Love and Leashes (part 62)
Seungwan sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan panggilan masuk dari Joohyun secepat itu. Merasa masih tidak percaya, Seungwan akhirnya menoleh ke arah meja yang ditempati oleh Joohyun untuk memastikan apakah Joohyun memang sengaja menelpon dirinya.
Si junior tidak dapat melihat ekspresi Joohyun yang duduk membelakangi dirinya namun ia menangkap adanya sedikit kegelisahan dari gestur tubuh Joohyun.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Seungwan kemudian mengambil tas ransel miliknya dan berjalan ke arah meja Joohyun. Ia cukup bersyukur bahwa tadi ia sudah membayar pesanannya.
Semakin ia mendekati meja Joohyun, semakin ia dapat merasakan bahkan mendengar detak jantungnya.
Seungwan berusaha untuk berpikir cepat, saat ini ia harus bertindak sebagai apa?
Teman dekat?
Sahabat?
Pacar (bohongan)?
Apa?
Belum sempat ia memutuskan, kakinya sudah membawanya berdiri tepat di samping Joohyun dan otomatis membuat perhatian Joohyun beserta Seulgi beralih kepadanya.
“Ayo pulang.” ujar Seungwan singkat.
Ia sendiri tidak tahu mengapa yang keluar dari mulutnya untuk pertama kali adalah ajakan untuk pulang.
“Tck.. Lo lagi?”
Seungwan mengernyitkan keningnya saat melihat si orang asing yang duduk di hadapan Joohyun kembali meremehkan kehadirannya.
Namun kali ini Seungwan memilih untuk tidak menggubris Seulgi sama sekali.
“Joohyun, ayo pulang.” ujar Seungwan sekali lagi, kali ini dengan lebih tegas.
Seungwan pun tidak tinggal diam, ia mengambil ransel serta jaket milik Joohyun yang tergeletak di kursi di sebelah Joohyun. Kemudian ia menggenggam tangan Joohyun dan mengajaknya untuk berdiri.
“Hey! Joohyun lagi sama gue!” bentak Seulgi yang kini menahan Joohyun untuk berdiri.
Seungwan memutar kedua bola matanya dengan malas.
“Hey, Ms. Pencari Perhatian. Lo bisa nggak sih gak usah teriak di tempat umum? Gue nggak budek. Also, Joohyun clearly udah nggak mau ada disini, can't you see?” ujar Seungwan dengan santai.
Tanpa basa basi Seungwan melepaskan cengkraman tangan Seulgi pada pergelangan tangan Joohyun dan kembali mengajak Joohyun untuk bangkit dari kursinya.
“Joohyun, kamu boleh pergi sekarang tapi kamu harus inget kalau kamu nggak bakal jauh-jauh dari aku.” ancam Seulgi
“Dih ngatur.” cibir Seungwan.
“Bisa, dia bisa jauh dari lo selama ada gue.” lanjutnya.
Tidak ingin berlama-lama berada satu ruangan dengan orang yang posesif dan obsesi seperti itu, Seungwan kemudian melangkah menuju pintu keluar dengan tangannya yang masih menggandeng tangan Joohyun.
Sementara itu Joohyun hanya bisa tertunduk dengan hatinya yang berdebar. Ia cukup takut jika Seulgi akan melakukan hal gila di tempat umum seperti ini. Ia pun merutuki kebodohannya karena menyeret Seungwan ke dalam kehidupannya yang unik.
Sepanjang perjalanan menuju tempat parkir mobil, keduanya sama sekali tidak bertukar kata.
Seungwan masih terdiam karena ia tiba-tiba rasanya ingin marah, entah karena alasan apa. Menurutnya mungkin karena ia kesal Joohyun tidak mendengarkan nasihatnya untuk menjauhi orang aneh seperti si Seulgi-Seulgi itu.
Di lain sisi, Joohyun pun takut untuk bersuara karena ia tahu saat ini Seungwan sedang tidak ingin diajak bicara. Lagipula, genggaman erat yang ia dapatkan dari Seungwan sudah cukup menjadi bukti bahwa saat ini Seungwan sedang tidak se-ramah biasanya.
Mobil SUV berwarna putih milik Seungwan kini sudah berada dalam jarak pandang mereka berdua. Si pemilik mobil berjalan menuju pintu penumpang dan membukakan pintu bagi Joohyun.
“Masuk.” perintah Seungwan singkat.
Ia kemudian menaruh tas miliknya dan milik Joohyun di kursi belakang sebelum berjalan menuju pintu pengemudi.
“Lo ada tempat lain selain apartemen lo nggak?”
“H-hah?”
“Malem ini lo jangan balik apart lo deh. Nanti si orgil itu nyamperin lo.”
“A-apart aja, nggak apa-apa.”
“Aduh lo tuh ngeyel banget sih? Kemaren udah gue bilang gak usah ketemu dia lagi dan lo malah ketemuan. Sekarang gue bilang jangan balik apart lo dulu, lo malah ngeyel. Untung banget tempat makan tadi masih deket area kantor dan untungnya gue makan disana. Lo bayangin gak kalo tadi nggak ada gue gimana?” omel Seungwan.
“Gue emang gak punya siapa-siapa disini, Seungwan.” ujar Joohyun dengan lirih.
deg!
Ucapan Joohyun mengingatkan Seungwan pada cerita Jisoo bahwa Joohyun memang tinggal seorang diri di kota itu. Ia tidak memiliki sanak saudara.
Namun apakah ia benar-benar tidak memiliki teman lain?
Seungwan menghela napasnya. Kini ia merasa bersalah.
Tangannya meraih tombol ignition untuk menyalakan daya mobilnya kemudian ia memasukkan alamat apartemen Joohyun ke GPS mobilnya.
Untuk sekarang, ia akan membawa Joohyun ke apartemen milik seniornya itu. Nanti ia akan memaksa untuk diperbolehkan menginap disana paling tidak hingga besok pagi.
“Sorry Joohyun. Gue nggak ada maksud.” ujar Seungwan singkat.
Ia tidak mendapatkan balasan apapun dari Joohyun.