Amoureux de…(Seungwan) part 7-14
Bunyi halus selimut yang ditarik menutupi tubuh dua sejoli dapat terdengar dengan indah, mengisi kesunyian di kamar utama.
Erangan pelan keluar dari mulut Seungwan ketika ia merasakan Joohyun mengeratkan pelukannya, menarik tubuh Seungwan untuk lebih mendekat kepada tubuh Joohyun.
“Morning, love.” sapa Joohyun dengan suara seraknya, tak lupa ia tinggalkan kecupan di bahu mulus milik Seungwan.
Seungwan berdeham pelan untuk sekadar membasahi tenggorokannya. Kemudian memutar tubuhnya agar ia bisa menatap Joohyun dan meninggalkan satu kecupan balasan di leher Joohyun.
“Pagi, babe. Ugh, untung hari ini aku nggak ada rekaman. Tenggorokanku sakit banget.” gerutu Seungwan pelan, kini ia sudah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Joohyun.
Mendengar protes dari Seungwan, Joohyun hanya bisa tertawa kecil. Pasalnya ia pun merasakan hal yang sama. Nampaknya semalam mereka berdua terlalu bersemangat dan berlebihan dalam melakukan aktivitas dewasa mereka.
“Sorry… I just miss you so much, I guess? Tapi badan kamu nggak ada yang sakit kan?” tanya Joohyun, kali ini ia tinggalkan satu kecupan di puncak kepala Seungwan.
“Nope… ehhm… cuma tenggorokan aku aja agak sakit.”
“Nanti aku buatin jeruk nipis hangat kayak biasanya ya? Sekarang aku mau lanjut tidur lagi sama kamu.”
Seungwan sama sekali tidak memprotes ucapan Joohyun, justru ia semakin melesakkan tubuhnya ke dalam pelukan sang CEO.
Pagi ini, tanpa perlu banyak berkata-kata, keduanya saling setuju untuk menghabiskan pagi mereka bersama.
Joohyun tahu ia harus memanfaatkan setiap detik yang ada bersama dengan Seungwan karena minggu depan sudah dapat dipastikan ia akan disibukkan dengan pekerjaannya. Sementara itu Seungwan pun dapat merasakan bahwa minggu ini adalah saat dimana ia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Joohyun.
Semalam selepas mereka melakukan impromptu date, Joohyun dan Seungwan memilih untuk berendam di jacuzzi tub sembari membersihkan tubuh mereka setelah berpergian.
Entah siapa yang memulai terlebih dahulu, but a kiss leads to another kiss, Joohyun dan Seungwan pun berakhir dengan menghabiskan malam mereka hingga dini hari untuk menjelajahi tubuh satu sama lain. Menunjukkan perhatian dan cinta kasih mereka kepada satu sama lain.
Pagi ini pun Joohyun sempat beberapa kali mencuri-curi ciuman singkat di bibir Seungwan. Harus Joohyun akui, Seungwan adalah candu baginya.
“Babe…”
“Hmm?”
“Ini jam berapa sih?” tanya Seungwan pelan.
Sang solois kini sudah lebih sadarkan diri dan perlahan mengingat-ingat pukul berapa semalam keduanya terlelap. Otaknya mulai mengkalkulasi secara sederhana.
“Wait, Hyun… We fall asleep jam berapa tadi pagi?” tanya Seungwan lagi, kali ini ia sedikit mendongakan kepalanya agar ia bisa menatap wajah Joohyun.
“Uhm… I don’t know? We arrived past midnight for sure. Jam 1 kayaknya kita baru sampai sini? Terus mandi… and then you know what we do…” jawab Joohyun santai, lagi-lagi mengecup Seungwan, kali ini tepat di kening sang solois.
“Love language kamu bener-bener physical touch ya?”
“Suddenly?”
“Kemaren pas di beach house kan kita sempet main ituu! Yang sama Minjeong segala.”
“Oh, ya aku nggak terlalu mentingin yang kayak gitu sih.”
“Aku kaget Kak Jen ternyata love language ke orang tuh act of service.”
“Honestly? I think that's part of my family traits, kalau dipikir-pikir kami semua pasti ada indikasi act of servicenya.”
“Hmm… setuju sih.”
Seungwan kembali memeluk Joohyun, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang kekasih. Lagi-lagi mencoba menghirup aroma tubuh Joohyun.
“By the way, aku gak mau buka gordennya soalnya aku yakin itu matahari udah di atas.” bisik Seungwan lagi.
“Ah… right. Aku juga nggak mau. Eh, heran deh kok alarm ku nggak bunyi ya?”
“Wait, handphone kamu dimana?”
Pertanyaan Seungwan membuat Joohyun perlahan terjaga. Ia berusaha mengingat-ingat reka ulang adegan semalam, mulai dari ia tiba di apartemen hingga berakhir di ranjang berukuran queen size tersebut.
“Uhm, kayaknya handphoneku somewhere in the living room. Semalem kan aku nggak bawa tas, handphonenya ada di saku celana jeans and well, celananya gak tau sekarang ada dimana.” tawa Joohyun disambut dengan cubitan pelan di pinggangnya.
“Kayaknya kita harus bangun deh, kamu kan juga kerja hari ini?”
“Hmm, 5 more mins?”
“Ya terserah, aku mau bangun sekarang.”
Seungwan melepaskan pelukan Joohyun, berjalan ke arah kamar mandi. Namun ia harus mendengus kesal saat mendengar siulan pelan dari Joohyun.
“Nice abs honey!”
“Mesum!!”
”Gimana? Udah ketemu Joohyun?”
“Belum, Kak Joohyun kayaknya masih di kamar deh sama Kak Wen. Aku nggak berani ketok pintunya.”
Minjeong dapat mendengar dengusan panjang dari seberang sambungan telepon.
”Suka heran deh sama sepupuku yang satu itu. Udah dua kali ya dia bikin bumi gonjang-ganjing tapi malah santai-santai aja!”
“Well, no comment sih aku. Kak Jen disana gimana?”
”Aman terkendali, well harus nurunin lebih banyak security sih. Tapi semua terkendali. PR team udah gerak juga tadi. Tapi masalahnya, sekarang aku harus menghadapi Board of Directors dan Shareholders yang minta penjelasan! Nih si Joohyun kayak gatau aja deh yang beginian jadi santapan banget buat tu om-om haus kekuasaan.”
“Iya, yang sabar ya kak. Aku bantu apa dari sini?”
”Nggak ada, aku cuma ngomel aja kok. Kamu urus Joohyun aja. By the way, udah dihubungin Sam?”
“Belum? Aku kira Kak Jen yang langsung kontakan sama Kak Taeyeon?”
”Huh? Aneh banget? Aku belum ada kontakan sama agensinya Kak Tae? Aku kira kamu yang udah kontakan sama mereka. Terus yang ngeluarin statement dari ACE Ent siapa?”
“Uhh, aku belum ada kontakan apa-apa sih kak. Aku kira tuh statement dari ACE ya hasil diskusi kakak? Apa aku tanya ke Nyonya Do aja ya?”
”Boleh deh. Sekalian aku tanya Kak Taeyeon. Tumben banget deh mereka nggak ada koordinasi gini.”
“Eh, kak udah dulu ya. Itu pintu kamarnya ke buka.”
”Okay, take care Jeong. Call me kalau butuh apa-apa.”
“Sure, you too kak.”
Minjeong memutus sambungan teleponnya dengan Jennie tepat saat pintu kamar utama terbuka dan terlihat Joohyun berjalan keluar dengan bathrobe-nya.
“Uh, Kak Joohyun, are you decent? Aku ada disini by the way.” teriak Minjeong dari kursi ruang tamu.
“Huh? Jeong?”
Joohyun menaikkan alisnya, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di meja ruang tengah dan menemukan ponselnya sudah mati kehabisan baterai. Sang CEO kemudian berjalan ke arah meja ruang makan untuk mencari kabel charger yang seingatnya masih tergeletak bersama dengan gawai yang ia gunakan untuk bekerja.
Tak lama kemudian barulah Joohyun melangkahkan kakinya ke tempat dimana Minjeong tengah duduk dengan posisi awkward.
“Ngapain kamu disini?”
Minjeong hanya bisa mengatupkan mulutnya terbuka dan tertutup, matanya mengerjap keheranan.
“Uhm, mau ringkasan berita aja atau mau aku jelasin panjang lebar?”
“Ringkas. Buruan, aku mau nyiapin sarapan buat Seungwan.”
Minjeong mengangguk, ia kemudian mengambil tab yang sedari tadi tersimpan rapi di dalam tas jinjingnya.
“Semalam waktu Kak Joohyun pergi sama Kak Wen, kalian diikutin sama dispatch. Foto kalian kesebar dan pagi ini satu artikel yang cukup compromising udah naik dan viral.” ujar Minjeong sembari menunjukkan artikel yang dimaksud.
Penjelasan Minjeong menyita seluruh atensi Joohyun. Dapat Minjeong saksikan bagaimana kerutan-kerutan di dahi Joohyun perlahan mulai nampak.
“It’s one hella article, I must say kak. Kita juga belum banyak bicara. ACE juga cuma kasih statement ambigu. Well, ditambah postingan sosmed kalian juga….nyambung. Ah, right. As of now all your social media accounts are under Kak Jennie’s surveillance. Tenang aja, cuma yang official kok kak.”
“Okay. Gimana respon publik?” tanya Joohyun setelah mengembalikan tab yang ia pegang kepada Minjeong.
“Hmm, I don’t think you should worry about Kak Wen untuk sekarang. Responnya bagus, well nggak semuanya but mostly kinda rooting for you. Tapi yang harus kita khawatirin sekarang… justru ini.” jawab Minjeong yang mengekor di belakang Joohyun.
Kali ini Minjeong menunjukan pergerakan nilai saham perusahaan mereka pagi ini sebelum berita dikeluarkan dan setelah berita tersebut dikeluarkan.
“We got calls from the Mills.” lanjut Minjeong.
“What did they say?”
“Mereka minta kita tetap pada perjanjian kita di Paris. No scandal, no bad news. I gotta say, nilai saham kita yang pagi ini jadi fluktuatif, kind of a bad news.”
“What else?”
“Jangan deket-deket jendela, soalnya di bawah banyak reporter.”
“Kamu tadi gimana bisa kesini?”
“Aku dikira penghuni sih kak. Ya siapa yang nyangka sih orang kayak aku tuh asistennya kakak? Udah gitu tadi aku sengaja kesini pake baju kayak gini.” jawab Minjeong sembari menunjukkan fashionnya pagi itu.
Celana training, kaos putih, dan jaket windbreaker yang terlihat terlipat rapi di atas sofa ruang tamu.
“Right, kamu kayak bocah.”
“Bocah-bocah gini aku sering nyelametin kakak loh ya?”
“Iya, iya bocil. Kalau gitu kamu sekarang setup meeting aku, Jennie, Seulgi, Taeyeon. Kalau bisa sekalian hubungin asisten mamanya Seungwan. Aku mandi dulu, give me 10 mins.”
“Roger that, boss.”