Queendom Restaurant

93. No Fun!

“Minjeong!”

Suara khas milik Mami Joohyun menggema dengan jelas dari dalam kamar mandi dan Minjeong paham betul arti dari panggilan barusan.

waktunya untuk mandi pagi

“But mommy I’m still watching this!” protes Minjeong yang masih duduk dengan nyaman di atas kasur milik Joohyun, masih dengan piyama couple yang juga dikenakan oleh Joohyun saat ini.

Mendengar jawaban Minjeong, Joohyun mengintip dari celah pintu kamar mandi dan menatap anak semata wayangnya dengan tatapan datar, “Kamu bilang apa barusan?”

Minjeong menggeleng cepat dan menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Kemudian ia beringsut masuk ke dalam selimut, berharap dirinya dapat bersembunyi dari sang Ibu.

Joohyun bersumpah ia harus mati-matian menahan tawanya karena saat itu ia sedang berada dalam mode strict mommy, atau kalau kata Minjeong adalah mode ‘No Fun Mami’.

Sang Ibu menghela napasnya singkat, ia buru-buru menyambar ikat rambut yang ada di wastafel kemudian mengikat rambutnya dengan cepat sembari berjalan ke arah kasur yang ditempati oleh Minjeong.

Sesampainya di sebelah kasur, Joohyun mendapati sebuah gumpalan di bawah selimut yang meliuk ke kanan dan ke kiri. Ia menggigit bibir bawahnya dan mencoba untuk menutup matanya sejenak, ia benar-benar kesulitan untuk menahan tawanya saat ini.

“Minjeong, Mami hitung sampai tiga kalau Minjeong nggak keluar dari balik selimut nanti Mami sendiri yang bakal ngeluarin Minjeong.”

“Mami!!”

“Satu…” ujar Joohyun yang tidak menghiraukan protes dari Minjeong.

“Noooo Mami!!”

“Dua…” Joohyun tetap menghitung mundur, sembari ia naik ke kasur.

“Ti…..”

Tepat sebelum Joohyun selesai berhitung, Minjeong dengan cepat membuka balutan selimut yang menutupi dirinya dengan wajah cemberut.

“Mami no fun.”

Melihat Minjeong yang pasrah, ditambah wajah cemberut yang membuat pipinya semakin terlihat chubby, mau tidak mau membuat hati Joohyun tersentuh. Memang sebenarnya peraturan di rumah ini khusus untuk hari Minggu adalah hari dimana Joohyun dan Minjeong bebas untuk bermalas-malasan, kecuali jika ada kasus khusus.

Mommy no fun?” tantang Joohyun yang hanya dibalas dengan anggukan kepala.

“Minjeong bakalan nyesel udah bilang Mami nggak asik.” ujar Joohyun lagi.

“Lebih asik Aunty Soo!”

Joohyun memutar kedua bola matanya.

Sooyoung sedikit banyak memang mempengaruhi hidup Minjeong, jangan salah sangka Joohyun bersyukur atas kehadiran sahabatnya di kehidupan Minjeong. Namun ia seringkali kesal ketika Minjeong meniru sifat-sifat buruk yang melekat pada diri Sooyoung dan kali ini yang Minjeong maksud adalah mandi pagi.

Sahabatnya itu pernah berkata pada Minjeong bahwa ia tidak perlu terlalu sering mandi untuk menghemat air dan tagihannya untuk membantu Mami Joohyun. Walaupun Minjeong tidak paham tapi ia tahu bahwa kata-kata ‘hemat’ dan ‘membantu Mami Joohyun’ sudah cukup menarik perhatian Minjeong.

“Oh ya lebih asik Aunty Soo?” tantang Joohyun lagi.

“Iya!”

Joohyun langsung mendekap tubuh mungil Minjeong dan menggelitiki pinggang anak perempuannya itu. Kaki Joohyun mengunci kaki Minjeong sehingga gadis cilik itu benar-benar mati langkah.

“hahahaha Mami udaah!”

“Nggak. Ini hukuman karena tadi bilang lebih asik Aunty Soo.” jawab Joohyun dengan tangannya yang masih menggelitiki tubuh Minjeong.

“Mami!! Mami!!”

“Mami apa?”

“A-.... hahahahaha Mami!!”

Joohyun berhenti sejenak.

“Mami asik! Mami asik!!” tangan mungil Minjeong buru-buru menggenggam erat tangan Joohyun yang sudah pasti jauh lebih besar daripada tangannya.

Tepat setelah Minjeong menyelesaikan kalimatnya, Joohyun menghujani wajah Minjeong dengan kecupan-kecupan kecil di pipi, hidung, kening, dan bibirnya. Bahkan Joohyun sempat menggigit pelan pipi anak kesayangannya itu.

“Mami!! Geli!!” protes Minjeong lagi.

“Biarin aja, Mami gemes banget sama Minjeong.” ujar Joohyun yang kini masih menciumi wajah Minjeong.

Perlahan ia berhenti, namun kini beralih mendekap tubuh mungil itu dengan hangat. Kamar yang tadinya gegap gempita karena suara teriakan Minjeong dan Joohyun, kini berubah menjadi sunyi senyap. Hanya terdengar suara sayup-sayup dari kartun yang tadi ditonton oleh Minjeong.

“Mami?”

“Hm?”

“Kenapa tiba-tiba diem?”

“Nggak apa-apa. Mami kangen banget sama Minjeong. Minjeong tau kan kalau Mami sayang Minjeong banget-banget?” tanya Joohyun.

Gadis cilik itu mengangguk mantap. Ia menyembunyikan wajahnya di celah leher Joohyun yang merupakan tempat favorit Minjeong karena disanalah ia bisa menghirup aroma tubuh Joohyun yang sangat Minjeong gemari.

”Jangan pernah tinggalin Mami ya sayang. Mami sayang banget sama Minjeong. God please let me take care of her as long as I can.” batin Joohyun.

Ting! Tong! Ting! Tong!

“Mami pesen makanan?” tanya Minjeong saat mendengar suara bel apartemen mereka.

“Nggak, itu Seungwan. Okay, let’s go Minjeong, it’s time to get up.”

Joohyun bangkit dari posisinya kemudian mengangkat Minjeong dalam pelukannya. Ia berjalan ke arah pintu masuk sembari menggendong anak semata wayangnya.

“Wannie kesini?” tanya Minjeong yang melingkarkan lengannya di leher Joohyun.

“Iya sayang.”

“Hari ini kita bikin kim lagi??”

“Nanti kalau Minjeong mau bikin es krim lagi, coba bilang ke Wannie langsung ya.”

“Mami?”

“Hm?” Joohyun menatap Minjeong, bertanya kepada anaknya melalui netra mereka berdua.

“Mami ikut kan bikin kim?”

“Nggak bisa sayang, hari ini Minjeong bikin es krim berdua sama Wannie aja ya?”

Mendengar jawaban dari Maminya, Minjeong langsung mendengus kesal. Ia menyembunyikan wajahnya dari pandangan Joohyun sebagai aksi ‘mogok’-nya.

Joohyun hanya bisa memeluk Minjeong dengan erat karena ia pun tahu, kali ini kesalahan ada pada dirinya yang tidak bisa menepati janjinya pada Minjeong. Hari minggu adalah harinya Mami Joohyun dan Minjeong.

Tangan kanan Joohyun mengelus puncak kepala Minjeong dan membelai rambut hitam legam dengan wangi stroberi yang masih bisa Joohyun hirup walau agak samar.

“I love you so much Minjeong, maaf ya Mami hari ini harus pergi. Please janji sama Mami kamu harus nurut sama Wannie ya?” bisik Joohyun diakhiri dengan kecupan lembut di kening Minjeong.

Ting! Tong! Ting! Tong!

Bel apartemen berbunyi sekali lagi, memecah kesunyian dan menghentikan interaksi antara ibu dan anak tersebut.

Joohyun dan Minjeong yang sedari tadi sudah berdiri tidak jauh dari pintu masuk, kini melangkah ke sumber suara dan membukakan pintu bagi Seungwan.

“Hei!” sapa Seungwan dengan penuh semangat ketika ia melihat Joohyun yang membukakan pintu baginya, masih dengan setelan piyama berwarna pink motif kelinci.

“Oh Minjeongieee!! Morning princess!” lanjut Seungwan namun tak mendapatkan balasan apapun dari Minjeong. Gadis cilik itu justru semakin melesakkan wajahnya di celah leher Joohyun.

Seungwan menatap Joohyun keheranan.

“Lagi ngambek?” tanya Seungwan yang berbisik, takut jika Minjeong mendengar pertanyaannya.

Joohyun mengangguk sembari mempersilakan Seungwan memasuki istana kecil yang disinggahinya dan Minjeong.

Kala itu merupakan kesekian kalinya Seungwan bertamu, namun atmosfir yang ia rasakan masih sama.

It feels like home.

Seungwan mengekor di belakang Joohyun, ia melihat Minjeong yang sesekali berusaha mengintip ke arahnya namun dengan sengaja tidak ia hiraukan. Ia tahu Minjeong butuh ruang pribadinya pagi ini. Apalagi saat ini suasana hatinya memburuk, setelah mengetahui bahwa Mami-nya harus meninggalkan dirinya di rumah dengan orang asing.

“Maaf ya masih berantakan. Aku belum sempat beres-beres.” Joohyun tertawa renyah, sedikit malu karena rumahnya masih berantakan pagi itu.

Sebenarnya menurut Seungwan, apa yang ia lihat jauh dari kata berantakan. Memang di ruang tengah sekaligus ruang bermain Minjeong masih terlihat mainan yang berserakan, namun selebihnya keadaan rumah itu sangat rapi.

“No, you did a good job to keep your house clean.”

“Nggak juga. Nih, lihat.” tawa Joohyun saat menunjukkan sepasang kaos kaki yang tergeletak di dekat sofa hitam di ruang tengah.

“Oke, minus itu.” balas Seungwan yang ikut tertawa.

Joohyun mengambil kaos kaki tersebut dan mempersilakan Seungwan untuk duduk.

“Kamu tunggu sini gapapa ya? Aku belum sempet mandi, Minjeong juga.”

“Okay, aku tunggu sini.”

Tangan Joohyun menyerahkan remot televisi kepada Seungwan, “Great, nih make yourself at home. Terserah mau nonton apa.”

Seungwan mengangguk.

Selepasnya Joohyun bergegas masuk ke kamar tidurnya bersama dengan Minjeong yang masih melekat seperti anak koala.

Mata Seungwan mengedar ke seisi apartemen.

Tiba-tiba ia mengingat ucapan Joohyun di mobil saat mengantar pulang Joohyun dan Minjeong dari rumah sakit. Tidak peduli apapun bangunannya, yang paling penting tempat itu nyaman untuk dihuni bersama keluarga.

“Keluarga ya?” batin Seungwan.

Lagi-lagi ia dibuat takjub oleh Joohyun, orang tua tunggal dan wanita karir yang masih bisa mengatur dan membagi waktunya sebisa mungkin bagi pekerjaan dan Minjeong.

Kini mata Seungwan jatuh pada meja makan dan dapur yang masih bersih, tanda Joohyun belum memasak apapun hari itu.

“Let's make yourself useful, Seungwan.”