Amoureux de…(Seungwan) part 6-46

Kicau burung pagi itu membangunkan Joohyun dari tidurnya. Harus ia akui tidurnya sangatlah tidak nyenyak kendati ia memiliki Seungwan di pelukannya.

Pembicaraannya dengan Yerim semalam cukup membuat ia kepikiran. Apakah lagi-lagi ia bertingkah egois sehingga ia tidak menyadari perasaan orang-orang yang ia cintai?

Tanpa Joohyun sadari, ia mengeratkan pelukannya pada Seungwan. Didekapnya dengan erat tubuh Seungwan, seakan-akan Joohyun takut bahwa saat itu adalah kali terakhir ia bisa mendekap Seungwan demikian.

Pelukan tersebut ternyata justru membangunkan Seungwan dari tidurnya. Perlahan kelopak matanya terbuka dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang diterima oleh matanya.

Mendapati Seungwan yang kini terbangun, Joohyun mendaratkan satu kecupan di dahinya.

Good Morning, Love.

Seungwan tidak segera membalas sapaan tersebut, dirinya masih berusaha mengumpulkan ‘nyawa’-nya dan berusaha mengingat-ingat dimanakah ia saat itu.

Happy birthday, Seungwan. Please remember to be happy wherever and whenever you are. Also please know that I always love you, no matter what.” bisik Joohyun tepat di telinga Seungwan dan kemudian mencium pelipis sang solois.

Seungwan menengadahkan kepalanya, netranya menatap lekat wajah Joohyun.

Morning, Joohyun. I love you too. Makasih udah sabar sama aku.”

Joohyun tersenyum kemudian mengecup bibir Seungwan.

“Masih ngantuk?”

Pertanyaan tersebut dijawab dengan anggukan, “Boleh nggak sih kita seharian gini aja? Aku nyaman kayak gini.”

“Ya aku sih boleh-boleh aja dan aku juga nggak nolak kalau seharian bisa peluk kamu kayak gini. Tapi kan ada ayah bunda dan mama kamu yang nanti siang bakal mendarat disini.”

Seungwan mengerang sebagai bentuk protes kecil.

“Boleh nggak sih gak usah dirayain?”

Joohyun terdiam sejenak, teringat akan kata-kata Yerim.

Namun tak lama kemudian Joohyun dapat merasakan Seungwan mendekatkan dirinya dan menyembunyikan wajahnya di celah leher Joohyun.

Honestly, aku seneng karena kalian semua seneng. Selebihnya aku biasa aja, bahkan aku jadi mikir harusnya hari ini aku nggak pernah ada. I am a product of my father's infidelity, Joohyun.”

Kali ini Joohyun memilih untuk membiarkan Seungwan mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Ia hanya memilih untuk mengeratkan pelukannya dan mengusap punggung Seungwan pelan.

“Aku ngerusak mood banget ya?” bisik Seungwan.

“Nggak kok. Kan dulu aku udah pernah bilang, apapun yang kamu rasakan itu valid. Semua perasaan senang ataupun sedih, itu semua nyata adanya and that’s exactly what makes us human. Aku justru mau berterima kasih sama kamu karena kamu jujur tentang perasaan kamu sekarang.” bisik Joohyun.

I would like to thank you for everything, Joohyun. Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi selain terima kasih dan maaf. Kamu pasti capek ya denger aku yang tiba-tiba negatif gini di hari yang seharusnya kita semua bahagia.”

You are wrong Seungwan. Aku sama sekali nggak capek sekarang, In fact, I am so happy right now. Kamu memilih untuk cerita kayak gini bikin aku ngerasa kalau aku orang yang spesial buat kamu. Artinya kamu percaya sama aku dan itu udah lebih dari cukup.” ujar Joohyun.

I love you, Joohyun. Please jangan pernah tinggalin aku ya? Aku cuma minta dua kado dari kamu dan aku harap kamu mau ngabulin permintaanku. Pertama, jangan pernah tinggalin aku. Kedua, aku suka kamu yang gak kaku kayak gini.”

Joohyun terkekeh pelan, ia teringat ucapan Seungwan semalam.

“Iya, aku gak bakalan kaku lagi ke kamu ya sayang?”

Baik Joohyun dan Seungwan sama-sama tertawa dengan perubahan gaya bicara Joohyun.

“Masih belum kebiasa sih, tapi gapapa aku suka.” ujar Seungwan.

“Sekarang masih ngantuk? Aku udah siapin sarapan buat kamu, tapi kalau masih ngantuk kita kayak gini dulu aja.” ujar Joohyun lagi.

Seungwan menoleh sebentar ke arah pintu masuk, kemudian ia menatap Joohyun kembali.

“Gendong.”

“Hah?”

“Makanannya pasti kamu siapin di dek depan itu kan? Yang ada tempat bisa buat berjemur?”

“Hehe ketebak ya?”

“Ya kamu kan suka sok romantis gitu, borderline cringe.” tawa Seungwan yang kemudian mengecup leher Joohyun singkat dan mendapatkan balasan dari Joohyun yang mengacak rambutnya pelan.

“Hari ini hari ulang tahun kamu, jadi kamu bebas minta apa aja sama aku. Your word is my command, ma’am!

Seungwan mencubit pelan pinggang Joohyun, namun dirinya tetap saja tersenyum lebar.

“Pagi-pagi gak usah mulai gombal deh Joohyun!”

“Loh, bukan gombalan kalau aku emang ngomongnya dari hati, ya kan sayang?”

“Tuh! Tuh!”

Kedua sejoli itu kembali tertawa lepas.

Pagi itu, yacht yang tergolong cukup besar tersebut tidak terasa sepi. Sebaliknya justru terisi dengan tawa dan teriakan-teriakan protes dari Seungwan akan tingkah Joohyun yang mengundang decak protes maupun tawa baginya.

Joohyun sendiri memilih untuk mendengarkan nasihat adiknya dan lebih memperhatikan detil emosi yang Seungwan rasakan. Ia rasa ia harus berterima kasih pada Yerim nanti ketika mereka bertemu.