36. Sashi Ursa dan Timnya
Ruangan Teira lagi-lagi dihuni oleh tim yang dipimpin oleh Sashi. Namun kali ini tanpa kehadiran Rena.
Sashi sengaja meminta timnya untuk rapat hari ini supaya informasi-informasi yang diberikan oleh Rena kepada timnya masih terasa fresh.
“Kemaren gue udah kirim Yesha sama Karin buat memantau alamat yang dibilang sama Rena, lo berdua coba paparin apa yang lo temuin.” ujar Sashi kepada Yesha.
Yesha mengangguk kemudian ia membuka sebuah powerpoint yang sudah ia siapkan semalam.
“Basically alamat yang dikasih itu apartemen elit, jadi aku sama Karin agak susah masuk ke dalem. Untungnya, apartemen itu cuma ada satu pintu keluar dan satu pintu masuk. Jadi aku sama Karin masing-masing nunggu di pintu masuk dan keluar.” ujar Yesha sembari mengarahkan pointers laser ke layar.
“Mendekati jam makan siang, mobil sedan punya suaminya Rena masuk gerbang. Si Karin sempet lihat ada anak kecil di dalem mobil, sempet ke foto dikit seragamnya tapi agak burem.” papar Yesha lagi.
“Tunggu tunggu, jadi kemaren yang lo bilang ada tugas tuh lo disuruh nguntit?” tanya Wening kepada Yesha
“Bukan nguntit Wen, ini namanya surveillance.” potong Sashi.
“Gila, ingetin gue buat stay jadi lawyer transaksi aja kalo gini caranya. Emang gaada cara normal aja apa sas?”
“We do it my way, okay Wen? Gue leadnya.”
“Okay okay sorry… Lanjutin Sha”
“Sure… Okay, balik lagi ke foto agak burem ini. We hit jackpot. Karin ngenalin seragamnya.”
“Kok bisa? I mean don't take this as an offense but seragam sekolah swasta kayak gini modelannya lumayan banyak nggak sih?” potong Wening lagi.
“Gue ngenalin soalnya keponakan gue juga sekolah disitu.” kini giliran Karin yang angkat suara.
“Lo yakin?”
“Seratus persen kak. Bahkan gue langsung ke rumah kakak gue kemaren kak. Gue cocokin satu per satu seragamnya ponakan gue.”
“Hasilnya?”
Karin menunjukkan senyuman penuh kemenangannya. Ia mengeluarkan seragam sekolah milik keponakannya dari dalam totebag yang ia bawa.
“Sama kan?” ujar Karin yang membentangkan seragam sekolah tersebut tepat di sebelah layar yang menunjukkan foto buram yang ia ambil kemarin.
“Good newsnya, setiap angkatan punya warna pembeda. Anak itu seangkatan sama keponakan gue kak.” lanjut Karin.
“Damn, we hit the jackpot indeed.” ujar Sashi.
“Lo yakin?” tanya Wening kepada Karin.
“Yakin. Satu keluarga gue sekolah di sana semua kak. Makanya waktu gue liat seragamnya gue langsung familiar.”
“Lupa banget gue kalo lo anak orang kaya. Ngapain sih masih kerja?” ujar Wening asal yang dibalas tawa oleh Karin.
“Okay so, next plan apa? Kita mau korek informasi bocil ini?” tanya Wening dengan jarinya yang menunjuk ke arah layar.
“Karin, tugas lo berarti dapetin informasi tentang anak itu. Lo gue assign sama Yesha lagi. Kalau kalian butuh buat satu hari pergi seharian, kabarin gue nanti gue yang bilang ke HRD.” ujar Sashi yang dibalas anggukan oleh Yesha dan Karin.
“Besok kalo gitu kak. Gue kepikiran buat nganter dan jemput keponakan gue. Sekalian nanti gue cari info tentang anak itu, ngobrol sama orang tua murid disana palingan. Kira-kira gue bakal pergi setengah hari aja sih.”
“Anjir gue ngerasa bersalah banget ngegunain anak kecil buat kepentingan kita gini.” ujar Wening.
“It's all fair in love and war, Wen. Lo harus biasain itu.”
“Gak deh, mendingan gue gak tidur ngurus akuisisi atau ngurus dokumen-dokumen tender.” balas Wening.
“Kak, gue boleh kasih tau lo sesuatu nggak?” tanya Yesha tiba-tiba.
Seluruh penghuni ruangan tersebut menatap Yesha yang sedang menatap lekat ke arah Wening.
“Anak kecil itu, kalau dia emang seumuran sama keponakannya Karin, umur dia tiga tahun sekarang. Lo paham maksud gue kan? Jadi lo nggak usah terlalu merasa bersalah. Bokapnya emang bajingan.”
Wening terdiam. Ia paham maksud Yesha. Ingatan Wening adalah salah satu hal yang sangat ia banggakan dan kali ini Wening bahkan sangat yakin dengan ingatannya.
Bagaimana tidak, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca berkas Rena yang sekarang sudah ia hapal di luar kepala.
Pernikahan Rena dengan suaminya bahkan baru akan menginjak usia tiga tahun pada bulan Desember mendatang.
Yang artinya bahkan Rena sudah diselingkuhi sebelum pernikahannya berlangsung.
Keheningan singkat itu terputus ketika ponsel milik Wening yang lupa ia silent berdering cukup kencang. Wening melirik ke arah ponselnya dan cukup terkejut ketika menemui nama yang tertera di sana.
“Angkat dulu deh Wen, berisik.” tawar Ninda.
Wening masih terdiam. Ponselnya mati sejenak, namun tak lama kemudian ponselnya kembali berdering.
“Siapa sih Wen?” kini giliran Sashi yang ikut penasaran.
Wening memutar ponselnya, membiarkan seluruh anggota timnya melihat nama yang terpampang di layar ponsel.
Justicia Renata.