Amoureux de…(Seungwan) part 4-6
Pagi itu Seungwan cukup terkejut saat melihat Joohyun sudah berada di lantai satu rumah keluarga Do.
Kekasihnya, jika ia masih pantas menyebut Joohyun demikian, sedang memperhatikan foto-foto yang ada di bingkai-bingkai kecil yang terletak di ruang tamu.
Seungwan tahu alasan Joohyun memperhatikan foto-foto tersebut. Foto-foto yang dilihat oleh Joohyun adalah foto-foto yang sebelumnya tidak ada disana. Mamanya baru saja menata ulang seluruh bingkai foto yang ada di rumah tersebut mulai dari yang kecil tertata di atas meja hingga ukuran besar yang tergantung di dinding rumah.
Sang solois sempat mengigit bibirnya malu saat melihat Joohyun mengambil salah satu bingkai foto dan tertawa kecil ketika menatap foto tersebut. Seungwan tidak tahu foto yang mana yang dilihat oleh Joohyun namun ia tahu deretan foto yang ada disana adalah foto masa kecilnya ketika ia masih bayi.
Tidak ingin melihat reaksi Joohyun lebih lama lagi, karena ia yakin ia akan bertambah malu, Seungwan memilih untuk melihat jam yang tertera di layar ponselnya.
Pukul 09.30 pagi.
Seingatnya ia meminta Joohyun untuk menjemputnya pukul 10, artinya Joohyun tiba lebih awal 30 menit sebelum waktu yang diperjanjikan.
”Untung aja udah siap-siap dari tadi.” batin Seungwan.
“Kenapa cuma di liatin aja? Samperin dong sayang.”
Seungwan terlonjak kaget saat mendengar suara mamanya yang baru saja keluar dari kamar utama, masih dengan gaun tidurnya dan rambut yang diikat tinggi.
“Uhm, nanti aja deh. Lagian janjiannya jam 10.” geleng Seungwan pelan.
“Nggak baik bikin orang nunggu kelamaan, Seungwan.”
Seungwan terdiam saat mendengar ucapan Mamanya. Ia tahu maksud ucapan tersebut hanya ditujukan untuk saat itu, Mamanya menyuruh dirinya untuk segera mendatangi Joohyun dan segera pergi untuk memenuhi tujuan utama mengapa Joohyun pagi ini ada di rumah itu.
Namun entah mengapa, ucapan mamanya sangat menohok hati Seungwan.
Ia tahu ia sudah membuat Joohyun menunggu terlalu lama.
“Ayo turun, daritadi Joohyun udah nunggu kamu di bawah.” ajak Nyonya Do.
“Dari tadi? Emang dia udah dateng dari jam berapa?” tanya Seungwan yang sudah pasrah di dorong oleh Nyonya Do untuk ikut turun ke lantai satu.
“Jam 9 mungkin? Tadi pagi Joohyun udah nemenin Mama sarapan bahkan pagi tadi kami udah diskusi ringan tentang proyek baru dia.”
Seungwan memutar kedua bola matanya.
“Stop talking about business. Otakku nggak nyampe.”
Nyonya Do hanya tertawa ringan. “Iya, mama tau. Makanya mama seneng ada Joohyun, jadi ada yang diajak diskusi.”
“Ya asal mama nggak ajak ngomong politik aja sih. Nggak suka aku.” ujar Seungwan ketus.
Nyonya Do hanya mengelus puncak kepala putrinya. Ia paham alasan Seungwan sangat membenci dunia politik.
“Nggak kok. Joohyun juga nggak minat ke arah sana. See? She is different from your father. Stop membandingkan mereka berdua ya?”
Seungwan hanya terdiam.
Langkah kaki keduanya membuat fokus Joohyun buyar. Ia meletakkan bingkai yang menampilkan wajah Seungwan di masa kecilnya, tebakkan Joohyun foto tersebut diambil sebelum ia mengenal Seungwan.
“Maaf ya nunggu lama, ini anaknya udah siap kalo sekarang.” ujar Nyonya Do pada Joohyun.
“Oh, iya nggak apa-apa ma. Saya yang emang datang terlalu cepat.”
“Tuh, ma!” protes Seungwan pada Nyonya Do.
“Yaudah berangkat sekarang gih. Biar bisa lebih lama perginya.”
Joohyun mengangguk menyetujui ucapan Nyonya Do.
Matanya terpaku pada sosok Seungwan yang berdiri di hadapannya. Seungwan dengan celana jeans berwarna putih, kaos berwarna biru, dan rambutnya yang ia ikat sedikit berantakan serta poninya yang sudah mulai menyentuh alisnya.
“Kenapa?” tanya Seungwan yang tahu bahwa Joohyun sedang mengamati dirinya.
“Nggak, kamu cantik hari ini. Well, selalu cantik. Tapi hari ini saya suka karena kamu pakai pakaian yang memang nyaman buat kamu.” jelas Joohyun yang kemudian berpamitan pada Nyonya Do tanpa menyadari bahwa Seungwan sedikit malu saat mendengar ucapan tadi.
“Hati-hati ya kalian. Nggak usah ke tempat yang terlalu ramai.”
“Iya ma. Hari ini ke tempat yang cuma Joohyun aja yang tau.”
“Ma aku mau diculik?! Boleh nggak jadi pergi aja nggak?”
Nyonya Do tertawa melihat interaksi keduanya.
“Saya pamit ya ma? Nanti Seungwan saya antar ke radio sekalian.”
Seungwan menggelengkan kepalanya, “Gak boleh. Sam bilang aku harus ke radio berangkat sendiri.”
Sempat ada jeda sejenak di antara mereka berdua dan Nyonya Do sengaja untuk tidak ikut campur.
“Saya nggak setuju sama sam, tapi saya paham maksud dia. Kita omongin ini nanti ya?” ujar Joohyun pada Seungwan yang kemudian berjalan ke arah pintu rumah tersebut diikuti oleh Seungwan dan Nyonya Do.
“Mobil kamu baru lagi?” tanya Nyonya Do saat melihat kendaraan yang digunakan oleh Joohyun.
“Nggak ma, ini mobil Seulgi. Sengaja saya pinjam buat hari ini.”
“Oh, bagus deh. Soalnya ada yang udah hapal plat nomor mobil kamu.”
Joohyun mengangguk.
“Ini apa ya? Apa yang Mama dan kamu tahu tapi aku nggak?” celetuk Seungwan.
“Nothing, just precautionary.” ujar Joohyun santai, tangannya sudah membukakan pintu mobil dan mempersilakan Seungwan untuk duduk di kursi penumpang.
Seungwan mendengus kesal, ia tahu pasti ada yang disembunyikan oleh Mamanya dan Joohyun. Ia akan mencoba mencari tahu di lain waktu.
Joohyun berpamitan sekali lagi sebelum ia berlari ke arah kursi pengemudi dan menghidupkan mobil milik Seulgi yang sengaja ia pinjam hari itu.
“Hari ini kita mau kemana?” tanya Seungwan tepat saat mobil mereka keluar dari area pekarangan rumah.
“Rahasia. Kamu tinggal duduk manis aja dan nemenin saya. Hari ini saya mau ajak kamu untuk tahu tempat-tempat menarik yang nggak banyak orang tahu.”
Joohyun menoleh ke arah Seungwan sekilas dan tersenyum.
”A day with your Bae Joohyun.”
Seungwan melengos kesal. Kenapa juga kalimat sederhana seperti itu mampu membuat dirinya senang dan membuatnya berekspektasi tinggi? Sebisa mungkin Seungwan menahan senyuman di wajahnya.
“Kayaknya kamu minta aku buat cari kado buat Kak Seul deh?”
“Iya, kita emang mau cari kado buat Seulgi. Kamu minta saya kreatif kan? Ini saya lagi berusaha kreatif.” tawa Joohyun.
“Terserah kamu deh. Tapi ini by the way mau kemana sih? Nggak ke mall kan?”
Joohyun menggeleng. Ia kemudian mengetukkan jari-jarinya yang sedang memegang kemudi mobil dan bersenandung pelan.
“A whole new world. Hari ini kamu mau saya kenalin ke dunianya Bae Joohyun versi pas dia masih muda dan hari ini cuacanya sangat mendukung. Kayaknya semesta hari ini ada di pihak saya buat ajak kamu senang-senang.” tawa Joohyun lagi.
Déjà vu
Terakhir kali Joohyun mengatakan bahwa ia akan memperkenalkan Seungwan pada tempat baru adalah kali pertama Seungwan jatuh cinta kepadanya.
Memori ini membuat hati Seungwan kali ini pun ikut berdebar tak karuan.
Ekspektasinya pun kian tinggi.
Seungwan memalingkan wajahnya ke arah jendela. Memilih untuk mengamati pemandangan dan langit yang hari ini sangat cerah.
”Kamu selalu nggak sadar bahwa sikap sederhana dan kecil kayak gini yang buat aku jatuh hati sama kamu, Joohyun. Mungkin untuk kali ini aku akan jauh lebih cepat buat jatuh lagi sama kamu, dengan versi aku yang lebih baik.”