Love and Leashes (part 37)
Seungwan melihat Joohyun berjalan ke arah mobilnya dengan menenteng tas hitam miliknya serta satu tas lagi yang Seungwan yakini berisikan kamera dan peralatan lainnya yang mereka butuhkan untuk interview nanti.
Dengan sigap Seungwan turun dari mobilnya dan mendatangi Joohyun yang terlihat sedikit kesusahan membawa dua tas tersebut.
“Sini tasnya gue yang bawa.” ujar Seungwan yang langsung mengambil tas berisikan peralatan untuk interview.
“Gak usah, gue bisa.”
“Tck, ngeyel banget ya. Semua juga liat kalo lo keberatan bawa tas ini.”
Tanpa menunggu jawaban Joohyun, Seungwan memikul tas tersebut di pundak kirinya dan berjalan menuju mobil miliknya.
“Bisa nyetir?” tanya Seungwan pada Joohyun yang sedikit berlari untuk menyusul bawahannya itu.
“Bisa, kenapa?”
“Gue tau kalo kayak gini harusnya yang nyetir tuh junior bukan senior. Tapi gue sama sekali gak prepare apapun buat interview nanti. Bahkan gue aja nggak tau siapa yang mau di interview. Jadi gue mau baca hasil riset tim selama di jalan dan of course gue gak bakal bisa baca sambil nyetir.”
“Gue brief aja di jalan.”
Seungwan yang telah selesai memasukkan barang di bagasi kemudian berkecak pinggang.
“Mbak, gini ya. Sorry banget tapi prinsip gue adalah gue harus baca source hasil riset itu dengan mata gue sendiri. No offense, bukan gue gak percaya sama lo, tapi who knows kita punya cara pandang atau ide yang beda nanti. Kalo setelah gue baca dan lo masih mau brief gue, it's okay.”
Joohyun mengernyitkan keningnya dan Seungwan dapat melihat bahwa senior di hadapannya ini tengah meremas ujung blazer yang ia kenakan.
Sang junior sudah bersiap apabila Joohyun akan memarahinya namun tak lama setelahnya Joohyun justru hanya menutup matanya dan menghela napas panjang.
“Okay.”
Joohyun mengambil satu map yang tersimpan di dalam tas peralatan kemudian menyerahkannya kepada Seungwan.
“Mana kuncinya?”
Seungwan merogoh saku jaket yang ia kenakan, lalu menukar map dengan kunci mobil.
Tepat disaat mereka bertukar kunci dan map, Seungwan secara tidak sengaja melihat bekas berwarna ungu yang mulai memudar di pergelangan tangan Joohyun.
“Wait, lo luka?”
Menyadari bahwa Seungwan melihat sesuatu yang tidak semestinya, Joohyun buru-buru menarik tangannya dan menggeleng. Lalu berjalan ke arah kursi pengemudi, meninggalkan Seungwan yang masih berdiri di belakang mobil.
Seungwan hanya mengendikkan bahunya. Ia tahu ia tidak akan bertanya lebih lanjut. Lagi pula maksudnya tadi menanyakan kondisi tangan Joohyun hanya karena ia khawatir dan otomatis ia tidak akan membiarkan Joohyun untuk mengangkat barang-barang yang cukup berat.
Sepanjang perjalanan hanya diisi bunyi sayup dari suara radio mobil. Seungwan terlalu fokus membaca materi sedangkan Joohyun enggan untuk membuka suara setelah peristiwa di basement tadi.
“Oh? Ini bukannya Idol yang beberapa bulan lalu…”
“Iya.”
“Wow, dia mau kita liput?”
“Dia minta untuk diliput.”
Ucapan Joohyun membuat Seungwan menolehkan kepalanya.
“Wait, dia kemarin kan sempat heboh karena tiba-tiba announce menikah terus nggak lama ternyata pasangannya melahirkan. Terus bukannya dia sampe filing law suit ke orang-orang yang nge-cyber bully keluarga dia? Bukannya kalau gini justru dia akan semakin dibenci?”
“He just wants justice maybe? After all cinta itu nggak pernah salah, mungkin cuma waktu, tempat, atau orangnya aja yang kurang tepat.”
Seungwan mengangguk singkat, “Well atau dia kurang beruntung karena kebahagiaan dia dilihat sebagai aib sama orang lain. We have our preference and our background story that no one else knows.”
Untuk pertama kalinya sejak Joohyun mengenal Seungwan, ia merasakan bahwa Seungwan mungkin satu tingkat lebih baik dari orang-orang asing yang selama ini ia kenal.
Joohyun dan Seungwan membungkukan badan mereka untuk memberikan salam perpisahan sebelum keduanya memasuki pintu lift.
Tepat pada saat pintu lift tertutup, baik Seungwan maupun Joohyun sama-sama menghela napas mereka lega.
Akhirnya interview hari itu selesai setelah hampir lebih dari tiga jam mereka berbincang-bintang dengan sang idol.
Seungwan menyandarkan tubuhnya ke dinding lift, ini adalah kali pertama baginya meliput seorang idol papan atas dan rupanya cukup melelahkan pula baginya. Apalagi dengan adanya segudang don'ts yang diberikan oleh pihak manajemen.
Sang junior menarik napasnya panjang.
“Good job.”
“Huh”
“Iya tadi, good job. Kamu berhasil ngambil hatinya narasumber.”
Seungwan yang tidak biasa mendapatkan pujian dari senior di departemen sebelumnya, mau tidak mau menjadi sedikit malu. Ia sedikit kikuk dengan pujian yang Joohyun lontarkan.
“Oh… hmm… yeah… thanks juga.”
“Seungwan, abis ini drop gue di apartemen gue bisa?”
“Sure.”
Suara dentingan terdengar dan tak lama setelahnya pintu lift terbuka. Seungwan berjalan keluar lift diikuti oleh Joohyun. Melalui ekor matanya, Seungwan dapat melihat beberapa kali Joohyun memijat pelipisnya.
“Sakit?” tanya Seungwan sembari berjalan menuju bagian front desk untuk mengembalikan kartu akses gedung.
Joohyun menggeleng pelan, “Cuma gak enak badan. Kemaren kayaknya kebanyakan minumnya.”
“tck…itu bukan kayaknya. Lo kemaren emang minum banyak.”
Tangan Seungwan tiba-tiba refleks menarik Joohyun saat ia melihat seorang laki-laki berjalan mundur dan memutar tubuhnya tanpa melihat keadaan sekitar.
“Hati-hati.” ujar Seungwan dengan datar sembari melihat ke arah Pria tersebut dengan kesal.
Sebuah anggukan canggung diberikan oleh Joohyun. Ia kemudian mengekor di belakang Seungwan yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
Perjalanan ke apartemen Joohyun pun diisi dengan keheningan hingga mereka tiba di lobby gedung.
“Hasil tadi gue tulis dulu ya. Sore nanti gue report. Lo istirahat dulu aja deh Mbak. Keliatan pucet.” ujar Seungwan setelah ia menghentikan mobilnya.
Joohyun mengangguk, “Thanks.”
Sang kepala departemen kemudian turun dari mobil dan melangkah memasuki gedung apartemen tersebut.
Setelah memastikan bahwa Joohyun sudah hilang dari pandangannya, Seungwan menurunkan tuas rem dan siap melajukan mobilnya namun tiba-tiba ia melihat tas milik Joohyun yang tergeletak di kursi penumpang belakang.
Seungwan menghela napasnya, “Haduh pake lupa dia bawa lagi. Gue biarin atau gue samperin ya?”
Akhirnya ia memilih untuk memarkirkan mobilnya dan mengembalikan tas milik Joohyun.
Sesampainya di dalam gedung tersebut, Seungwan hendak berjalan menuju front desk untuk menanyakan unit apartemen milik Joohyun namun secara tidak sengaja ia melihat sosok Joohyun yang sedang menunduk dan berjalan mengekor di belakang seseorang yang ia tidak kenali.
Seungwan yang tidak ingin berlama-lama berada disana, memilih untuk segera berlari mengejar Joohyun.
Namun apa yang ia temukan saat tiba di taman kompleks apartemen tersebut cukup membuatnya tercengang.
Joohyun terlihat cukup terintimidasi di depan sosok wanita dengan postur yang sedikit lebih tinggi daripada dirinya. Percakapan mereka terlihat intens namun Seungwan dapat melihat bahwa kepala departemennya itu tidak nyaman dengan kehadiran orang tersebut.
Seungwan terdiam di tempatnya berdiri. Ia bingung apakah harus mencampuri urusan Joohyun, yang notabenenya tidak begitu ia kenali, atau memilih untuk meninggalkan tempat ini saat itu juga.
Apa yang terjadi selanjutnya justru membuat Seungwan akhirnya memutuskan untuk mencampuri urusan Joohyun. Ia melihat bagaimana Joohyun yang sudah hendak pergi meninggalkan orang tersebut, ditarik secara paksa hingga Joohyun meringis kesakitan.
“Hey! Hey!” teriak Seungwan.
Joohyun yang melihat sosok juniornya berjalan ke arahnya tiba-tiba merasa panik. Tidak ada satu pun orang kantor yang boleh mengetahui rahasianya.
“Seulgi lepasin.” desis Joohyun.
“Nope. Kamu itu masih punyaku Joohyun.” balas Seulgi.
“Hey! Lepasin!” ujar Seungwan yang langsung melepaskan cengkraman tangan Seulgi.
Secara refleks Seungwan memposisikan dirinya di depan Joohyun, menghalangi Seulgi untuk mendekati Joohyun.
“Minggir, nggak usah ikut campur.” ujar Seulgi.
“Nggak. Lo yang minggir, pergi jauh-jauh.”
Seulgi mengernyitkan keningnya saat melihat Seungwan yang melindungi Joohyun dan bagaimana Joohyun memegang ujung jaket yang dikenakan oleh Seungwan.
Sementara itu, Seungwan baru menyadari bahwa sosok dihadapannya ini cukup menakutkan. Namun ia sudah kepalang tanggung berlagak seperti pahlawan, ia tidak boleh mundur sekarang.
“Oh, jadi dia Master baru kamu yang bikin kamu mencampakkan aku?”
Ucapan Seulgi sontak membuat Seungwan bingung dan membuat Joohyun semakin panik. Secara refleks Joohyun mendangakkan kepalanya namun ia langsung kembali menunduk saat melihat tatapan kemarahan di mata Seulgi.
“Apasih gak jelas, lo pergi deh sana. Gak usah membuat keributan di tempat umum.” ujar Seungwan.
“Lo siapanya Joohyun?” desis Seulgi.
“Lo nggak perlu tau dan gue juga nggak mau ngasih tau.”
Seulgi tertawa mengejek. “Hyun, no one knows you better than I. Kita lihat berapa lama master baru kamu bertahan sama kamu.”
“Seulgi stop!” desis Joohyun yang kali ini angkat suara.
Lagi-lagi Seungwan terheran saat mendengar kata-kata “master” dan kali ini raut wajah tersebut tertangkap oleh Seulgi.
“Oh, look at this? Jadi dia bukan master kamu?” kali ini Seulgi sengaja menyebutkan kata-kata master untuk melihat reaksi Seungwan dan tepat seperti dugaannya, Seungwan kembali mengernyitkan keningnya.
Tak lama setelahnya terdengar tawa kencang dari mulut Seulgi.
“Oh my God Joohyun, pacar kamu nggak tau tentang preference unik kamu?” tawa Seulgi.
“Good luck, kabarin ya kalo udah bosen sama your vanilla relationship.” sambung Seulgi sembari menepuk pundak Seungwan.
Setelahnya Seulgi berjalan meninggalkan Seungwan dan Joohyun, seakan-akan tidak terjadi apapun.
Setelah memastikan bahwa sosok orang asing tersebut sudah pergi, Seungwan memutar tubuhnya menghadap Joohyun. Ia berusaha memastikan bahwa seniornya itu baik-baik saja.
“Lo nggak apa-apa?”
“Ngapain kamu balik sini?!” bentak Joohyun.
“Lah, kok jadi galak dia?” ujar Seungwan pada dirinya sendiri.
“Ngapain kamu ngikutin aku?! K-kamu…” Joohyun menutup matanya kemudian tiba-tiba berjongkok dan menangis tersedu-sedu.
“L-lah?”
Seungwan yang panik melihat Joohyun menangis akhirnya ikut berjongkok sembari menepuk-nepuk pelan pundak Joohyun. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa.
“M-Mbak jangan nangis gini dong. Diliatin orang.” bisik Seungwan.
Joohyun mendangakkan kepalanya menatap Seungwan dengan lekat membuat Seungwan menjadi salah tingkah.
“A-aku emang aneh, tapi please Seungwan jangan kasih tau siapapun tentang ini. A-aku udah nyaman kerja di kantor kita. A-aku nyaman banget sama tim S&E. Jangan buat aku harus cari pekerjaan baru lagi…”
Seungwan terkejut dengan ucapan Joohyun.
Joohyun aneh?
Cari pekerjaan baru lagi?
Namun satu hal yang Seungwan tahu, ia tidak ada niatan untuk membocorkan peristiwa barusan pada siapapun walaupun ia setengah mati penasaran dengan ucapan orang aneh yang dipanggil 'Seulgi' oleh Joohyun.
Sosok Joohyun dihadapannya kini sangat berbeda dengan Joohyun yang biasa ia temui di kantor. Hal ini membuat hati Seungwan tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Terlebih saat Joohyun memohon kepadanya dengan tatapan tersebut.
Entah apa yang ada dalam benak Seungwan, namun perlahan tangannya berpindah dari pundak menuju puncak kepala Joohyun dan mengelus kepala seniornya tersebut secara perlahan.
Joohyun pun yang mendapat perlakuan tersebut hanya bisa terdiam kaku. Ia tidak pernah mengizinkan orang 'asing' untuk melakukan kontak fisik dengannya, apalagi mengelus puncak kepalanya seperti ini. Namun tubuhnya bagaikan tersihir oleh tatapan teduh yang diberikan oleh Seungwan.
“Tenang aja, gue bukan orang yang suka ikut campur kok. Tadi gue kesini bukan mau ngikutin atau nguntit lo. Gue cuma mau balikin tas lo yang ketuker sama tas gue dan secara gak sengaja lihat lo tadi sama orang aneh itu. Gue liat lo nggak nyaman, makanya gue samperin. Buat kejadian tadi, percaya sama gue, gak ada orang yang bakal tau. Cuma pesan gue satu, lo mending jauh-jauh dari orang kayak gitu deh Mbak. Bahaya banget kalo tadi gue gak ada.”
Hari itu sosok Seungwan di mata Joohyun telah berubah drastis. Bohong jika Joohyun berkata bahwa ia tidak mengenal Seungwan. Justru Joohyun sangat mengenal Seungwan dan mengingat kejadian-kejadian di masa internship yang dilakoni oleh Seungwan.
Sosok Seungwan yang dahulu di mata Joohyun adalah sosok yang berisik, clumsy, dan konyol telah berevolusi menjadi sosok yang dewasa dan bisa diandalkan.