Queendom Restaurant

43. Promise

Suara-suara tawa Minjeong terdengar dengan jelas, menyelimuti kamar rawat VIP yang dihuni oleh Minjeong dan Seungwan. Sang gadis cilik itu berkali-kali memberikan reaksi yang membuat Seungwan ikut tertawa, saking lucunya reaksi yang ditampilkan oleh Minjeong.

Minjeong kembali memeluk Seungwan dan menyembunyikan separuh wajahnya di lengan Seungwan ketika ia melihat adegan yang menyentuh hatinya. Entah sejak kapan, namun keduanya berbaring dengan nyaman di ranjang rumah sakit tersebut. Minjeong menyandarkan badan mungilnya pada tubuh Seungwan dan sang Chef memeluk tubuh mungil teman barunya itu.

Sudah satu jam lebih mereka menonton film animasi tersebut. Satu hal yang menarik perhatian Seungwan adalah sikap Minjeong yang sangat ekspresif, bukan dalam kata-kata namun dalam perbuatan. Ia sempat beberapa kali sengaja memperhatikan ekspresi wajah Minjeong dan gerak tubuhnya, gadis mungil ini selalu memberikan reaksi terhadap adegan demi adegan yang mereka tonton.

“Wannie?”

Seungwan cukup terkejut ketika mendengar Minjeong memanggil dirinya, ia sendiri tidak menyadari bahwa kini Minjeong tengah menatapnya dengan lekat.

“Yes?”

“Filmnya udah selesai.”

“O-oh… iya bener. Kamu mau ngapain lagi sekarang?”

Minjeong tidak menjawab pertanyaan Seungwan. Ia justru tetap memandang Seungwan tepat di matanya, membuat keduanya saling beradu pandang.

Seungwan bertanya-tanya dalam benaknya, mencoba untuk memprediksi hal apa yang akan keluar dari mulut Minjeong saat ini. Namun prediksinya sama sekali tidak ada yang tepat karena sang gadis cilik itu justru melontarkan hal yang cukup mengejutkan.

“Wannie suka sama Mami Joohyun ya?”

“Hah?”

“Kalau Wannie baik sama aku cuma buat deketin Mami, Minjeong bakal marah banget.”

Seungwan terdiam. Memang benar, tidak dipungkiri bahwa paras Joohyun menarik perhatiannya dan membuatnya jatuh hati. Namun ia sama sekali tidak ada niatan untuk menggunakan Minjeong sebagai batu loncatan demi mengambil hati Joohyun.

Kalau pun ia berniat untuk mengambil tindakan atas perasaannya ini, Seungwan akan berusaha untuk mengenal Joohyun dan Minjeong terlebih dahulu. Seungwan paham betul bahwa Joohyun dan Minjeong adalah satu paket yang tidak bisa dan tidak akan ia lepaskan.

Sang Chef tersenyum pada Minjeong. Ia menepuk pipi Minjeong dengan lembut.

“Kenapa Minjeong ngomongnya kayak gitu?”

“Karena biasanya orang-orang kayak gitu.”

Oh…

Lagi-lagi jawaban yang sama sekali tidak diperkirakan oleh Seungwan, dirinya terdiam. Ia terkejut, namun ketika ia pikir-pikir kembali, Ia justru menjadi marah. Tidak seharusnya Minjeong yang masih berusia semuda ini harus memiliki pengalaman tidak mengenakkan seperti itu.

Ucapan Minjeong tadi membuat Seungwan menjadi lebih serius untuk memberikan jawabannya. Ia berusaha untuk memformulasikan jawaban yang sejujur-jujurnya yang mudah ditangkap oleh Minjeong.

“Kenapa Wannie baik sama aku dan Mami?” tanya Minjeong lagi saat Seungwan terlalu lama berpikir.

“Wannie kagum sama Minjeong dan Mami Joohyun.” jawab Seungwan. Ia mencubit pipi Minjeong dengan gemas saat mendapati gadis di hadapannya ini mengerutkan dahinya.

“Menurut Wannie, Minjeong dan Mami Joohyun itu dua orang yang keren. Bahkan salah satu yang paling keren yang pernah Wannie temuin. Mau tau alasannya?”

Minjeong mengangguk mantap.

“Hmm gini, menurut Wannie, Minjeong keren banget karena Minjeong dewasa banget. Minjeong bisa hidup mandiri dan gak egois. Contohnya tadi sengaja kan nyuruh Mami Joohyun untuk pergi sama Aunty Sooyoung karena Minjeong tau kalau Mami Joohyun harus kerja?” ujar Seungwan yang dibalas dengan anggukan oleh Minjeong.

“Nah makanya Wannie bangga banget sama Minjeong. Wannie pengen jadi temen Minjeong juga. Supaya kalau Minjeong kesepian pas nggak ada Mami Joohyun, Minjeong bisa main sama Wannie.”

“Sama Kak Yoong juga?” tanya Minjeong polos.

“Iya sama Kak Yoong juga. Wannie juga punya dua teman lagi, nanti Wannie kenalin ke Minjeong. Namanya Yerim dan Seulgi.”

“Oh… kapan mau dikenalin ke aku?”

“Kalau Minjeong udah pulih seratus persen, nanti Minjeong boleh mampir ke restoran Wannie. Terus aku kenalin disana.”

“Janji ya?” Minjeong menjulurkan jari kelingkingnya pada Seungwan dan disambut oleh Seungwan dengan senang hati.

Sang Chef menghela napas lega saat melihat Minjeong sudah teralihkan fokusnya saat ia melihat iklan kartun lainnya di saluran tv kabel yang sedari tadi masih menyala.

Setidaknya kini ia tidak harus menjelaskan tentang perasaannya atas Joohyun yang juga cukup membingungkan bagi dirinya. Satu hal yang pasti, saat ini yang jelas ia kagum terhadap Minjeong dan Joohyun.

“Minjeong, Wannie mau tanya boleh nggak?” kini ganti Seungwan yang melontarkan pertanyaan pada Minjeong.

“Yup?”

“Minjeong kalau di rumah cuma berdua Mami Joohyun aja?”

“Iya, tapi kadang ada nanny juga. Kadang Aunty Soo juga nginep. Kalau Wannie tinggal sama siapa?”

“Wannie tinggal sendirian di apartemen. Papa-mamanya Wannie tinggal di kota lain.”

Minjeong mengalihkan fokusnya pada Seungwan saat mendengar jawaban tadi. “Wannie sedih nggak?”

“Sedih kenapa?”

“Karena tinggal sendirian. Nggak sama papa-mama.”

“Hmm, Wannie nggak sedih. Cuma kadang-kadang Wannie kangen aja sama papa-mamanya Wannie.”

“Terus kalau kangen, Wannie ngapain?”

“Biasanya Wannie telpon atau kalau Wannie lagi libur, biasanya Wannie pulang ke rumah papa-mamanya Wannie.”

Minjeong mengerucutkan bibirnya, “Wannie enak ya masih bisa ketemu papa-mama Wannie.”

Sang Chef memeluk tubuh mungil Minjeong kala ia mendengar jawaban singkat tersebut. Ia paham betul maksud tersirat dari ucapan Minjeong.

“Minjeong kan masih ada Mami Joohyun. Bisa tiap hari malah ketemu Mami Joohyun kan?”

“Iya, tapi Minjeong juga penasaran sama Papanya Minjeong. Tapi Minjeong tau kalau Minjeong tanya itu ke Mami, pasti Mami bakal sedih. Jadi Minjeong gak pernah tanya lagi.”

”Kamu dewasa banget Minjeong…”batin Seungwan.

“Minjeong pernah tanya ya ke Mami Joohyun?”

“Pernah. Mami nggak jawab pertanyaan Minjeong tapi Mami bilang nanti Mami bakal cerita ke Minjeong kalau udah waktunya. Terus pas malem-malem Mami nangis, tapi Mami gak tau kalo Minjeong liat Mami nangis.”

Sekali lagi Seungwan memeluk tubuh Minjeong dengan erat. Ia tidak sampai hati mendengar cerita Minjeong.

Tak lama mereka berpelukan, Minjeong tiba-tiba mendorong tubuh Seungwan dan buru-buru turun dari kasur yang ia tempati.

“Aduh duh duh, Minjeong kebelet pipis!”

Seungwan tertawa keras mendengar ucapan Minjeong, ia ikut turun dari kasur dan membantu Minjeong melepaskan kaos kaki yang dikenakan oleh Minjeong.

“Mau Wannie temenin ke kamar mandi?”

“NGGAK! Minjeong udah gede! Minjeong bisa sendiri.”

“Sure…” lagi-lagi tawa Seungwan pecah.

Seungwan memperhatikan tubuh mungil Minjeong yang berlari ke arah kamar mandi dan mendengarkan dengan saksama apakah kira-kira Minjeong membutuhkan bantuannya. Namun nampaknya gadis mungil itu memang tidak membutuhkan bantuannya, ia tidak mendengar adanya hal-hal aneh dari dalam kamar mandi.

Sementara ia menunggu Minjeong untuk keluar dari kamar mandi, Seungwan mengecek ponselnya dan membalas beberapa chat dari Yerim dan Seulgi di grup chat mereka. Matanya tertuju pada chatroom miliknya dan Joohyun tepat setelah ia menutup grup chat ‘queendom team’.

Manik mata Seungwan kembali menatap ke arah pintu kamar mandi ketika Minjeong baru saja menyelesaikan urusannya dan membuka pintu kamar mandi tersebut.

Ia tersenyum saat melihat Minjeong agak kesulitan untuk menutup pintu kamar mandi.

”Minjeong, Wannie belum bener-bener tau perasaan Wannie sekarang. Tapi kalau pun ternyata Wannie memang cuma berakhir sebatas teman sama Mami kamu, Wannie janji bakal tetap ada buat kamu dan Mami kamu. You two deserve all the best things in this world. I'll try to make your life and Joohyun easier.” batin Seungwan.