Amoureux de…(Seungwan) part 7-74
Bohong jika Seungwan berkata bahwa ia mengabaikan seluruh pesan dan panggilan masuk dari Joohyun karena pada faktanya Seungwan telah membaca semua pesan singkat dan melihat panggilan masuk dari Joohyun yang pada akhirnya ia biarkan untuk tidak ia angkat.
Saat ini ia bukan sedang kabur dari permasalahan. Namun Seungwan merasa butuh waktu untuk memproses segalanya. Informasi yang ia dapatkan dari Minjeong kembali memicu kekhawatirannya dan sedikit banyak membuatnya selalu memikirkan hal-hal yang buruk.
Walau ia sepenuhnya menyadari bahwa Joohyun dan Papanya adalah dua sosok yang berbeda, namun tetap saja bayang-bayang itu terus menghantui dirinya, membuat Seungwan selalu bertanya pada dirinya sendiri bagaimana jika hubungannya dengan Joohyun akan berakhir seperti Papa dan Mamanya?
Seungwan pun tahu seharusnya ia berbicara langsung dengan Joohyun. Namun ia pun tahu bahwa saat ini kondisinya mungkin tidak ideal bagi mereka berdua untuk duduk dan berbicara serius tentang permasalahan ini. Seungwan dengan sejuta kekhawatirannya dan Joohyun dengan rasa lelahnya di kantor.
Sang solois tidak ingin mengulang kejadian yang sudah-sudah dimana mereka berakhir dengan pertengkaran yang hebat. Mereka berdua sudah cukup sering saling menyakiti satu sama lain dan kali ini Seungwan tidak ingin mengulanginya kembali.
Untuk itu Seungwan memilih mengabaikan Joohyun untuk sementara waktu sampai ia merasa benar-benar sudah tenang dan siap untuk membicarakan tentang permasalahan antara Joohyun dan Michelle, mungkin esok hari setelah Joohyun selesai melakukan penandatanganan proyeknya dengan perusahaan milik Michelle.
“Lho, kamu disini? Mama pikir kamu pulang ke rumah Joohyun?”
Seungwan terperanjat ketika mendengar suara mamanya, ia pikir saat ini hanya dirinya saja yang masih terjaga.
“Nggak, ma…”
“Kenapa? Berantem lagi?”
Kalimat tersebut membuat Seungwan tertegun dan menyadari betapa seringnya orang-orang lain yang ikut terseret dalam permasalahan antara dirinya dan Joohyun.
“Seungwan sayang, Mama paham betul sama sifatmu. When you love something you always give your hundreds and you tend to be hurt along the way. Seiring dengan kamu bertambah dewasa, kamu semakin menyadari rasa sakit itu dan sekarang kamu fokus untuk melindungi diri kamu sendiri dari rasa sakit itu, ya kan?”
Seungwan mengangguk.
“Nasihat mama akan selalu sama. Intinya ada di komunikasi dan usaha. Semua kekhawatiran kamu itu valid, semua perasaan kamu itu valid. Begitu pula dengan Joohyun. Kalian kan bukan cenayang yang bisa memahami satu sama lain lewat telepati, jadi bicarakan semua hal yang mengganjal bagi kalian. Pelan-pelan kalian akan bisa memahami satu sama lain dengan lebih mudah. Wajar sekali kalau saat ini kalian berdua masih belum bisa berkomunikasi dengan benar, kalian baru bersama-sama berapa lama sih? Belum ada lima tahun kan? Pasangan yang sudah menikah puluhan tahun aja masih bisa miskomunikasi, apalagi kalian.”
“Well, ma… tapi yang ini tuh…” Seungwan menghela napasnya panjang. Ia kemudian membuka ruang chat antara dirinya dan Minjeong.
“Mama bisa baca ini semua dan mama akan paham kenapa aku sekarang ada disini.”
Nyonya Do mengernyitkan dahinya sesaat sebelum ia mengambil ponsel yang ada di tangan putrinya. Jemarinya bergulir pelan membaca isi pembicaraan antara Seungwan dan Minjeong secara saksama.
Nyonya Do meletakkan ponsel milik Seungwan di atas meja kaca yang ada di dekat sofa tempat mereka duduk, kemudian ia menggenggam kedua tangan Seungwan dengan hangat.
“Sayang, Mama paham sekali apa penyebab kekhawatiran kamu. Tapi Mama juga mau mengingatkan kamu kalau nggak adil bagi Joohyun untuk selalu dibandingkan dengan Papa kamu setiap kali ada kejadian yang serupa. Percaya sama Mama, kedepannya nggak cuma sekali atau dua kali akan terjadi hal yang seperti ini. Sekarang tinggal bagaimana kalian berdua memilih untuk menyelesaikannya.”
“Ma, ucapan mama bukan bikin aku tenang tapi bikin aku tambah overthinking.” jawab Seungwan pelan.
“Mama bicara realitanya aja. Kayak yang tadi mama bilang, komunikasi. Kekhawatiran kamu itu wajar, perasaan kamu itu valid dan nggak boleh ada orang yang bilang kalau kamu terlalu overthinking. You love her, that’s why you’re worried. Masalahnya, kamu nggak tahu kan apa yang ada di kepala Joohyun saat ini, rencana dia, alasan dia atas segala perbuatannya.”
Seungwan menggeleng pelan.
“Maka dari itu kalian butuh bicara serius. Kamu boleh kok kasih tahu ke Joohyun batasan-batasan yang kamu nggak ingin Joohyun lakukan ke orang lain, do and donts. Yang nggak boleh adalah kamu memaksakan kehendak kamu. Kalau sekadar bicara, mama rasa nggak ada salahnya. Begitu pula dengan Joohyun. Inget kan, Joohyun nggak suka kamu naik taksi dan dulu Joohyun suka ngatur dan ngelarang kamu. Kesel nggak?”
“Banget.” dengus Seungwan.
“Tau alasan Joohyun kayak gitu?”
Seungwan mengangguk, “Dia cuma khawatir aja. Dia maunya aku selalu aman.”
“Sekarang ada cara lain nggak supaya Joohyun tetap tahu kalau kamu aman tanpa dia harus ngelarang kamu ini dan itu?”
Nyonya Do tertawa kecil saat melihat perubahan ekspresi di wajah Seungwan dan menyentuh puncak hidung Seungwan untuk menggoda putrinya.
“Ya kan? Semua kalau didiskusikan dengan baik, pasti ada jalan keluarnya, sayang. Jadi sekarang kamu stop berpikiran yang negatif, okay? Sekarang sudah tahu apa yang harus kamu dan Joohyun lakukan?”
“Hmm…ya…” jawab Seungwan sedikit malu.
“Kalian ini sudah besar tapi kayak anak baru sekali pacaran.”
“Ya emang.” celetuk Seungwan.
“Oh ya? Dokter park dulu gimana? Terus itu temen-temen cowok kamu itu, yang dulu suka ketemu di klub malam?”
“Ih apaan sih maaaa! Nggak ada, nggak ada.” jawab Seungwan dengan defensif. Ia kemudian bangkit dari posisinya dan mengambil ponselnya, berinisiatif untuk segera pergi dari ruang tengah sebelum mamanya kembali menggodanya.
“Mama kira kamu dulu bakalan sama dokter park?” goda Nyonya Do lagi.
“Maaa, stop it! Iya aku dulu emang pernah sama Ojé and it was one of my happiest moments but that’s it. Aku dan Ojé lebih cocok jadi sahabat. So, stop it ma, kalo Joohyun denger nanti dia ngambek lagi ke aku!” rengek Seungwan.
Nyonya Do terkekeh, “Oke, dokter park off-limit.”
“Yep, off-limit.”
“Okay kalau gitu godain kamu tentang orang lain boleh?”
“Mama!”