Amoureux de…(Seungwan) part 6-54
“Muka ditekuk amat.” ujar Seulgi dibarengi dengan sebuah tepukan pelan dipundak Joohyun.
Sang wanita bermata monolid tersebut menempati bangku yang kosong tepat di samping Joohyun, bangku yang tadinya ditempati oleh Seungwan. Setelah ia mendapatkan posisi yang nyaman, Seulgi kemudian menawarkan segelas orange squash kepada Joohyun yang diterima dengan baik oleh sahabatnya itu.
Namun setelahnya tidak ada percakapan yang tercipta di antara keduanya.
Seluruh perhatian Joohyun terpusat pada Seungwan yang saat ini sedang bersenda gurau bersama dengan Yerim dan Sooyoung. Tanpa ia sadari, Joohyun ikut tersenyum bahkan tertawa kecil kala ia melihat betapa Seungwan menikmati waktunya malam ini.
Sementara itu, Seulgi pun terfokus pada Sooyoung namun sesekali ia melirik ke arah Joohyun untuk melihat bagaimana suasana hati sahabatnya saat itu.
Hal ini bukanlah tidak beralasan. Suasana hati Joohyun malam ini nampaknya sedang tidak baik, Joohyun tidak banyak berujar. Ia bahkan terlihat unresponsive pada sebagian besar orang malam itu.
Hanya Seungwan dan Minjeong yang masih mendapatkan tanggapan positif dari Joohyun. Minjeong pun sebenarnya hampir tidak bisa masuk hitungan karena Joohyun hanya berbicara dengan Minjeong jika ia membutuhkan bantuan asistennya yang berkaitan dengan Seungwan.
Bahkan dengan kedua orangtuanya sekalipun, Joohyun terkesan dingin. Sepanjang acara makan malam Joohyun terlihat menghindari kontak dengan kedua orang tuanya, ia bahkan terlihat jauh lebih ramah pada nyonya Do dibandingkan dengan tuan dan nyonya Bae.
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, Yerim sekalipun. Namun mereka bisa menebak bahwa kemungkinan besar Joohyun terlibat sedikit pertengkaran dengan kedua orang tuanya.
Bahkan hingga tuan dan nyonya Bae beserta dengan nyonya Do pamit untuk kembali ke beach house milik Joohyun, tidak ada tegur sapa berlebih yang terjadi di antara sepasang orang tua dan anak sulung mereka.
Hal ini cukup membuat Seungwan dilanda rasa bingung. Pasalnya Joohyun masih terlihat baik-baik saja sampai sore tadi sebelum ia membantu kedua orang tuanya di parkiran mobil. Namun mood Joohyun terlihat langsung berubah 180 derajat setelahnya.
Joohyun pun tidak mau menjawab ketika ditanya oleh Seungwan.
Nanti.
Begitu jawaban Joohyun setiap kali ditanya oleh Seungwan.
Akhirnya Seungwan berhenti bertanya pada Joohyun, ia khawatir jika terlalu mendorong Joohyun untuk bercerita justru membuat mood kekasihnya semakin buruk. Alhasil, Seungwan berusaha mengubah taktik dengan meminta bantuan Seulgi untuk berbicara dengan Joohyun. Mungkin jika Joohyun tidak dapat bercerita kepadanya, Seungwan harap Joohyun mau sedikit terbuka kepada Seulgi.
“Hyunnie.” panggil Seulgi pelan, sengaja menggunakan panggilan masa kecil mereka untuk mendapatkan perhatian Joohyun.
Tentu saja Joohyun cukup terkejut saat mendengarkan panggilan tersebut dari Seulgi. Sejak kepergian Nana, Seulgi selalu memanggilnya dengan nama ‘Irene’. Bahkan setelah ada Seungwan pun, dapat dihitung jari berapa kali Seulgi memanggilnya ‘Joohyun’.
Menyadari bahwa kini ia telah mendapatkan perhatian Joohyun, Seulgi tersenyum ke arah sahabatnya. Ia menggaruk bagian belakang telinganya sebelum tangannya masuk ke dalam saku hoodie yang ia kenakan.
“Gue mau ngomong serius.” ujar Seulgi membuka percakapan.
“Apa?”
“Gue tau sekarang kantor lagi sibuk, terutama proyek lo sama Mills. Inc. Then your wedding. Oh congratulations for your wedding by the way, kayaknya gue belum pernah ngomong ini langsung ya?”
Joohyun tertawa pelan, “Iya, belum. Tapi gue somehow udah ngerasa kalo lo udah ngasih selamat ke gue.”
“Telepati kita kebangetan sih dari dulu. Pantesan Seungwan sama Sooyoung suka jealous.”
Ucapan Seulgi barusan membuat keduanya sama-sama tertawa karena memang benar adanya.
“Tapi sekarang kan mereka udah paham. Seungwan sih terutama, after I propose to her, dia lebih jarang jealous sama lo.”
“Well, talking about proposing, gue mau propose Sooyoung. Hubungan gue sama Sooyoung udah jauh lebih lama dan stabil dibandingin sama lo dan Seungwan, no offense. Tapi gue iri karena masih belum berani kayak lo, hyun. When you love something, you always put your hundred percent effort.”
“Huh, finally!! Seungwan udah sering cerita kalau Sooyoung nungguin lo buat propose! Oh my god! I’m happy for you, Gi!”
Mata Seulgi membulat, terkejut.
“Kok lo nggak ngasih tau ke gue?!”
“Sorry, dilarang Seungwan. Karena harusnya Seungwan juga nggak cerita ke gue. Sooyoung maunya lo propose karena lo siap, bukan karena paksaan.”
“Well, I am ready. Always, cuma gatau aja dari kemarin kayak ngerasa belum saatnya. But my final push adalah ketika gue liat Sooyoung nemenin Seungwan di butik nyokap lo pas liat-liat katalog gaun. I can see that she wants it too and so do I.”
“Kapan lo bakal propose?”
“Abis lo nikah. Sekalian gue mau ngomong sebagai bawahan lo dikantor, gue mau minta supaya workload gue dikurangin. No more weekend duty, unless it is really necessary. Gue mau luangin waktu gue untuk Sooyoung. No offense Hyun, gue udah kasih waktu gue buat kantor banyak banget dan gue rasa sekarang saatnya gue mulai tata ulang prioritas hidup gue.”
“Jangan abis gue nikah. Kayak gitu aja artinya lo udah lebih memprioritaskan kantor daripada Sooyoung. Propose as soon as you feel you are ready. Urusan kantor, itu tanggung jawab gue. Thank you by the way udah ngasih tau gue duluan. Also congratulations, Gi.”
Senyuman lebar tersungging di wajah Seulgi. Awalnya ia memang mau melamar Sooyoung secepat mungkin, namun ia tahu bahwa Joohyun pun masih membutuhkan bantuannya setidaknya sampai acara pernikahan Joohyun dan Seungwan selesai terselenggara. Namun kini saat ia sudah mendapatkan lampu hijau dari Joohyun, sudah tidak ada halangan baginya untuk segera melamar sang kekasih hati.
“Lo mau gue peluk gak? Atau gue cium gitu pipinya? Sumpah gue seneng banget dapet lampu ijo gini!”
Pertanyaan Seulgi mengundang tatapan horor dari Joohyun. Ia buru-buru menjauhkan tubuhnya dari Seulgi.
“Najis tau nggak? Kalau kita masih SD dulu nggak apa-apa! Lagian, lo mau diamuk sama cewek lo plus Seungwan?!”
Seulgi hanya tertawa, masih menunjukkan senyuman lebarnya.
“Ya biarin aja, gue lagi seneng banget ini soalnya. Oh iya, omong-omong lo lagi ada masalah?” tanya Seulgi lagi.
“Nggak. Kenapa lo nanya gitu?”
“Lo lagi badmood. Semua orang bisa ngerasa, bahkan Seungwan sekalipun. Dia yang minta tolong ke gue buat ngomong sama lo. Tapi tanpa Seungwan minta pun, gue dari tadi udah gatel pengen nanya sekalian ngomong yang tadi juga.”
“Hmm, ya ada sesuatu sih.”
“Something personal?” lanjut Seulgi.
“Iya.”
“Seungwan?”
Joohyun terdiam sejenak, ia menatap lurus ke depan ke arah dimana Seungwan terlihat sedang menikmati malam bersama dengan orang-orang terdekatnya. Senyuman Seungwan sama sekali tidak memudar dan justru membuat Joohyun ikut tersenyum.
Sang solois terlihat sedang beradu skor karaoke bersama dengan Yerim, Sooyoung, Ojé, dan Minjeong. Sementara itu Taeyeon dan Jennie terlihat sibuk merekam kejadian kejadian konyol yang tersaji di depan mereka.
“Gue sayang banget sama Seungwan, Gi.”
“Obviously…” tawa Seulgi.
“No, you don't understand. Gue sayang banget sama Seungwan, lebih dari apapun. Lebih dari gue sayang sama diri gue sendiri. I can't imagine if I have to lose her again. Dua kali Gi, and it was a hell for me. Gue bakal mastiin nggak ada yang ketiga.”
“Gue nggak paham… Emang ada apa? Kok lo tiba-tiba ngomong gini?”
“Gue benci banget sama dunia yang sudah terlalu kejam sama Seungwan. She deserves to be happy, to feel that she is loved. Gue bakal berjuang habis-habisan untuk Seungwan, even if it means gue harus against her parents or even against mine.”
Seulgi mengerutkan keningnya.
“Dan gue harap, gue nggak harus against lo semua.” sambung Joohyun.
“Gue masih gak paham. Jadi ada orang yang ngusik Seungwan maksud lo? Atau apa sih?”
Belum sempat Joohyun menjawab, Seungwan sudah lebih dahulu menginterupsi percakapan di antara dua sahabat tersebut.
“Joohyun!!” panggil Seungwan yang terlihat berlari ke arah Joohyun dan Seulgi.
“Hey, having fun tonight?”
Tangan Joohyun terjulur ke arah Seungwan yang otomatis langsung disambut oleh Seungwan. Kini sang solois tengah terduduk di pangkuan Joohyun mengingat kursinya saat ini digunakan oleh Seulgi.
“Yep! Tapi kalian berdua malah mojok disini!” dengus Seungwan.
Joohyun tertawa pelan. Jemarinya menyibak poni yang menutupi kening Seungwan.
“Poni kamu tambah panjang.”
“Nggak nyambung deh! Tapi iya sih ini tambah panjang. Oiya!! Tadi anak-anak pada minta aku buat jemput kamu sama Kak Seul!”
“Jemput?” tanya Seulgi
“Iya! Pada mau bikin api unggun di deket parkiran. Tadi Minjeong sama Kak Jen udah minta staff buat nyiapin.”
“Ahh, okay. Gue duluan kesana deh. Kalian berdua jangan kelamaan ya disini.” goda Seulgi.
Sementara itu Seungwan hanya menjulurkan lidahnya ke arah Seulgi. Lama kelamaan ia mulai terbiasa dengan godaan yang dilontarkan oleh teman-teman mereka.
Seulgi kemudian menepuk pundak Joohyun sekilas sebelum meninggalkan Joohyun dan Seungwan.
“Yang tadi rahasia ya, hyunnie!” ujar Seulgi memperingati Joohyun.
Ucapan barusan mengundang rasa penasaran dalam diri Seungwan. Ia menoleh ke arah Joohyun dan Seulgi secara bergantian.
“Kalian ngerahasiain apa?” tanya Seungwan.
“Yang namanya rahasia itu nggak boleh dibagi, sayang. Kecuali rahasia aku yang ini, semua orang boleh tahu.”
“Huh? Apa?”
“I love you.” bisik Joohyun tepat di telinga Seungwan.
“Hmm? Suddenly?” tanya Seungwan terkejut.
“Do you love me too?”
“I do, Joohyun. I love you.”
Joohyun tersenyum singkat kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seungwan, berusaha menghirup aroma tubuh Seungwan yang juga merupakan aroma favoritnya.
“Kamu kenapa?” tanya Seungwan sembari membelai kepala Joohyun dengan pelan.
“Kangen aja sama kamu. Pengen berdua aja.”
“Gombal!”
“Aku serius, sayaaang. Dari tadi kan kamu selalu sama yang lain, well understandable karena hari ini hari bahagia kamu.” ucap Joohyun, matanya menatap manik mata cokelat milik Seungwan dengan sangat lekat.
Namun tindakan ini justru membuat Seungwan dapat merasakan bahwa Joohyun sedang gelisah. Tangan Seungwan terangkat untuk membelai rambut Joohyun dan menyampirkan rambutnya ke belakang telinga.
Tanpa keduanya sadari, jarak di antara mereka mulai terkikis sedikit demi sedikit.
Mata keduanya secara otomatis terpejam ketika mereka menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.
Perlahan Joohyun menyesap bibir bagian bawah milik Seungwan. Begitu pula dengan Seungwan yang kini tengah menikmati manis dan lembutnya bibir Joohyun.
Deru napas keduanya saling beradu. Kehangatan di antara keduanya tercipta secara otomatis.
Pelan dan Lembut.
Dalam dan Intim.
Keduanya sama-sama tidak mempedulikan sekeliling mereka. Saat itu Joohyun hanya memiliki satu tujuan, yaitu menyalurkan perasaannya kepada Seungwan melalui ciuman mereka. Seungwan pun telah memblokade seluruh inderanya dan hanya mencurahkan seluruh perhatiannya pada Joohyun.
Perlahan tangannya menyentuh rahang Joohyun untuk memperdalam ciuman mereka. Ibu jari Seungwan mengelus pipi Joohyun sembari tangan kirinya menahan tengkuk Joohyun, memaksa sang CEO untuk memperdalam ciuman mereka.
Lain halnya dengan Joohyun yang kini sudah memegang pinggang Seungwan dengan kokoh, berusaha untuk menjaga Seungwan agar tidak terjatuh dari posisi duduknya. Telapak tangan kanannya sudah bergerak naik-turun, mengelus punggung Seungwan.
Mereka sangat menikmati setiap detik yang berlalu, setiap hembusan napas yang menerpa wajah mereka, setiap erangan pelan atas kenikmatan yang tengah mereka rasakan.
“Haloooo spadaaaa!!”
Teriakan Yerim sontak menghentikan kegiatan Joohyun dan Seungwan. Keduanya tertawa pelan, sama-sama berusaha mengatur ulang napas mereka dan sexual tension yang tadi sempat tercipta.
Sang CEO merengkuh tubuh Seungwan dan memeluknya erat. Tangannya melingkari tubuh mungil Seungwan, kepalanya terbenam di ceruk leher sang solois. Sementara Seungwan mengelus kepala Joohyun dengan penuh kasih.
“Adek kamu selalu aja dateng disaat kayak gini, aku heran.” tawa Seungwan.
“I’m asking the same question.”
“Yuhuuu! Lo berdua decent-kan? Gue mau jalan kesana nih?” teriak Yerim dari ujung tangga lantai satu.
“Tunggu situ aja! Gue sama Joohyun udah mau turun kok!”
“Loh kata siapa kita mau turun sekarang?” bisik Joohyun memprotes ucapan Seungwan.
“Ih, kamu nih ya! Kita udah ditungguin tuh, ayo turun!”
“Nggak mau! Nanti aja, sepuluh menit lagi!”
Seungwan memutar kedua bola matanya, tangannya mencubit pinggang Joohyun.
“Mendingan kamu lepas deh ini tangan kamu, daripada adek kamu nemuin kita kayak gini.”
“Woy Cepetan! Lo berdua tuh udah ditungguin dari tadi tau nggak?! Lo kira gue gak denger ini bisik-bisik tetangga?!”
Omelan terakhir dari Yerim akhirnya membuat Joohyun dengan terpaksa melepaskan pelukannya. Namun ia berhasil mencuri satu kecupan singkat sebelum Seungwan berhasil melepaskan diri dari kekangan Joohyun.
“Lo berdua kalo gak turun juga, gue naik nih ya. Hitungan ketiga. Satu!”
“Iya! Iya! Ini turun!”
Malam hari itu cukup berawan dan dingin. Tak heran mengingat saat itu masih peralihan musim dingin ke musim semi. Sembilan orang gadis yang tengah melingkari satu api unggun malam itu sukses membuat kegaduhan.
Terdengar pekikan-pekikan, tepuk tangan, maupun erangan protes yang saling sahut menyahut. Yang awalnya merupakan ’pesta’ api unggun, kini telah bergeser menjadi permainan Truth or Dare.
Entah sudah berapa banyak alkohol yang mereka konsumsi.
Namun Taeyeon dan Joohyun tetap berusaha mengontrol keadaan agar tetap terkendali. Bagaimanapun juga mereka tetap memiliki image yang harus dijaga.
“Ayo lagi! Lagi!!” pekik Minjeong.
Sang gadis termuda nampaknya sudah mulai kehilangan kesadarannya.
“Berhenti minum deh, udah mabok nih.” ujar Jennie yang mengambil gelas digenggaman Minjeong.
“Belom kaaak!! Aku masih perfectly sobeeer!!”
“That’s exactly what drunk people would say, Jeong.” ujar Joohyun yang tengah menahan kepala Minjeong agar tidak terantuk sandaran kursi kayu yang ia tempati.
“It’s okay babee, biarin aja dia sesekali kayak gini. Aku yakin biasanya juga dia nggak gini kan? Lagian kan ada kita semua.” bisik Seungwan tepat di telinga Joohyun diselingi tawa-tawa kecil.
“Two drunk people, great.”
“Tiga, cewek gue mulai tipsy tuh.” sahut Seulgi.
Joohyun tidak begitu menyadari keadaan namun yang ia tahu tiba-tiba Yerim menepuk pundaknya kencang-kencang sembari menyerahkan botol kaca yang rupanya tadi mengarah kepadanya.
“Yuhuuu!! Your turn sistaaaah!!”
“Apaan? Gue nggak ikutan!”
“Ughh party pooper boooooo” ejek Seungwan dengan ibu jari menghadap ke bawah.
Dengan malas Joohyun memutar botol kaca yang diberikan kepadanya.
“Loh, tunggu kalo gue puter maksudnya apaan?” tanya Joohyun yang baru menyadari perbuatannya.
“Lo milih dare artinya, kak.” tawa Ojé.
“Lah? Gue aja nggak setuju?!”
Nampaknya malam hari itu kesabaran Joohyun sedang diuji, botol yang tadi ia putar kini menghadap lurus ke arah Seulgi yang sama-sama memberikan ekspresi terkejut.
“Wohoo!! Kak Seul!! Cepet! Cepet! Ini ambil kartunya!!” ujar Yerim kegirangan.
Joohyun menghela napasnya kasar, namun tangannya tetap mengambil tumpukan kartu paling atas. Terlihat kerutan di dahinya sesaat setelah ia membaca kartu yang ada di tangannya.
“Pepero game?”
“Yah! Kita gak ada pepero!!” protes Yerim.
“Ada spaghetti kak!!” sambung Minjeong.
“Heh kata siapa gue setuju!!”
Ujaran protes Joohyun sama sekali tidak digubris. Yerim sudah berlari ke arah yacht mereka dan meminta salah satu staf untuk mengambil sepiring spaghetti bagi mereka.
Sementara itu sang CEO hanya bisa memijat keningnya dan berkali-kali menghela napasnya gusar.
“Kalo gue tolak, apa sih hukumannya?”
“Lo minum tuh satu gelas.” tunjuk Taeyeon pada satu gelas besar berisikan Rum.
“Hah? Gila, lo semua emang niat mau mabok apa gimana sih?!” gerutu Joohyun.
“Your choice kak, minum itu atau lanjutin gamenya. Pepero game tuh intinya lo harus gigit ujung batang pepero terus orang lainnya gigit ujung satunya, nah kalian harus patahin peperonya sependek mungkin.” ucap Ojé menjelaskan aturan mainnya.
“Gue kayaknya milih minum aja deh Ren….”
Seulgi melirik ke arah Sooyoung namun ia justru melihat kekasihnya itu seakan-akan menantangnya untuk melakukan dare tersebut. Tak jauh berbeda dengan Sooyoung, Seungwan pun terlihat tersenyum jahil ke arah Joohyun.
“It's just a game! Kita nggak masalah kok! Lagian, palingan apa sih? Bibir kalian nempel doang kan? Ya nggak?” ucap Seungwan kepada Sooyoung yang dibalas dengan anggukan kepala.
“Once and for all, biar akuuu….” tunjuk Sooyoung pada dirinya, kemudian telunjuknya beralih menunjuk ke arah Seungwan
“....sama Seungwaaaan enggaak penasaran lagi kaliaaann berdua tuh ada rasa atau nggak.”
“Girls, kalian udah mabuk. Ini kalian ngomong gini pasti nggak sadar deh.” ujar Seulgi yang berusaha menengahi suasana.
Joohyun menatap Seungwan dan gelas yang berisikan Rum secara bergantian. Disatu sisi ia tidak merasa kuat untuk menghabiskan satu gelas alkohol tersebut. Namun di sisi lain ia cukup khawatir jika ia menerima tantangan tersebut, esok hari Seungwan akan merajuk padanya mengingat malam ini Seungwan tidak nampak dalam keadaan yang sepenuhnya sadar.
“Yuhuuu the spaghetti is here!!”
Joohyun kembali menatap Seungwan dan kali ini tatapannya dibalas dengan tatapan menantang dari Seungwan. Pandangan mata sang solois tertuju pada piring spaghetti kemudian ia menggoda Joohyun dengan menaikkan alis matanya.
“Sure, just a game.” batin Joohyun.
Joohyun menarik napasnya panjang satu kali sebelum ia mengambil seuntai spaghetti. Sang CEO melirik ke arah Seungwan sekali lagi kemudian ia memberikan aba-aba kepada Seulgi untuk segera menuntaskan permainan tersebut.
“Lo gigit aja, diem nggak usah gerak. Gue aja yang gerak.” perintah Joohyun.
“Oooh someone is in charge eh?” goda Yerim.
Joohyun hanya bisa memutar kedua bola matanya malas. Kedua tangannya kini memegang bahu Seulgi, berusaha menjaga keseimbangannya.
“Gue cuma harus gigit ini sampai sisanya sependek mungkin kan?”
“Yep, the rules should be like that. Kalau without modification.” jawab Ojé.
“Okay…”
Kini semua mata tertuju pada Joohyun dan Seulgi.
Seulgi yang sudah mengigit ujung spaghetti dan diam tak bergerak dan Joohyun yang terlihat kembali mengatur napasnya.
Perlahan Joohyun mulai mengigit ujung spaghetti di sisi miliknya.
Tantangan tersebut berjalan mulus sampai Joohyun dapat merasakan Seulgi sudah semakin dekat di hadapannya. Mau tidak mau ia harus memiringkan kepalanya ke arah kanan dan Seulgi pun menerima kode dari Joohyun dengan sangat baik, ia memiringkan kepalanya ke arah yang berlawanan.
Perlahan namun pasti, hidung keduanya sudah hampir bersentuhan.
Seulgi sesekali melirik ke arah spaghetti yang ada di bibirnya dan di ujung bibir Joohyun.
“Ren… gak usah terlalu kompetitif ren…” bisik Seulgi memperingati Joohyun.
Sementara itu Joohyun justru semakin terfokus pada tantangan yang harus ia lakukan. Memang tidak ada batas minimum yang harus ia penuhi, namun Joohyun yakin jika ia tidak memutus spaghetti tersebut dan menyisakannya dengan sangat pendek, pasti Seungwan dan Sooyoung atau bahkan Yerim akan meminta tantangan tersebut untuk diulang.
“Gi, diem.” perintah Joohyun sembari mencengkram bahu Seulgi yang terlihat mulai bergerak tidak sabar.
“Emang sepupu gue paling kompetitif sejagad raya!” sorak Jennie yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari Minjeong dan Yerim.
“Ren….”
“Gi, diem.”
Tik
“Gigit sekarang, Gi. Lepeh kesini.” perintah Joohyun yang menyodorkan telapak tangannya yang sudah ia lapisi dengan tisu kering.
Ia pun melakukan perintah Joohyun dan kini bisa bernapas lega saat melihat potongan sisa spaghetti yang tadi telah ia sisakan.
“Anjir ini mah nggak ada satu senti?”
“Liat kak! Liat!”
Tak butuh waktu lama bagi Joohyun untuk menjadi pusat kerumunan. Ia pun tersenyum bangga karena telah menyelesaikan tantangan tersebut dalam sekali percobaan.
Joohyun kemudian menjewer telinga Yerim dan Minjeong yang ia anggap sebagai biang keladi atas permainan malam ini.
“Kalian berdua besok pagi harus bisa bangun lebih pagi dari gue, or else lo berdua bakal nyesel.” gerutu Joohyun.
Tentu saja pemandangan ini mengundang tawa bagi orang-orang yang tidak terkena amukan Joohyun.
“Sorry tadi kena dikit.” bisik Seulgi pada Joohyun saat keduanya sudah kembali duduk di posisi semula.
“Cerewet lo, mending diem deh sebelum ada yang nyadar!” desis Joohyun.
“Next round! Next round!!”
Tanpa menunggu aba-aba, Seungwan sudah mengambil botol kaca yang tadi digunakan oleh Joohyun dan memutar botol tersebut dengan tangan kirinya.
Semua mata tertuju pada satu botol kaca yang kini mulai berputar dengan lambat.
Seungwan dengan kilatan mata jahilnya dan Joohyun dengan ekspresi serius yang tidak bisa lepas dari wajahnya.
“Wendeeeeeeeh!!!” teriak Yerim saat menemukan botol tersebut justru mengarah tepat ke arah Seungwan.
“Easy peasy, dare honey!”
Yerim tersenyum jahil. Ia kemudian kembali memutar botol kaca tersebut dan kali ini berhenti mengarah pada Ojé.
Rahang Joohyun mengeras saat ia menyadari bahwa kini Seungwan harus melaksanakan dare tersebut dengan sepupunya sendiri yang juga mantan kekasih dari Seungwan.
“Take the card!! Take the card!!” ujar Jennie yang turut meramaikan suasana dan menyerahkan setumpuk kartu yang berisikan perintah-perintah untuk melakukan tantangan tersebut.
Dengan santai Seungwan mengambil kartu di tumpukan teratas dan membaca isi perintah dengan lantang.
“Kiss someone on the lips. More than peck.”
Mata Joohyun dan Ojé sama-sama membulat untuk dua alasan yang berbeda. Keduanya menatap Seungwan lalu saling bertukar pandang. Sementara itu yang lainnya justru bersorak lantang, ada yang menggoda Seungwan, ada yang menggoda Ojé, dan tentu saja ada yang menggoda Joohyun.
“You should work on your temper and jealousy, sis.” goda Taeyeon sembari kembali menenggak minuman beralkohol yang ada di tangannya.
Joohyun membuang wajahnya dan memejamkan matanya, berusaha untuk menghalau semua suara yang ada dan melupakan apa yang harus ia lihat.
“She is someone who has that kind of track record AND not to mention dia bakal kerja sama banyak stranger juga kedepannya. This is just a game and we can trust Ojé, gimana kalau kedepannya dia bakal ada proyek yang harus skinship sama orang lain lebih dari ini dan dengan orang yang lo sendiri nggak bisa percaya?” lanjut Taeyeon.
Belum sempat Joohyun membalas ucapan Taeyeon, sudah terdengar kegaduhan yang diciptakan oleh Yerim, Sooyoung, dan Jennie.
“Whooaaaa!!”
“Bottom up!! Bottom up!!!”
“Daaang!! Sis you sure know how to drink!!”
Rupanya Seungwan lebih memilih untuk tidak melaksanakan tantangannya dan meminum segelas rum yang merupakan hukuman baginya.
“Enough.”
Joohyun bangkit dari posisi duduknya dan menghentikan Seungwan yang sudah hampir menghabiskan satu gelas rum tersebut.
Tentu saja semua mata tertuju pada Joohyun terutama saat sang CEO mengambil gelas yang ada di genggaman Seungwan dan menggendong tubuh Seungwan, entah mendapatkan kekuatan dari mana.
“Pulang sekarang.” ujar Joohyun tegas pada Seungwan.
Sementara itu Taeyeon menggelengkan kepalanya dan menghabiskan sisa-sisa minumannya sebelum ia ikut berdiri dan menepuk tangannya dengan kencang untuk menyita perhatian dari sepupu-sepupunya.
“Okay, that’s it girls. Now go back to your room! Shooo shooo. Malam ini kelar sampai sini aja!”