Amoureux de…(Seungwan) part 5-22

Seungwan harus menahan tawanya saat ia melihat ekspresi Joohyun yang sangat serius ketika memilih film dan nomor bangku yang akan mereka beli. Masalahnya menurut Seungwan hal ini terlalu sepele untuk mendapatkan perhatian dan usaha maksimal dari Joohyun.

Namun Seungwan membiarkan Joohyun dengan ‘peperangannya’. Ia hanya berdiri di samping Joohyun sambil sesekali membantu sang CEO ketika ia terlihat mulai menemui kendala.

Satu hal yang membuat Seungwan merasa senang adalah saat ia melihat raut kepuasan pada wajah Joohyun. Sang CEO terlihat sangat puas dan berbangga hati sudah menyelesaikan tugas sederhananya itu.

“Tada!!” ujar Joohyun memamerkan tiket mereka berdua.

Seungwan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia tahu Joohyun saat ini tengah tersenyum lebar ke arahnya walaupun ekspresi tersebut tertutup oleh masker yang dikenakan oleh sang CEO.

“Kamu tuh ya, lain kali kalau kayak gini gak usah sampai ngerepotin Minjeong dong. Kasian kan dia juga butuh istirahat.” omel Seungwan sembari tertawa gemas.

“Ya kalau bukan dia, terus saya minta tolong siapa lagi?”

“Kan ada aku? Gini doang mah simple banget Joohyun.”

Joohyun menggeleng, “Kalau kita lagi-...”

“Kalau kita lagi ngedate, aku tinggal terima beres. I know that dan aku berterima kasih sama kamu. Tapi lain kali, kalau kita ngedate lagi cukup kita berdua aja yang ngurus. Orang lain gak butuh ikutan ngurusin. Okay?” potong Seungwan cepat.

Gestur sederhana dari Seungwan yang saat ini sudah mengusap punggung tangan Joohyun sembari tersenyum ke arah Joohyun nyatanya mampu membuat Joohyun luluh.

Sang CEO mengangguk pasrah.

“Okay…Uhm, mau masuk sekarang?”

“Jangan deh, nanti aja. Tunggu lampunya udah mati.”

“Kamu kayaknya pengalaman ya kayak gini?”

Seungwan merasa bersyukur saat ini ia pun mengenakan masker karena kini ia tengah menggigit bibir bawahnya, menahan tawa.

Ia paham betul nada-nada kecemburuan yang terdengar dari sosok sang CEO.

“Gini doang mah udah khatam.” goda Seungwan.

Joohyun menghembuskan napasnya kencang dan Seungwan yakin saat ini Joohyun pasti sudah sedikit cemberut.

“Nggak usah cemburu, itu udah di masa lalu.”

“Gak bisa, saya tetep cemburu.”

Tawa Seungwan akhirnya pecah. Ia menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

“Kok malah ketawa sih?”

“Ya abis kamu lucu.”

Joohyun memutar kedua bola matanya malas. Ia enggan membicarakan hal ini lagi dan memilih untuk menawarkan pada Seungwan untuk membeli camilan dan minuman ringan.

Lagi-lagi, Seungwan dan Joohyun terlibat dalam debat kecil dimana Seungwan hanya memilih membeli minuman dengan alasan ia sudah makan cukup banyak. Sedangkan Joohyun merasa bahwa Seungwan tidak makan terlalu banyak siang tadi.

Pada akhirnya mereka sepakat untuk membeli satu buket popcorn ukuran sedang dan chips serta dua cup minuman bersoda.

“Kamu ambil tiketnya aja ini. Makanan dan minumannya saya yang bawa.”

Joohyun tidak menunggu jawaban Seungwan. Ia sudah lebih dahulu menyerahkan tiketnya pada Seungwan dan mengambil pesanan mereka.

Setelah dirasa waktu yang mereka ulur sudah lebih dari cukup, Joohyun dan Seungwan akhirnya memasuki studio mereka dengan Joohyun yang berjalan di depan Seungwan. Ia sengaja berjalan terlebih dahulu untuk memastikan agar Seungwan cukup mengikuti dirinya saja dan tidak tersandung akibat minimya pencahayaan.

Untungnya studio mereka tidak terlalu padat, namun juga tidak terlalu sepi.

“Udah kelewat banyak ya filmnya?”

“Ini aja aku gak tau film apa.”

Jawaban Seungwan membuat Joohyun menoleh ke arah yang lebih muda. “Loh, saya kira kamu tau filmnya?”

Seungwan membuka maskernya sejenak kemudian mendaratkan satu kecupan singkat di bibir Joohyun.

“Nggak, aku cuma mau nonton aja sama kamu. Aku sendiri nggak tau ini film apa.”

Wajah Joohyun merah padam, telinganya pun ikut memerah dan membuat Seungwan tertawa kecil.

“Siniin lengan kamu, aku mau peluk.” tambah Seungwan.

“O-okay…”

Dengan sigap Seungwan mengaitkan lengan kirinya dengan lengan kanan Joohyun dan menyandarkan kepalanya di bahu Joohyun. Tak lupa ia genggam erat buku-buku jari Joohyun.

Merasakan tingkah Seungwan yang cukup manja saat itu, Joohyun pun dengan senang hati meladeni Seungwan. Ia sengaja duduk dengan posisi yang cukup nyaman bagi Seungwan untuk menyandarkan kepalanya di bahu Joohyun. Sang CEO pun beberapa kali mengecup singkat puncak kepala Seungwan.

“By the way, makasih ya Joohyun.”

“Hm?”

”Thank you, for everything.”


Film yang berdurasi hampir dua jam itu nyatanya hanya ditonton oleh Joohyun seorang diri setelah ia menemukan Seungwan yang terlelap di tengah paruh waktu pertunjukan.

Tentu saja Joohyun membiarkan Seungwan tetap terlelap sepanjang film tersebut diputar.

Ia baru membangunkan Seungwan ketika film hampir selesai dan memberikan waktu bagi Seungwan untuk menyesuaikan diri sejenak sebelum mereka keluar dari studio tersebut kendati filmnya belum selesai.

“Kenapa aku nggak dibangunin!” protes Seungwan.

Kini keduanya berjalan keluar dari area bioskop.

“Kamu kelihatan nyenyak banget tidurnya. Saya nggak mau ngambil kenyamanan itu apalagi saya tahu kalau semalam kamu nggak bisa tidur.”

“Ya tapi kan aku jadi nggak enak sama kamu!” sungut Seungwan kesal.

Joohyun hanya tersenyum dan mengusap puncak kepala Seungwan cepat.

“Kenapa harus nggak enak? Yang penting saya lihat kamu nyaman, itu udah lebih dari cukup. Nonton film bisa kapan-kapan lagi kan?”

Melihat Seungwan yang masih tidak puas dengan jawabannya, Joohyun kemudian kembali mengangkat suara.

“Yaudah gini aja supaya kamu gak ngerasa bersalah, temenin saya cari buku mau? Hitung aja sebagai pengganti tadi kamu nggak jadi nemenin saya nonton.” tawa Joohyun.

Mendengar tawaran tersebut, mata Seungwan langsung berkilat setuju. Ia menganggukkan kepalanya mantap.

“Oke! Kalau gitu sekarang kita ke toko buku!” ujar Seungwan yang langsung menggandeng tangan Joohyun dan setengah menyeretnya untuk berjalan lebih cepat.

Joohyun menggelengkan kepalanya takjub. Namun disatu sisi ia tahu saat ini ia sedang merasa sangat bahagia, apalagi ketika ia melirik ke arah tangannya yang bertautan dengan tangan milik Seungwan.

”Mulai sekarang setiap weekend saya harus bisa menghabiskan waktu saya sama kamu, Seungwan.”