Amoureux de…(Seungwan) part 6-40
Terdengar suara tawa pelan dari sosok Seungwan yang tengah duduk berselonjor di atas kasur queen size yang terdapat di dalam kamar yacht tersebut.
Joohyun yang baru selesai mandi dapat melihat bagaimana Seungwan asik dengan gawainya sendiri, tersenyum dan tertawa entah karena apa.
“Kamu lagi ngapain sayang?” tanya Joohyun yang penasaran sembari mengeringkan rambutnya.
“Uhm balesin chat, terus iseng aja searching nama aku, sama tadi ngetweet di akunku.” ujar Seungwan dengan mata yang masih terfokus pada layar ponselnya.
Joohyun mengangguk pelan, ia melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut sembari berdiri di depan kaca kemudian merapikan rambutnya. Setelah merasa cukup puas dengan penampilannya saat itu, Joohyun kemudian menjemur handuk yang ia gunakan sebelum akhirnya ia merebahkan dirinya di atas kasur.
“Joohyun rambut kamu masih basah!” protes Seungwan.
Omelan Seungwan barusan tidak digubris oleh Joohyun yang sudah menggunakan paha Seungwan sebagai alas kepalanya. Sang CEO lebih memilih untuk menikmati harum tubuh Seungwan sembari tiduran menghadap ke perut sang solois.
Kendati ia sempat mengomel, namun Seungwan nyatanya membelai kepala Joohyun dan memainkan poni serta anak rambut Joohyun.
“Rambut kamu panjang banget deh.”
“Iya, saya juga ngerasa ini udah kepanjangan. Mau saya potong sih rencananya, kamu ada ide nggak?”
Seungwan berhenti menatap layar ponselnya untuk sejenak.
“Potong pendek terus di keriting kayak aku.”
Mendengar jawaban tersebut, Joohyun menghela napasnya kencang. Ia tahu ia sedang digoda.
“Seungwan…”
“Hmm?” jawab Seungwan singkat yang masih membelai kepala Joohyun dan sesekali bermain dengan poni dan anak rambut yang menutupi kening Joohyun.
“Kamu ngapain sih masih fokus sama handphone kamu? Kan ada saya disini?” ujar Joohyun yang mengerucutkan bibirnya.
Untuk sesaat Seungwan kembali mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan ia harus menahan tawanya saat matanya bertemu dengan manik milik Joohyun.
“Nanggung, bentaran dikit lagi ya.”
“Emangnya apa sih? Ada yang seru?” tanya Joohyun.
“Hmm, ini sih cuma fans aku biasa bahas tentang salah satu tamu yang dateng ke radio. Mereka nunjukkin kalau dia ternyata udah suka sama aku dari lama.”
Jawaban Seungwan otomatis membuat guratan-guratan ekspresi di kening Joohyun, sebuah ekspresi tidak suka.
Tangan Joohyun perlahan menarik tangan Seungwan yang sedang memegang ponselnya dan ia ambil alih ponsel tersebut untuk ditaruh di nakas yang terdapat di sebelah kasur mereka.
“Mulai deh…” ujar Seungwan malas sembari memutar kedua bola matanya.
Sejujurnya saat ini Seungwan sengaja menggoda Joohyun, ia ingin mengetahui bagaimana reaksi Joohyun.
“Suka yang gimana?” tanya Joohyun dengan dahi yang mengerut.
“Ya suka, nge fans? I don’t know if it is more than that. Not that I care too.”
“Siapa?”
“Ya ada deh, hayo kamu nggak merhatiin radio ku ya? Katanya nonton setiap hari.” goda Seungwan lagi.
Kali ini Joohyun seakan berada dalam posisi skakmat karena ia tidak bisa melontarkan jawaban dengan cepat. Hal ini membuat Seungwan tertawa.
“Kamu tuh ya masih aja cemburuan buat hal nggak penting.”
“Ini penting, Seungwan.” protes Joohyun.
Seungwan menggelengkan kepalanya sebagai bentuk penyangkalan.
“Nggak penting kalau aku nggak peduli sama mereka. Yang aku bales perasaannya cuma kamu, Joohyun.”
Jawaban Seungwan cukup membuat Joohyun melunak.
“Hmm good. Jangan lirik yang lain.”
“Kamu baru kayak gini aja udah posesif, gimana kalo tau konsep laguku yang selanjutnya.” tawa Seungwan lagi.
“Emang apa konsepnya?” tanya Joohyun dengan mata yang menyipit.
“Konten dewasa.”
Wajah Joohyun bersemu merah namun ada ekspresi meredam marah disana. Seungwan harus mati-matian menahan tawanya, ia benar-benar lupa rasa euphoria menggoda Joohyun dengan seribu rasa cemburunya itu.
Sementara itu, ingin rasanya Joohyun mengomel dan melarang Seungwan namun ia teringat akan janjinya yang tidak akan mencampuri urusan pekerjaan Seungwan selama hal tersebut murni urusan pekerjaan dan tidak membahayakan Seungwan.
Mulut Joohyun terbuka dan tertutup untuk beberapa kali, kesulitan untuk memformulasikan kalimatnya dengan sempurna. Alisnya saling bertautan. Kerutan di dahinya semakin terlihat jelas.
“S-seberapa dewasa?”
Seungwan tersenyum tipis, ia berusaha mati-matian menahan tawanya dengan menggigit bibirnya. Ia tahu wanita yang terpaut 3 tahun lebih tua darinya itu sedang berusaha untuk bersikap netral walaupun jauh dalam lubuk hatinya Joohyun pasti sedang bergejolak.
“Nggak sedewasa yang pernah kita lakuin sih, tapi ya nggak innocent banget juga. French kiss minimal?”
Jawaban Seungwan tadi rupanya merupakan limit dari Joohyun. Ia berdiri dari posisinya kemudian mengambil ponsel pribadinya yang tadi sedang ia charge.
Seungwan dapat melihat bahwa kini Joohyun tengah mencari-cari sesuatu menggunakan ponselnya dan tak lama kemudian Joohyun mendekatkan ponsel hitam miliknya ke telinganya.
“Halo! Kak batalin aja itu comebacknya Seungwan! Pokoknya gue nggak-...”
“Hah? Gimana?”
Menyadari bahwa Joohyun saat ini tengah menelpon Taeyeon, dengan cepat Seungwan menyambar ponsel milik Joohyun.
“Sorry! Sorry! Joohyun mabok!” ujar Seungwan yang kemudian mematikan sambungan telepon tersebut dan melempar ponsel Joohyun ke atas kasur.
Sang solois kemudian menangkupkan tangannya di pipi Joohyun sebelum kemudian ia mencubit gemas pipi Joohyun dan mendaratkan satu ciuman singkat di bibir kekasihnya.
“Kamu tuh beneran deh lucu banget kalo lagi cemburuan gini. Lagian ya, kalau aku bakal ngeluarin suatu project udah pasti kamu bakal aku tanya pendapatnya. Emang akhir-akhir ini aku sempet nanyain sesuatu ke kamu?”
Joohyun masih dengan wajah cemberutnya menggeleng pelan, “Bercandaan kamu nggak lucu.”
Seungwan tertawa sekali lagi namun kali ini ia tersenyum hingga matanya melengkung cantik di mata Joohyun. Seungwan kembali mencium Joohyun namun kali ini lebih lama dan lebih dalam.
Kedua bibir tersebut bertemu dengan hangat dan intim. Seungwan melumat bibir Joohyun dengan pelan, berusaha mengirimkan sinyal-sinyal pada Joohyun agar sang kekasih melupakan kekhawatirannya itu.
Setelah keduanya merasa membutuhkan pasokan oksigen, Joohyun lebih dulu menyudahi ciuman mereka dan menyandarkan dahinya pada dahi Seungwan.
Dengan jarak yang sedekat itu, Seungwan dapat melihat dengan jelas manik mata cokelat milik Joohyun. Manik mata favoritnya yang selalu memberikan ketenangan dan keteduhan bagi hatinya.
“Maaf ya bercandaku nggak lucu. Tapi aku serius, kalau aku ada kerjaan aku pasti ngomong dulu ke kamu. Kayak kamu yang sekarang udah terbuka banget sama aku, aku juga mau terbuka sama kamu. Jadi nggak usah khawatir lagi ya?”
“Tapi saya masih nggak boleh masuk ke studio musik kamu.” sindir Joohyun.
Lagi-lagi Seungwan tertawa, “Iya boleh. Tapi kalau agak susah sinyal jangan salahin aku loh ya?”
“Beneran?”
“Iya beneran Joohyun. Aku tau kamu udah dari lama pengen banget masuk studio ku kan? Padahal nggak ada yang istimewa dari studioku.”
“Ada, studio itu dunia kamu. Saat kamu bolehin aku masuk kesana, artinya kamu udah percaya sama aku.”
Seungwan kembali menangkupkan tangannya di wajah Joohyun kemudian mencium bibir Joohyun dengan cepat.
“I like it”
“Huh?” tanya Joohyun keheranan.
“Aku suka waktu kamu nggak pake kata-kata “saya”. It feels more intimate to me. Aku tau kamu udah kebiasaan aja kayak gitu tapi kadang aku mikir apa bedanya aku sama rekan bisnis kamu coba kalau di rumah pun kamu tetep pake “saya” kayak gitu.”
“You….like it?”
Seungwan mengangguk. “Kamu cuma bakalan keceplosan pake “aku” kalau lagi emosian kayak gini sih. Jadi nggak tau juga ya mendingan tetep pake “saya” atau jadi “aku”.”
“If you like it, then maybe I can try?”
“Nyoba apa? Supaya nggak emosian?” goda Seungwan lagi.
“Kamu masih belum puas ya ngerjain…..aku. Dari kemarin loh? Ngerencanain penculikan, terus pake segala pura-pura telpon….aku buat nenangin di pesawat. Sekarang ini.” gerutu Joohyun.
Seungwan tersenyum lebar, “Lucu banget dengerin kamu nggak pake “saya” lagi. Terusin ya, siapa tau kamu makin lucu.”
“Seungwaaaan.” rajuk Joohyun.
Belum lama Joohyun merajuk, ponsel kerja milik Joohyun tiba-tiba berdering. Baik Joohyun maupun Seungwan sama-sama menoleh ke arah datangnya suara.
“Katanya waktu kamu sepenuhnya buat aku, kok masih ada calling dari kantor sih.” sindir Seungwan.
Joohyun tersenyum tipis, ia sendiri tidak tahu siapa yang menghubunginya.
“Cepet selesaiin kerjaan kamu atau hp kamu aku lempar ke laut.” ancam Seungwan.
Sang CEO dengan cepat mengambil ponselnya kemudian mencium bibir Seungwan cepat lalu mencium kening Seungwan.
“10 minutes. Lebih dari itu kamu boleh lempar handphone aku ke laut.”
“Cepet sana-sana, berisik banget gak suka deh.” protes Seungwan merujuk pada suara panggilan dari ponsel Joohyun.
Sang CEO kemudian tersenyum pahit sebelum ia meninggalkan kamar mereka, mencari lokasi yang cukup jauh dari Seungwan agar tidak mengganggu waktu istirahatnya.
Sementara itu Seungwan menatap punggung Joohyun yang berjalan keluar dari kamar mereka dengan senyuman tipis.
”Honestly, aku dari kemarin-kemarin ragu mau ngerayain ulang tahun aku. Tapi ngeliat kamu seseneng ini, aku juga ikutan seneng. Tomorrow is the day that proves my father's infidelity to my mom, Joohyun. I just hope I can forget it so I can be happy with you here.”