau nggak nanti kasian Rena.” ucap Sashi sembari menutup pintu ruang kerjanya.
“Hah?”
Sashi mendorong Sagala untuk duduk di kasur kecil yang terdapat di dalam ruang kerjanya tersebut.
“Sejak aksi sok heroik lo itu, Selene benci banget sama lo. Meanwhile, Rena justru masih sering mood swing gara-gara lo. Dia masih sering banget keinget lo, Wen. Hal-hal yang kayak gini yang bikin Selene sama Rena kadang berantem. Rena cuma butuh temen buat dengerin dia aja, Rena gak butuh dinasihatin panjang lebar. Tapi Selene gak bisa menuhin porsi itu. Pasti ada aja ceramah panjang yang dia kasih buat Rena. Gue yang dengerin Rena.” papar Sashi.
“Yesha nggak salah, Rena emang sering ke kantor buat ketemu gue. Tapi untuk alasan yang sama kayak yang gue cerita barusan. Kenapa ke kantor? Karena biasanya Rena curhat sambil gue kerja dan kalau di kantor, dia gak bakal kepergok Selene lagi ngomongin lo. Selain itu, lo tau kan Selene sama Rena ada usaha bareng itu? Lo pikir siapa yang kasih free advice selama ini? Guee!”
“Yeee buat deketin Selene kan lo?” celetuk Sagala.
“Ya gak ada salahnya juga?” balas Sashi.
“Jadi lo gak ada apa-apa sama Rena?”
Sashi menggeleng cepat. “Pure temen. Lagian gila ya lo? Gue tau lo sesuka apa sama Rena. Gue tau berapa banyak pengorbanan lo di belakang layar yang udah lo lakuin buat Rena. Masa gue nikung sahabat sendiri?”
Sagala mengerucutkan bibirnya.
“Gue overthinking hal yang gak pernah kejadian berarti?”
Sebuah spidol papan tulis melayang mengenai kepala Sagala, membuat ia meringis kesakitan.
“Kecewa banget gue! Masa lo mikir gue serendah itu!”
“Dua tahun banyak yang bisa berubah, Sas.”
“True, tapi gue temenan sama lo udah berapa tahun Wening?”
“Ya abisnya! Lo liat dong itu komen-komenan Mahen, Selene, Rena di instagram lo! Gimana gue nggak overthinking!” protes Sagala.
“Ya karena Mahen protes kenapa Rena selalu gue bawa kalau gue mau ngedate sama Selene! Gue nervous kalau cuma berdua Selene doang, Wening! Seenggaknya kalau ada Rena, suasananya jadi lebih kalem!”
“Anjing? Jadi lo bikin Rena third wheelnya?”
“Ya iya? Siapa lagi?? Gue kira lo paham karena gue panggil dia Miss third wheel?”
“What the-..... Itu miss maksud lo reference ke dia yang finalis Miss Universe?!”
Sashi tertawa melihat wajah Sagala yang masih terkejut dengan semua informasi yang diberikannya barusan.
“Ada lagi gak? Selene udah gue janjiin sarapan nih.”
“Rena bilang dia capek sama gue, Sas. Dia bilang dia kesiksa sama semua memori dia sama gue. Apa ini tandanya gue mundur aja ya?”
“Pelan-pelan, Wen. Anak orang jangan lo gas pol gitu. Inget, tiga tahun pernikahan dia kandas terus pas dia baru suka lagi sama orang lain, lo nya malah gitu. Rena nggak benci lo, Wen. Well maybe marah besar iya, tapi gue rasa dia nggak benci lo deh. She just confused. Lo nyadar nggak, ada barang lo di kantor yang ilang?” tanya Sashi tersenyum ke arah Sagala.
“Hah? Apaan?”
“Selimut lo, yang di kantor. Lo liat gak?”
“Wait, selimut bebek kuning gue?!”
Sashi mengangguk.
“Diambil Rena.”