cw // sedikit NSFW, kissing, implied sex scene
Love and Leashes (Part 158)
Joohyun kembali mendongakan kepalanya saat ia mendengar suara pintu lift yang terbuka. Namun seperti yang sudah-sudah, ia kembali harus menunggu lebih lama ketika mendapati bahwa sosok yang keluar dari pintu lift bukanlah Seungwan.
Sore tadi ia memilih untuk tetap berada di kantor hingga larut malam. Ia memilih untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya hari itu juga agar ia tidak terlalu banyak memikirkan tentang dirinya dan Seungwan. Namun pesan masuk dari Seulgi telah membuyarkan semua rencananya.
Chat tersebut membuatnya merasa ketakutan karena kini ia tahu persis siapa dalang dari semua kekacauan yang harus ia lalui pagi tadi. Hal itu pun membuatnya semakin bergidik ngeri karena ia tidak tahu sejauh apa Seulgi telah menguntitnya selama ini.
Alhasil dengan pikiran yang kalut, Joohyun segera merapikan barang-barangnya dan pergi ke satu tempat yang menurutnya cukup aman baginya saat ini.
Sudah hampir dua jam ia duduk tepat di depan unit apartemen milik Seungwan. Kendati ia mengetahui password apartemen tersebut, namun Joohyun tidak ingin lancang memasuki unit apartemen juniornya itu.
Seungwan masih belum pulang hingga detik ini dan hal ini cukup membuat Joohyun khawatir. Selama satu bulan mengenal Seungwan lebih jauh, Joohyun menyadari bahwa juniornya itu merupakan tipe yang lebih senang untuk langsung pulang setelah jam kerja habis.
Namun saat ini sudah hampir pukul sebelas malam dan Joohyun masih belum melihat batang hidung Seungwan sejak pertemuan mereka pagi tadi di ruang kerja milik Taeyeon.
Joohyun kembali merangkul kedua kakinya dan menyembunyikan wajahnya disana sembari berdoa agar Seungwan segera tiba.
Ia kembali mendengar dentingan suara pintu lift, namun kali ini Joohyun sudah lelah menunggu dan ia memilih untuk tidak memeriksa siapa sosok yang baru saja keluar dari lift tersebut. Toh seingat Joohyun, Seungwan pernah bercerita bahwa lantainya dihuni oleh sepuluh tenant dan setidaknya ia baru bertemu dengan 5 orang tenant malam itu.
“J-joohyun?”
Suara Seungwan memantik refleks Joohyun. Dengan cepat ia mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya Joohyun ketika melihat kondisi Seungwan yang sangat berantakan. Joohyun segera berdiri dan berlari ke arah Seungwan namun ia kembali terkejut ketika Seungwan tiba-tiba bersimpuh di depannya.
“Seungwan, please berdiri….”
Seungwan menggeleng, “Aku minta maaf, aku nggak seharusnya ninggalin kamu kemarin. Aku nggak seharusnya ninggalin kamu tadi pagi. Aku nggak seharusnya ngelakuin semua itu ke kamu.”
“Seungwan, please…”
Joohyun ikut bersimpuh di depan Seungwan dan menangkupkan kedua tangannya di wajah sang junior. Baru kali ini ia melihat Seungwan berlinang air mata. Iris cokelat milik Seungwan yang selama ini terasa hangat dan ada kalanya membakar gairahnya, kini terlihat sangat sedih dan penuh penyesalan.
“I-it’s okay. We are both at fault, Seungwan.”
Seungwan kembali menggeleng pelan. Ia menyentuh kedua tangan Joohyun dan menggenggamnya halus. Seungwan kemudian menyingkap ujung lengan turtleneck yang dikenakan oleh Joohyun.
Rahangnya mengeras ketika ia melihat garis-garis merah tipis di sekitar pergelangan tangan Joohyun.
“Aku dulu pernah berpikir bahwa aku nggak akan sama seperti Seulgi. Bahwa aku nggak akan pernah ninggalin luka buat kamu. But who am I kidding? I did this to you, Joohyun. You should hate me.”
Joohyun menarik tangannya dan melingkarkannya di bahu Seungwan. Menarik juniornya ke dalam pelukan.
“Aku nggak akan pernah bisa benci kamu, Seungwan.”
Sang junior membenamkan wajahnya di ceruk leher Joohyun. Berusaha menghirup aroma tubuh Joohyun sedalam mungkin.
“Kamu harus benci aku. Kamu nggak boleh stay sama orang yang bikin kamu luka. Kamu harus stay sama orang yang bisa bikin kamu nyaman and keeping you safe. Banyak orang di luar sana yang lebih baik daripada aku.”
Joohyun dapat merasakan Seungwan mengeratkan pelukannya dan entah mengapa ia tiba-tiba merasakan ketakutan menjalar dalam dirinya. Pelukan ini seakan-akan seperti sebuah perpisahan baginya.
Pikiran ini membuat Joohyun pun ikut mengeratkan pelukannya. Ia tidak mau kehilangan Seungwan. Joohyun tahu saat ini hubungan mereka sangatlah kacau namun ia ingin meluruskan semua kekacauan itu.
“Jangan tinggalin aku, Seungwan. I hate being lonely and you managed to fill that space in my heart.”
Napas Seungwan tercekat ketika ia mendengar ucapan Joohyun barusan. Seungwan berusaha mengerjapkan matanya beberapa kali, memeriksa apakah ini semua hanya ada dalam angan pikirannya saja.
“J-joohyun?”
Sang submissive melepaskan pelukan mereka dan kembali menangkup wajah Seungwan. Namun kali ini ia terkejut ketika menyadari sebuah luka lebam di pipi Seungwan dan luka sobek tipis di ujung bibir sang dominan.
“Astaga? Kamu luka?”
Seungwan tertawa kecil, “Iya, hostage situation remember?”
Joohyun dengan segera bangkit dari posisinya dan menarik Seungwan untuk ikut berdiri.
“Ayo kita masuk ke apartemen kamu. Kita harus obatin luka kamu sekarang, Seungwan.”
Seungwan tersenyum getir melihat tingkah Joohyun. Harusnya ia yang mengobati Joohyun baik secara fisik maupun mental. Luka yang Seungwan rasakan bahkan hanya secuil dari luka yang ia timbulkan pada diri Joohyun.
Sang dominan kemudian mengekor di belakang sang submissive dan membiarkan Joohyun untuk melakukan apapun yang ia inginkan.
Seungwan duduk dengan manis di kursi meja makan, sembari Joohyun berjalan mondar-mandir di dapur, mengambil handuk dan es batu untuk mengkompres luka di wajah Seungwan.
Déjà-vu
Hanya saja kali ini peran mereka berbanding terbalik.
Saat sang senior sudah selesai dengan persiapannya, ia kemudian kembali ke meja makan dan memilih untuk berdiri diantara kedua kaki Seungwan. Tangan kirinya menengadahkan kepala Seungwan kemudian tangan kanannya ia gunakan untuk mengkompres wajah sang junior.
Dalam jarak yang sangat dekat tersebut, Seungwan memilih untuk memperhatikan tiap lekuk wajah Joohyun. Ia sangat mengagumi setiap keindahan pada diri Joohyun dan detik itu pula ia mengakui pada dirinya sendiri bahwa ia benar-benar telah jatuh pada pesona seniornya itu.
“Sakit nggak?”
“Jangan sedih karena aku.”
Keduanya saling bertukar tatap untuk sejenak ketika menyadari ucapan yang terlontar bersamaan tadi. Seungwan-lah yang pertama kali menyudahinya dengan menggelengkan kepalanya pelan.
“Udah biasa. Ayah selalu main tangan kalau aku messed-up somewhere.”
“I’m s-sorry…” bisik Joohyun.
“Don’t be. Kamu nggak salah apapun, Joohyun. Oh also, kamu nggak usah khawatir ya. I will do anything to keep you in S&E. Kamu nggak akan pergi kemana pun, Joohyun. I know how big your love for this team is.” ujar Seungwan sembari mengelus pinggang Joohyun dengan pelan, sebagai tanda bahwa ia serius dengan ucapannya.
Mata Joohyun memperhatikan wajah Seungwan, tangan kirinya kini menyingkap poni rambut Seungwan yang sedikit menutupi mata sang junior.
“Aku hampir gila kemarin.” bisik Joohyun.
“S-sorry…”
“Yeah, kamu emang harus minta maaf sama aku. Apalagi setelah kamu ninggalin aku gitu aja. Tapi kamu udah minta maaf ke aku berkali-kali dan aku tau kamu tulus. That’s enough, Seungwan. Stop beating yourself.”
Seungwan menggeleng pelan.
“Seungwan, kamu bilang aku harus stay sama orang yang bikin aku nyaman dan keeping me safe. That’s you.”
Joohyun tertawa ketika melihat kedua bola mata Seungwan membulat. Tangan kirinya menyentil dahi Seungwan.
“Silly, kamu nggak ngerasa kalau aku terlampau nyaman sama kamu?”
Seungwan menggeleng.
“As weird as it sounds, karena kita baru bener-bener deket sebulan ini but I like it when I’m with you.”
“I like it when I’m with you too.” senyum Seungwan.
Joohyun kembali menekan kompresnya dan kali ini Seungwan sedikit menahan rasa sakitnya.
“Ini bakalan parah banget sih besok pagi.” ujar Joohyun.
“Yeah, I know. Tapi aku udah pernah ngalamin yang lebih parah dari ini, so this is nothing. Lagipula, perks of being the daughter of the owner of the company, besok aku kerja dari rumah.” tawa Seungwan pelan.
“You shouldn’t laugh when you are hurting, Seungwan.”
Sang junior hanya mengangkat bahunya. Ia kemudian menarik tangan Joohyun dari wajahnya dan menaruh handuk basah tersebut ke dalam baskom. Yang Seungwan lakukan selanjutnya cukup membuat Joohyun salah tingkah.
Seungwan memeluk tubuh Joohyun, ia membenamkan wajahnya di perut sang submissive.
“Anyway, aku tadi hampir mutusin buat pulang ke apartemen kamu. Aku mau minta maaf dan well, aku pengen peluk kamu. Aku harusnya peluk kamu semenjak hari itu, aku harusnya peluk kamu pagi tadi. Tapi aku baru punya keberanian sekarang untuk peluk kamu. Let’s say I am lucky enough karena aku milih buat balik kesini.” ujar Seungwan.
Joohyun membalas pelukan tersebut sembari mengelus kepala Seungwan.
“Glad you know that you should’ve hugged me two days ago and this morning.” tawa Joohyun.
“I love to hug you, you know?”
“I know. Kamu clingy banget everytime we finished having sex.”
Seungwan mengerutkan keningnya. “I called it making love though.”
Joohyun mencubit lengan Seungwan yang melingkari tubuhnya. “Stop saying non-sense.”
“But I do love you! I know that.” ujar Seungwan yang kini telah menengadahkan kepalanya.
“Tadi aja mukanya sedih ngerasa bersalah, sekarang udah balik jadi buaya.”
“Aku bukan buaya! Ini tuh jujur!” protes Seungwan.
Joohyun tertawa, ia kemudian mencium bibir Seungwan sekilas. “I know, I love you too, Seungwan.”
“Really?”
Joohyun mengangguk.
“Yah!” Sang senior memekik terkejut ketika Seungwan tiba-tiba berdiri dari posisinya.
“Let’s continue this in our room.”
“Our room?”
“Yes, our room. What’s mine is yours because you’re mine now and I am yours.”
Lagi-lagi Joohyun tertawa, “Hey! Kita bahkan gak pernah setuju untuk menjalin hubungan yang serius?”
Ucapan Joohyun membuat Seungwan menghentikan langkahnya. Ia kemudian membalikkan badannya dan menghadap Joohyun.
“Can I be your girlfriend?”
“Ooh, cheesy.” goda Joohyun walau sebenarnya dalam hatinya ia merasakan kebahagiaan yang tidak dapat ia gambarkan.
“This is me giving you the option to take me or to dump me. Come on Joohyun!”
Sang senior kembali tertawa, namun tak lupa dilumatnya bibir Seungwan sebagai bentuk jawabannya.
Senyuman mengembang di wajah Seungwan saat Joohyun menyudahi ciuman mereka.
“That’s enough to answer your question?”
“Not really. Not until I fix my mistake.”
Kali ini Seungwan yang lebih dulu menginisiasi ciuman mereka sembari berjalan menuju kamar tidur utama.
Baik Joohyun maupun Seungwan sama-sama tersenyum dan tertawa malam itu. Keduanya sama-sama menyalurkan perasaan mereka melalui sentuhan-sentuhan intim yang saling mereka lakukan satu sama lain.
Malam itu baik Seungwan maupun Joohyun seakan-akan sama-sama tidak ingin terlelap. Mereka hanya ingin menghabiskan waktu bersama satu sama lain.
Setelah mereka selesai memuaskan rasa rindu mereka, Joohyun dan Seungwan memilih untuk berbaring dan melakukan deep talk tentang kehidupan mereka.
Joohyun menceritakan bagaimana ia pertama kali dikenalkan dengan dunia uniknya itu dan bagaimana Taeyeon merupakan satu-satunya orang yang bisa ia andalkan dan sudah ia anggap seperti seorang kakak. Bagaimana ia dulu sempat ditendang dari kantor lamanya karena preferensi uniknya yang diketahui oleh rekan kerjanya. Lalu bagaimana hal tersebut kemudian menjadi awal mula dirinya bertemu dengan Seulgi.
Joohyun juga menceritakan bahwa Taeyeon lah yang kemudian menariknya untuk bekerja di perusahaan milik keluarga Seungwan dan berjanji pada Joohyun bahwa mereka akan saling menjaga satu sama lain. Itu juga alasan mengapa Taeyeon sangat keras kepala membujuk Joohyun untuk menyudahi hubungan tidak sehatnya dengan Seulgi.
“I am sorry you have to go through that, Joohyun.” bisik Seungwan pelan sembari memberikan kecupan di puncak kepala Joohyun.
Joohyun menghela napas panjang. Ia mengeratkan pelukannya di tubuh Seungwan, berusaha merasakan kehangatan yang terpancar dari tubuh Seungwan mengingat keduanya sama-sama tidak menggunakan sehelai benang apapun untuk menutupi tubuh mereka.
“It’s okay. Itu semua udah lewat.” jawab Joohyun yang membalas kecupan Seungwan dengan mengecup dada sang dominan.
“Aku cuma dua bersaudara. As you know, Naeun is my big sister but she never acts like one. Maybe she did but it’s not enough. Naeun selalu playing safe dan hal ini yang buat dia jadi anak kesayangan ayah. Naeun selalu ikut perintah ayah, sedangkan aku lebih suka untuk menentukan hidupku sendiri.”
Joohyun menengadahkan kepalanya, menatap mata Seungwan dengan lekat. Tangannya kemudian membelai pipi Seungwan pelan serta ibu jarinya menyentuh ujung bibir Seungwan. Sang dominan kemudian menahan tangan Joohyun agar tetap menyentuh pipinya.
“Kamu sering kayak gini?”
“Dipukul atau ditampar?”
Joohyun menelan ludahnya. Ia tidak ingin membayangkan apa yang sudah dilakukan oleh orang tua Seungwan pada anak bungsunya itu.
“Aku udah biasa kayak gini, udah dari kecil. Ini belum seberapa Joohyun. Yang buat aku sekalut tadi bukan karena ayah mukul aku, tapi karena aku takut apa yang ayah bisa lakuin ke kamu. Aku juga takut nggak bisa dapet maaf kamu.”
“I already forgive you, Seungwan.”
“Yeah, I know. Tapi aku bakal selamanya mengingat kesalahan aku itu.”
Joohyun memejamkan matanya dan mempererat pelukannya sekali lagi. Ia tahu saat ini Seungwan masih terlampau merasa bersalah sehingga entah berapa kali ia berujar bahwa ia telah memaafkan sang dominan, Seungwan pun akan tetap menghukum dirinya seperti itu.
”We will work on it slowly, okay Seungwan.” batin Joohyun.
“Anyway, orang kantor nggak ada yang tahu masalah ini kan?” bisik Seungwan.
“Aku cuma kepikiran sama kamu.” tambah Seungwan.
Joohyun menggeleng pelan, “Semua beraktivitas seperti biasa. Aku kena skors seminggu, by the way.”
Seungwan sedikit memundurkan posisi tubuhnya untuk menatap wajah Joohyun dan memastikan bahwa seniornya itu tidak bercanda.
“Taeyeon sama Tiffany yang kasih hukuman, bukan kakak kamu. Mereka bilang supaya adil sama hukuman kamu. Wait emang hukuman kamu apa?”
Seungwan meringis, “Well don’t be sad tapi aku bakal di transfer lagi. Next month sih, supaya nggak terlalu mencolok perhatian. Now I need to handle the corporate matters.”
Joohyun mengernyitkan keningnya. “Maksud kamu?”
“Iya aku bakal pindah ke bagian manajemen. Probably under Tiffany or maybe if I’m not lucky ya dibawah Naeun langsung. They will announce my official status too and I hate it. Aku lebih suka kerja sama kalian. Bahkan aku sekarang lebih milih dipindah ke tim Real Estate & Property deh.” gerutu Seungwan.
“I’m sorry….” bisik Joohyun.
Sang submissive mengingat betul bahwa pagi tadi Seungwan telah membelanya di depan kakaknya dan bertaruh bagi dirinya. Ia kini tahu harga apa yang harus Seungwan bayar hanya untuk ‘menyelamatkan’ dirinya.
“Don’t be Joohyun. Ini keputusan aku. It’s okay, lagian sooner or later aku tau aku pun akan ambil alih posisi Naeun. Ayah butuh dia di tempat yang lebih tinggi dan lebih bagus.” ujar Seungwan santai.
“Anyway, aku penasaran siapa yang kirim email. Aku udah minta Mbak Tiffany untuk kirim email itu dan minta untuk dilacak sama orang IT, tapi hasilnya baru keluar besok katanya.”
Seungwan tertawa saat melihat ekspresi terkejut di wajah Joohyun. Ia mengira bahwa Joohyun terkejut karena Seungwan telah melacak sumber email tersebut.
“Jangan kaget. Keluarga aku emang kayak gini, aku dulu pernah skinny dipping pas sekolah di luar negeri. Fotonya pernah hampir kesebar but well ayah bikin semua fotonya lenyap. Ya walaupun habis itu aku babak belur sih, but I kind of berterima kasih karena dia udah usaha segitunya buat jaga nama baik aku.”
“Tetep aja itu nggak membenarkan ayah kamu yang main tangan.” omel Joohyun.
Seungwan kembali mengecup puncak kepala Joohyun. “Iya, aku tau.”
“By the way, Seungwan. Aku tau siapa yang kirim emailnya.” ujar Joohyun. Ia bangkit dari posisinya sejenak dan mengambil ponselnya yang tadi ia letakan di nakas di sebelah ranjang milik Seungwan.
Joohyun kemudian menunjukkan isi percakapannya dengan Seulgi.
“Tapi aku gak tau gimana dia bisa masuk kantor kita.”
Seungwan menarik napasnya dalam. “Well, hari itu kantor rame banget sih emang. Jadi bisa aja security nggak terlalu ngamatin pengunjung luar. Info ini bakal aku kasih tau juga sih ke pengacaraku, let's see nanti bakal gimana. Tapi tuh ya, Mantan kamu psikopat banget. Dia berarti udah ngikutin kamu kemana-mana.”
“Well, that’s also the reason why I came here. Aku tadi lagi lembur di kantor buat nyelesaiin semua kerjaanku but then that text come. Jujur aku takut banget dan satu-satunya yang kepikiran di kepalaku ya cuma kesini.”
“As you should. Kayaknya kamu tinggal sama aku dulu aja disini sampai kita punya cara buat bikin dia pergi dari hidup kamu.”
Seungwan kemudian kembali menarik Joohyun untuk berada dalam pelukannya. “Tinggal sama aku aja ya?”
Tangan Joohyun mencubit perut Seungwan dengan kencang, “Akal-akalan kamu bisa aja!”
“Loh, aku serius ini. Bahaya banget kalau kamu sendirian dan Seulgi juga pasti udah tau apartemen kamu kan? Bahkan mungkin dia tau password apartemen kamu juga.”
Joohyun tertawa saat mendengar ujaran kecemburuan tersebut.
“Passwordnya udah aku ganti. Gak usah cemburu.”
Seungwan hanya memutar kedua bola matanya.
“Iya, aku tinggal disini sama kamu. Tapi cuma sampai keadaan lebih baik aja ya? Aku nggak mau orang kantor nanti mikir yang aneh-aneh tentang kita. Apalagi kamu juga udah mau gantiin kakak kamu kan?”
“Ya kalau mereka mau mikir yang aneh-aneh itu hak mereka sih. Yang penting aku gak tau aja, karena kalau aku tau pasti bakalan aku tindak lanjut.” gerutu Seungwan.
Joohyun beranjak dari posisinya, kini ia berada tepat di atas Seungwan dengan kedua tangannya yang mengurung sang dominan.
“Let’s just make good memories from now on. Termasuk good impression buat orang di sekitar kita. As for your father, aku takut dikit sih but we will think about it later.” tawa Joohyun yang kemudian mengecup bibir Seungwan dalam.
Joohyun mengikis jarak di antara mereka, mencium Seungwan dengan pelan dan perlahan. Tidak lama, ciuman itu semakin dalam dan semakin intim. Keduanya mencoba untuk saling mendominasi dan menyalurkan perasaan mereka.
Seungwan melingkarkan tangannya di pinggang Joohyun sementara sang senior mengurung tubuh Seungwan dan membelai kepala sang dominan sembari memperdalam ciuman mereka.
“I love you.” bisik Seungwan tepat di depan wajah Joohyun.
“I love you too.”