491. Like this

Tepat seperti dugaan Rena setibanya ia di rumah Sagala, rumah dua tingkat tersebut masih terlihat sangat hening seakan tidak ada penghuninya. Rena kembali berusaha menelpon Sagala namun hasilnya masih nihil. Tetapi ia dapat mendengar samar-samar suara ponsel Sagala di dalam rumah tersebut.

Rena pun berjalan ke arah pintu samping yang dapat diakses melalui carport rumah Sagala. Ia telah mendapatkan pesan dari Yesha saat junior Sagala itu mendatanginya tadi.

”Kalau orangnya masih tidur, masuk lewat pintu samping kak. Lewat pintu halaman itu. Pintu besi yang di carport, biasanya di gembok tapi ini gue ada kunci gemboknya. Terus nanti masuk aja lewat dapur, pintu dapur kuncinya selalu dicopot, buat jaga-jaga kalau dia ketiduran, gue sama kak Sashi atau kak Tei selalu masuknya dari dapur.”

Rena mengikuti instruksi Yesha tadi satu per satu.

Tak lama setelah ia memasuki rumah Sagala, Rena menemukan sang pemilik rumah tertidur di sofa ruang tengah dengan kondisi beberapa koper yang terbuka dan beberapa barang yang berserakan.

Rena kemudian menaruh tasnya di lantai di dekat sofa yang ditempati oleh Sagala. Ia lalu mulai merapikan beberapa barang yang berserakan, agar tidak ada yang terinjak atau tertendang.

Setelahnya Rena berlutut di depan Sagala.

“Sagala…..ga……bangun….” bisik Rena pelan sembari mengelus lengan Sagala.

Sayangnya beberapa kali percobaan pun Sagala masih terlelap walau ia sempat beberapa kali merespon ucapan Rena dengan dehaman pelan.

Saking gemasnya Rena, akhirnya ia mencubit kedua pipi Sagala.

“Gaaa… banguuun sayaaaaang.”

Percobaan terakhir tersebut sukses membangunkan Sagala dari tidurnya. Ia sempat terlihat linglung dan kebingungan terutama dengan kehadiran Rena.

“Rena?” ucap Sagala saat melihat Rena bersimpuh di sebelahnya.

Sagala sedikit mengangkat tubuhnya, menumpukan dirinya pada tangan kiri sembari menatap Rena kebingungan.

“Akhirnyaaaa kamu tuh yaaa!”

“W-wait how….”

“Aku minta kunci rumah kamu ke Yesha.”

“Right…. Yesha.” tawa Sagala pelan yang lalu kembali merebahkan tubuhnya.

Sang pemilik rumah lalu bergeser hingga tubuhnya menempel pada sandaran sofa, memberikan sedikit ruang yang dapat menampung satu orang lagi disana.

“Come here please…” ucap Sagala dengan suaranya yang masih agak serak.

Rena menatap Sagala dengan lekat. Mempertanyakan apakah Sagala serius dengan ucapannya.

Sang pemilik rumah pun kembali menepuk sisi yang sengaja ia kosongkan.

“Aku masih ngantuk banget, temenin tidur sebentar. I won't do anything I promise.” ucap Sagala lagi.

“Gaa mana muat?”

“Muat sayaaang.”

Rena mengamati Sagala sekali lagi namun akhirnya ia memilih untuk mengabulkan permintaan Sagala.

“Wait here.”

Rena melepas cardigan yang ia kenakan lalu mengambil ponselnya yang tersimpan di dalam tasnya.

Ditaruhnya ponsel tersebut di meja yang berada tepat di seberang sofa. Setelahnya barulah Rena perlahan menempatkan dirinya dalam pelukan Sagala.

“Hold me. Kalau aku jatuh, aku ngambek beneran ya ga…”

“Nggak bakal jatuh sayaang. Aku peluk kayak gini.” ucap Sagala yang telah memeluk Rena dengan erat.

Kini posisi kepala Rena berada tepat di antara ceruk leher dan dada Sagala.

“Aku kesini padahal mau bangunin kamu. Tapi malah diajak tidur.” tawa Rena.

“Give me one hour please. Also, akhirnya aku bisa peluk kamu kayak gini tanpa harus liat ada Acel atau nggak.”

Rena kembali tertawa.

“Right… Kita kemarin harus kucing-kucingan sama Acel. Aku nggak mau dia liat kita kayak dia liat kakak sama suaminya. Nanti aku bingung gimana harus jelasinnya.”

“Huh? Emang Acel pernah liat apa?” tanya Sagala sembari menundukkan kepalanya menatap Rena.

“Like this…”

Tangan kiri Rena menarik tengkuk Sagala sementara ia sedikit mendorong tubuhnya untuk menyamakan posisinya dengan Sagala.

Sebuah kecupan diberikan oleh Rena, bibir keduanya bertemu. Hanya sebuah kecupan polos penuh kehangatan tanpa adanya embel-embel hawa nafsu disana.

Sagala yang awalnya cukup terkejut kini turut memejamkan matanya. Memerintahkan tubuhnya untuk terfokus pada bibir ranum milik Rena.

Sementara itu Rena tersenyum saat ia kembali merasakan hatinya yang bergetar penuh kehangatan. Jika ia boleh sedikit hiperbolis, mungkin saat ini ia sedikit lagi meleleh saking senangnya ia.

“Good morning….” ucap Rena tepat saat ia menarik tubuhnya menyudahi ciuman pertama mereka.

Rena dapat melihat bagaimana wajah dan telinga Sagala memerah. Sedangkan Sagala hanya bisa menggeram malu.

“Renaaa, that was our first kiss??? Aku masih belum mandi, masih pakai baju tidur? Meanwhile you already this gorgeous??” protes Sagala.

Tawa Rena memenuhi indra Sagala, membuatnya turut tersenyum walau ia masih serius dengan ucapannya barusan.

“I don't mind ga. Also, kamu harus biasain…”

“Biasain gimana?!”

Rena tidak menggubris ucapan Sagala.

“You will know later, a warning, aku clingy dan touchy banget.” ucap Rena yang kembali membenamkan wajahnya di ceruk leher Sagala.