Queendom Restaurant

31. Wannie dan Wina

Sudah lebih dari 5 menit Joohyun memandangi layar ponselnya. Ia masih menatap chat terakhir dari Sooyoung dengan bimbang.

Disatu sisi ia tahu ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh dilepaskan. Professionally speaking, Joohyun tahu ia harus datang dan bertemu dengan head editor tersebut hari ini juga. Namun disisi lain, her inner mother instinct, tidak mau meninggalkan Minjeong sendirian, walau dengan Seungwan sekalipun.

Tanpa Joohyun sadari, ia menggigit bibir bawahnya serta menghentak-hentakkan kakinya pelan. Suatu kebiasaan yang muncul ketika ia sedang resah. Ia sedang berpikir keras mencari jalan tengah yang bisa memberikan solusi terbaik bagi keadaannya saat ini.

Saking terlarut dalam pikirannya, Joohyun tidak menyadari bahwa putri semata wayangnya itu sudah terbangun dan sedang menatapnya dengan saksama. Minjeong memang masih kecil, namun ia dapat merasakan bahwa saat ini Mami-nya sedang kesulitan dan ia tidak suka melihat guratan kesedihan di wajah Mami-nya itu.

“Mami...”

Suara pelan yang keluar dari mulut Minjeong membuyarkan pikiran Joohyun. Dengan sigap sang ibu meletakkan ponselnya dan menanggapi panggilan anaknya tadi.

“Hey, kesayangan Mami udah bangun?”

Minjeong mengangguk, “Maaf ya Mi, Minjeong telat bangun.”

Joohyun tertawa, matanya terpejam membentuk setengah lingkaran -some people called it eye smile-. Ia menggeleng tak habis pikir, bagaimana bisa putrinya ini justru meminta maaf karena telat bangun daripada mengkhawatirkan kondisi tubuhnya sendiri.

“Sayang gimana rasanya pagi ini?”

Mata Minjeong berkedip beberapa kali seraya mengerutkan dahinya. Joohyun melihat putrinya itu menarik napas berulang kali kemudian menyentuh dada serta pipinya.

“Aku udah bisa napas lagi Mi. Tapi yang disini masih agak gatel.” jawab Minjeong sambil menunjuk daerah sepanjang lekukan lehernya.

Joohyun mengangguk kemudian ia menyeka rambut putrinya yang menyentuh area leher Minjeong. “Jangan digaruk ya sayang? Kalau tambah gatel, bilang Mami aja ya.”

“Oke...” ujar Minjeong pasrah. Sebetulnya ia sudah gatal sekali dan ingin menggaruk lehernya.

Mendengar jawaban putrinya, Joohyun kembali tertawa, ia mencubit pelan pipi Minjeong. “Hayo, Mami tau pasti Minjeong tadi udah mau garuk lehernya ya?”

“Gatel mi...”

Joohyun beranjak dari posisinya kemudian duduk di tepi kasur, Minjeong secara otomatis menyandarkan kepalanya di pinggang Joohyun.

clingy mode on

“Mi, mau pulang...”

“Sabar ya sayang. Nanti jam 10 ada dokter yang periksa kamu, kalau dokter nanti bilang Minjeong boleh pulang, nanti kita langsung pulang.”

“Masih lama mi...”

“Masih berapa lama emang?” tanya Joohyun yang sengaja menguji Minjeong.

“Masih... Dua jam lagi Mi...”

“Coba tunjukin ke Mami, kalau berhitung pakai Jari, dua kayak gimana?”

“Gini mi...” Minjeong mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

“Pinter banget anak Mami.” ujar Joohyun sembari membelai kepala Minjeong kemudian melanjutkan kalimatnya.

“Kalau Minjeong mau, kita nonton film Monsters Inc kesukaan Minjeong. Nanti tau-tau udah lewat satu jam.” ujar Joohyun diikuti dengan jarinya menekuk jari tengah Minjeong.

“Tapi nanti masih ada satu jam Mi...”

“Iya ya? Terus Minjeong mau ngapain kira-kira? Gimana kalau Minjeong cerita ke Mami, kemarin ngapain aja sama Bu Yoona?”

“Minjeong kemarin-...”

Percakapan ibu dan anak tersebut terhenti sejenak saat Seungwan membuka pintu ruang VIP. Baik Joohyun maupun Minjeong secara refleks menoleh ke arah pintu masuk, membuat Seungwan merasa salah tingkah. Sang Chef entah mengapa justru mengangkat kantong plastik yang ia genggam dengan kedua tangannya.

“Bagels, anyone?” ujar Seungwan secara refleks ditengah ke-awkward-an yang ia timbulkan.

“Mi, dia siapa?” bisik Minjeong. Ia tidak mengenali sosok Seungwan yang sudah ia temui di Queendom Restaurant, saking paniknya Minjeong kala itu.

“Hi, little munchkin!” sapa Seungwan yang berjalan mendekati kasur pasien. Ia meletakkan bungkusan berisikan roti dan donat yang ia beli dalam perjalanan kembali ke ruang rawat setelah ia berolahraga singkat di taman rumah sakit tersebut.

“Aku nggak kecil!” protes Minjeong.

Mata Seungwan membelalak saat mendengar ucapan Minjeong, ia melirik ke arah Joohyun yang secara diam-diam menggelengkan kepalanya pada Seungwan. Memberikan kode bahwa Minjeong tidak suka dipanggil dengan sebutan ‘little’.

“Oopss!! Sorry my bad! Aku biasanya pake kacamata, jadi tadi nggak terlalu keliatan. Wait…” ujar Seungwan cepat sembari merogoh saku kemeja yang ia kenakan untuk mengambil kacamatanya.

“Oh my God!! Yang tadi aku panggil little munchkin ternyata udah gede dan cantik banget! Minjeong kamu nggak kalah cantik deh sama mama kamu!” ujar Seungwan yang sengaja berakting di depan Minjeong.

Sang gadis cilik tersenyum puas saat mendengar pujian dari Seungwan. Sementara itu, tanpa mereka sadari, wajah Joohyun memerah saat mendengar pujian yang diutarakan oleh Seungwan. Ia tidak menyangka ucapan se-simple itu bisa membuatnya merona malu seperti ini. Sedangkan, Seungwan justru tidak menyadari ucapannya barusan. Sang Chef fokus berkenalan dengan Minjeong, gadis cilik yang merupakan pengunjung restorannya tempo hari.

“Halo, nama kamu Minjeong ya? Aku Seungwan.” ujar Seungwan memperkenalkan dirinya. Ia menyodorkan tangannya pada Minjeong untuk berjabat tangan.

“Kok tau nama aku Minjeong?”

“Tau dong! Aku kenal sama Bu Yoona dan Bu Yoona sering cerita tentang Minjeong. Katanya Minjeong itu salah satu murid yang bikin Bu Yoona bangga, makanya kemarin Bu Yoona dateng ke restoran ngajak Minjeong juga kan.”

Seungwan sengaja tidak menyentuh topik tentang kesehatan Minjeong, walaupun sebenarnya yang membuat Seungwan mengetahui nama Minjeong adalah saat teman Minjeong berteriak histeris melihat keadaan Minjeong yang sedang sesak napas karena alerginya.

“Oh? Kamu temennya Kakak Yoong?” tanya Minjeong, kepalanya sedikit miring ke arah kiri, pertanda bahwa ia tertarik dengan ucapan Seungwan.

“Kakak Yoong?” tanya Seungwan.

“Minjeong, udah berapa kali Mami ingetin? Nggak boleh manggil Bu Yoona pakai sebutan kakak, nggak sopan. Minjeong jarak umurnya sama Bu Yoona itu jauh, kalau panggil kakak itu untuk orang yang kira-kira seumuran atau lebih tua sedikit dari Minjeong. Mami selalu ingetin kamu kan kalau mau bicara sama orang yang lebih tua nggak boleh pakai kamu, ayo minta maaf.” ujar Joohyun menasihati Minjeong setelah mendengar Minjeong memanggil Seungwan dengan kata ganti ‘kamu’.

“Tapi terus Minjeong panggil dia apa dong Mi? Kalo tante itu kan buat temen-temen Mami, kalau Bu… nggak mau ah Mi, kakaknya masih keliatan muda kok Mi! Iya kan kak?” tanya Minjeong pada Seungwan.

Minjeong sangat keras kepala persis seperti ibunya dan Joohyun hanya bisa menghela napasnya. Sudah berkali-kali Joohyun mengajari Minjeong terutama tentang tata krama, hanya satu hal yang sulit sekali untuk Minjeong lakukan, seperti sekarang ini.

Dari dulu Minjeong selalu seenaknya saat memanggil nama orang lain. Seperti ia bersikukuh untuk memanggil Yoona dengan sebutan Kakak Yoong, sedangkan ia memanggil Sooyoung dengan sebutan Aunty Soo.

“Terserah Minjeong aja mau manggil aku apa.” tawa Seungwan.

“Tadi namanya siapa?”

“Seungwan.”

“Sini sebentar boleh nggak?” tanya Minjeong sembari menepuk sisi yang kosong di sebelah kanannya.

Seungwan menyanggupi permintaan Minjeong, lalu menyejajarkan wajahnya dengan wajah Minjeong.

“Yes captain?”

“Copot kacamatanya dong kak.”

Minjeong meraih kacamata yang diberikan oleh Seungwan dan menitipkannya pada Joohyun, “Pegangin dulu Mi.”

Gadis cilik itu mengamati wajah Seungwan sejenak. Sementara itu baik Joohyun maupun Seungwan hanya bisa saling lirik, sama-sama penasaran dengan tindakan Minjeong.

“Wannie!” ujar Minjeong lantang. Ia menepuk kedua tangannya.

“Pardon?” tanya Seungwan terkejut.

“Iya, mulai sekarang aku panggilnya Wannie aja!”

“Minjeong…” nada suara Joohyun berubah menjadi serius, namun Seungwan buru-buru menghentikan Joohyun. Ia sama sekali tidak ada masalah dengan nama panggilan tersebut.

“Okay, kan kamu udah ngasih nama panggilan buat aku. Sekarang gantian aku yang kasih nama panggilan buat kamu ya….hmm…. Gimana kalau Wina?”

“Wina?”

“Yep! Wannie and Wina, how?”

“Wina itu apa?”

“Oh, jadi gini kan aku Chef. Tau chef kan?” tanya Seungwan yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Minjeong.

“Jadi, salah satu bahan yang jadi andalanku waktu masak itu Wine. Wina aku ambil dari Wine, paham nggak?”

“Nggak…”

“Aduh hmm…” Seungwan tertawa pada dirinya sendiri, mungkin bahasanya terlalu rumit.

“Gini deh, intinya kenapa Wina, soalnya Minjeong udah Wannie anggep sebagai teman andalan. Terus kan lucu, Wannie dan Wina, kita punya nama pasangan.” ujar Seungwan menunjuk pada dirinya dan Minjeong.

Sepanjang percakapan, Joohyun hanya mengamati reaksi Minjeong dan Seungwan. Ia tersentuh dengan sikap Seungwan yang mau berinteraksi dengan Minjeong dan menganggap Minjeong sebagai her equal.

Pengalamannya sebagai orang tua, tak begitu banyak orang dewasa yang mau menanggapi ucapan anak-anak dengan serius, begitu pula dengan orang-orang yang berinteraksi dengan Minjeong. Kebanyakan orang dewasa hanya berbicara dengan Minjeong jika mereka ingin mendekati Joohyun atau membutuhkan sesuatu dari Joohyun. Minjeong pun lambat laun menyadari hal ini. Hanya ada segelintir orang dewasa yang benar-benar berinteraksi dengannya secara tulus.

Joohyun tersenyum saat melihat Minjeong dan Seungwan sudah bercakap-cakap dengan akrab. Bahkan Minjeong menawari Seungwan untuk menonton film Monsters Inc bersama-sama. Pemandangan di depannya itu tergolong langka, biasanya orang-orang akan melabeli Minjeong dengan kata-kata ‘bandel’ karena sikap Minjeong yang acuh tak acuh terhadap orang asing.

Namun melihat Minjeong yang sedikit demi sedikit menerima kehadiran orang baru, Joohyun yakin bahwa kedepannya, Minjeong akan lebih mempercayai Seungwan dan mungkin Seungwan akan menjadi salah satu orang dewasa yang bisa diandalkan oleh Minjeong.

“Okay Wina, sebentar-sebentar, filmnya boleh di pause nggak? Wannie pengen ke toilet sebentar.”

“Oke. Tapi 2 menit aja.”

“Haaaaah? Mana cukup 2 menit?” protes Seungwan dengan ekspresi wajah yang dilebih-lebihkan. “5 menit ya?”

“Oke 5 menit. Dimulai dari sekarang!”

“Okay captain!”

Sang Ibu lagi-lagi tertawa melihat tindak tanduk Seungwan dan putrinya itu.

“Mami liat udah akrab nih sama Wannie? Daritadi Mami didiemin?”

“Ih Mami! Nggak gitu!!” ujar Minjeong dengan wajah yang ditekuk

“Mami cuma bercanda sayaaang.”

Joohyun mengecup singkat pipi Minjeong.

“Mi, mami kenal Wannie sejak kapan Mi? Kok Mami nggak pernah cerita sama Minjeong?”

“Hmm, kenapa emangnya?”

“Gapapa Mi, Minjeong suka aja sama Wannie soalnya baik kayak Kak Yoong.”

“Oh gitu…”

Keheningan di ruangan tersebut terpecah ketika pintu ruang VIP terbuka dengan cepat diiringi dengan teriakan keceriaan khas Park Sooyoung yang membuat Joohyun terperanjat kaget.

“Halo semua!!”

“Aunty Soo!!”

“Ih Minjeong, udah dibilang jangan panggil pake aunty!! Aku belum tua!”

“Nggak mau, maunya Aunty Soo!”

“Ini bocah, beneran deh ya. Nanti kamu aku kelitikin ya!” ancam Sooyoung

“Biarin aja.” jawab Minjeong sembari menjulurkan lidahnya.

Sooyoung hanya tertawa lalu mencubit gemas pipi Minjeong.

“Gimana jadinya Soo?” tanya Joohyun merujuk pada meeting dengan head editor W Magz.

“Dia bilang harus sama lo juga.”

Joohyun menghela napasnya pelan. Gesture ini ditangkap oleh Minjeong, membuat gadis kecil itu memperhatikan ekspresi Mami-nya dengan serius.

“Mi, mami harus pergi ya?”

“Nggak kok sayang, kan Mami udah janji nemenin Minjeong sampai Minjeong sembuh.”

“Aku udah nggak apa-apa kok Mi, mami pergi aja. Cuma sebentar kan Mi?”

Sooyoung hanya terdiam, 3 jam bukan waktu yang sebentar dan ia juga tidak tega untuk meninggalkan Minjeong sendirian di rumah sakit.

“Nggak kok sayang, kerjaan bisa Mami cari lagi. Tapi kalau Minjeong, buat Mami nggak tergantikan.”

Seungwan yang baru keluar dari kamar mandi cukup kebingungan saat mendapati suasana ruang rawat tersebut berubah menjadi lebih diam dan serius. Ia juga baru menyadari kehadiran seorang Wanita bertubuh tinggi langsing dengan paras cantik yang berdiri di dekat Joohyun dan Minjeong.

“Uhm, sorry ini kalau pembicaraannya serius dan rahasia kayaknya mending aku keluar aja ya?” potong Seungwan.

“Wannie! Minjeong sama Wannie aja Mi disini! Mami pergi aja sama Aunty Soo! Ya kan Wannie?”

“Ah..Uhm... Sure! Kalau My Wina mau main sama Wannie, let’s go!”

”My Wina? Wannie?” batin Sooyoung

“Tuh Mi, aku sama Wannie aja. Mami pergi sama Aunty Soo dulu aja!” ujar Minjeong lagi, berusaha meyakinkan Joohyun.

“Seungwan, kamu beneran nggak apa-apa aku titipin Minjeong dulu?”

Sang Chef mengangguk mantap, “Tenang aja, aku nggak bakal berbuat yang aneh-aneh kok. Kamu punya kontakku kan? Kak Yoona juga tau dimana rumahku, jadi kalau ada apa-apa kamu pasti bisa cari aku.”

Sooyoung menatap Seungwan dan Joohyun silih berganti, lagi-lagi ia menemukan kejanggalan. Beberapa saat yang lalu, ia menyadari bahwa Minjeong sudah terlihat akrab dengan orang asing yang bernama Seungwan ini. Lalu ia baru saja mendengar Joohyun dan Seungwan memanggil satu sama lain dengan sebutan ‘aku-kamu’.

”Suspicious.” batin Sooyoung.

“Hyun, kalau lo emang gak mau ninggalin Minjeong, gue batalin aja meetingnya. Nggak apa-apa kok gue. Tapi kalo lo emang jadi meeting, kita harus berangkat sekarang.”

Joohyun menatap Minjeong dan Seungwan silih berganti.

“Minjeong beneran nggak apa-apa kalau Mami pergi?”

“Bener Mi…”

“Alright… tapi janji ya Minjeong nggak boleh nakal? Minjeong harus nurut ya sama Wannie?”

“Janji!”

“Seungwan, aku…”

“It’s okay, nggak ngerepotin kok. Itung-itung ini aku nebus kesalahan aku yang itu. Tenang aja, Minjeong aman kok sama aku.”

Joohyun mengangguk, “Makasih banyak ya.”

“No problem.”

Sang Ibu kemudian berjalan menuju nakas tempat ia menaruh tasnya, kemudian melepaskan kabel charger dari stop kontak dan memasukkannya ke dalam tas. Ia kemudian berjalan kembali ke arah putri semata wayangnya.

“Minjeong, peluk mami dulu sini. Jaga diri ya, kalau ada apa-apa pinjem handphone Wannie aja terus telpon Mami ya?”

“Iya Mi… Mami hati-hati ya sama Aunty Soo.”

“Mami bakal pulang cepet, okay? Nanti kita ngobrol lagi. Mami sayang Minjeong banget.” bisik Joohyun di telinga Minjeong

“Minjeong sayang Mami banget banget.” balas Minjeong.

Joohyun melepaskan pelukannya dengan Minjeong lalu secara refleks ia memeluk Seungwan sebagai bentuk terima kasih.

“Titip Minjeong ya Seungwan, she’s my world.” bisik Joohyun pada Seungwan saat ia memeluk tubuh sang Chef.

“O-of course…”