Amoureux de…(Seungwan) part 4-9
Joohyun tertawa geli saat melihat ekspresi wajah Seungwan yang terkejut kala sang CEO mengajaknya memasuki sebuah toko yang menjual alat-alat lukis.
“Dulu pas saya SMA, saya sering kesini sama Seulgi. Jennie juga tapi dia nggak sering. Kamu lihat taman tempat tadi saya parkir mobil kan? Di taman itu kalau sore banyak anak-anak yang main, dulu sempat ada program sekolah untuk turun ngajar anak-anak yang kurang mampu. Saya dan Seulgi kebagian ngajar di daerah sini.”
Seungwan mendengarkan penuturan Joohyun dengan saksama sembari mengikuti Joohyun yang berjalan masuk lebih dalam ke toko tersebut.
“Kamu tau nggak kalau Seulgi suka melukis?” tanya Joohyun yang dijawab dengan gelengan kepala.
“Iya sih, kalau kamu tau yang ada saya yang cemburu. Anyway, selain berbagi hobi fotografi, kami berdua juga suka melukis. Saya nggak sejago Seulgi, tentunya. Tapi nggak jelek-jelek amat. Kami berdua suka kesini habis ngajar di saung taman sana.”
“Beli alat lukis? Tapi disini kan jauh dari rumah kalian. Emang nggak susah bawa belanjaannya?”
Joohyun menggaruk tengkuknya, “Uhm, iya sih tapi dulu saya selalu dibantuin sama supirnya ayah. Jadi nggak susah.”
“Lupa banget sih ngomong sama tuan putri.” ujar Seungwan sembari menghela napasnya.
Joohyun hanya tertawa karena ia pun tidak ingin menyangkal ucapan Seungwan.
“Jadi maksud kamu kreatif itu kamu mau beliin Kak Seul alat lukis?”
Joohyun mengangguk mantap, “Seulgi suka banget sama alat-alat yang dijual disini, kata dia lebih dapet feelnya.”
“Aku kirain maksud kamu kreatif tuh ya bikin sesuatu yang handmade gitu” protes Seungwan.
“Oh iya, selain peralatan lukis, disini juga ngasih kursus lukis. Hari ini saya udah booking slot buat kita belajar ngelukis. Kamu sih yang belajar, kalau saya udah bisa. Untuk menjawab sindiran kamu tadi, selain beliin alat lukis, saya juga mau buat lukisan sederhana untuk Seulgi. Memori saya tentang taman tadi dan Seulgi.”
“Hah?!”
Joohyun tertawa kencang.
“Saya udah bilang kan? Hari ini kamu akan saya ajak untuk mengenal Bae Joohyun lebih jauh.”
Joohyun kemudian menyapa sang pemilik toko yang rupanya sudah sangat mengenal Joohyun, terlihat dari gestur tubuh sang pemilik toko dan kekasihnya itu.
“Oh ini?”
Seungwan menaikan alisnya saat mendengar bisikan sang pemilik toko.
“Mas kira kamu itu sama Seulgi. Terjawab deh sekarang rasa penasarannya.”
Ekspresi wajah Seungwan berubah ketika ia kembali mendengar celotehan sang pemilik toko.
“Nggak usah didengerin ya, dia emang orangnya suka ngaco. Saya sama Seulgi nggak pernah ada apa-apa kok.” ujar Joohyun cepat-cepat.
“Ya kalo ada apa-apa, yang ngamuk ke kamu nggak cuma aku aja kok. Ada Sooyoung juga. Oh jangan lupa juga sih, aku punya banyak fans.” jawab Seungwan ketus sembari menaiki tangga ke lantai dua, mengekor di belakang Joohyun.
“Kamu kalau cemburu gini lucu ya? Tapi saya suka kok. Berarti nggak cuma saya yang sayang sama kamu, kamu juga sayang sama saya.”
“Iya kali ya?”
“Kamu kalau malu, lebih lucu lagi.”
Seungwan kini tidak mau menjawab Joohyun lagi, namun ia memilih untuk mencubit pinggang sang CEO dengan kencang.
“Aduh! Oke oke, saya diem.”
“Nah, ini udah Mas siapin sesuai yang kamu minta ya.”
“Joohyun tapi aku gak bisa ngelukis. Ada alasan kenapa aku jadi penyanyi bukan jadi pelukis!” protes Seungwan.
Joohyun hanya tertawa geli. Ia kemudian berjalan mengitari tiap sudut di lantai dua tersebut, memperhatikan kanvas-kanvas yang ada disana.
“Mas, ukuran ini aja deh. Kasian anaknya nanti stress kalo langsung disuruh bikin yang segede gitu.”
“Oh boleh sih. Oh! Sekalian aja kalian bikin couple painting gitu gimana?”
“Huh?” Joohyun menatap ke arah pemilik toko dengan bingung.
“Iya, jadi sekarang tuh lagi jaman gitu. Pasangan yang gambar satu pemandangan tapi dibagi dua sisi. Jadi nanti hasil akhirnya harus di satuin sama pasangan itu untuk dapat gambar yang utuh.”
Joohyun mengangguk paham, ia kemudian menoleh ke arah Seungwan. “Gimana? Kamu mau?”
“Ya kalo boleh milih sih aku nggak mau ngelukis ya. Tapi udah sampe sini juga, yaudah deh gapapa. Tapi kalo jelek jangan godain aku!”
“Mana mungkin digodain sama dia. Dia itu orang paling sabar yang pernah saya temuin, mbak.” celetuk sang pemilik toko.
Seungwan setuju akan hal ini. Joohyun adalah orang paling sabar yang pernah ia temui.
“Yaudah iya deh.”
“Okay kalian mau bikin pemandangan apa? Ada beberapa contoh foto atau gambar yang bisa kalian pakai untuk inspirasi.”
Seungwan menaikkan bahunya, menyerahkan keputusan pada Joohyun.
“Night sky? Langit malam ada nggak?”