Queendom Restaurant
78. Lesson
Selama perjalanan dari apartemen hingga Queendom Restaurant, Joohyun masih sesekali membalas chat dari Sooyoung walaupun jujur saja ia sudah mulai malas membuka ruang chat dengan sahabatnya itu. Alasannya sangat sederhana, ia tidak ingin membahas lebih lanjut topik yang baru saja diungkit, takut apabila Sooyoung lagi-lagi menamparnya dengan fakta-fakta yang cukup membuat dirinya pusing.
“Miii” panggil Minjeong yang duduk di kursi belakang.
“Ya sayang?”
“sih auh?”
“Ayo ngomong yang bener. Mami nggak mau jawab kalau Minjeong ngomongnya belum bener.”
“Miiiii” rengek Minjeong.
Sang anak semata wayang mendengus kesal lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi penumpang saat ia tidak mendapatkan tanggapan apapun dari Maminya. Ia berusaha untuk akting merajuk karena ia tahu Maminya paham maksud perkataannya barusan.
Joohyun menggeleng.
Kalau Minjeong mau keras kepala, ia pun bisa lebih keras kepala lagi. Sejak awal Joohyun selalu memiliki prinsip untuk memperlakukan Minjeong layaknya orang dewasa, termasuk dalam hal berbahasa. Joohyun hampir tidak pernah menggunakan bahasa bayi saat berbicara dengan Minjeong.
Sementara itu Seungwan yang berada di kursi kemudi berusaha untuk melirik ke arah Joohyun dan mendapat tatapan tajam dari Joohyun.
“Jangan respon Minjeong.” Kira-kira begitu peringatan yang Joohyun berikan pada Seungwan melalui tatapan matanya.
Seungwan mengangguk pelan dan menahan tawanya, apalagi setelah ia melirik ke arah kaca spion untuk melihat kondisi Minjeong yang cemberut duduk di kursi penumpang. Sejujurnya Seungwan pun tidak mau ikut campur untuk masalah seperti ini. Joohyun memiliki caranya sendiri untuk mendidik Minjeong dan Seungwan menghormati cara tersebut.
Setelah seminggu Joohyun dan Seungwan saling mengenal satu sama lain, Joohyun menyadari bahwa Seungwan cukup mudah terkecoh dan terbujuk oleh Minjeong. Sedangkan Joohyun merupakan kebalikan dari Seungwan.
Joohyun memiliki 3 prinsip yang haram untuk dilanggar oleh Minjeong dan anak semata wayangnya itu paham akan hal ini.
Kesehatan, sopan-santun, dan taat aturan hukum.
3 hal ini adalah prinsip utama yang harus Minjeong taati dan masalah berbahasa termasuk dalam sopan-santun, maka dari itu Joohyun cukup keras pada Minjeong dalam hal ini.
“Miiiii” rengek Minjeong lagi.
“Ya?”
“Masih jauh?” tanya Minjeong, kali ini dengan bahasa yang benar.
Joohyun harus menahan tawanya karena ia mendengar suara helaan napas yang keluar dari anak kesayangannya itu.
Kali ini Seungwan membuka mulutnya saat ia sudah melihat perempatan terakhir sebelum ia harus berbelok ke kanan, “Sebentar lagi sampai kok. Sabar ya? Wannie cari parkiran dulu habis itu kita turun.”
“Udah mau sampai?!” pekik Minjeong senang.
Seungwan menjawab dengan anggukan mantap yang kemudian disambung oleh Joohyun.
“Sekarang Minjeong duduk tenang, siapin tas yang tadi udah Minjeong bawa. Terus itu Mr. Frog mau ditinggal di mobil atau mau kamu bawa turun?”
“Uhmm….” bola mata Minjeong melirik ke kanan dan kiri, tanda bahwa ia sedang berpikir matang-matang.
“Wannie, nanti kita banyak kena air nggak? Soalnya Mr. Frog takut air.” tanya Minjeong.
“Hah?” tanya Seungwan secara spontan. Pertanyaan yang Minjeong lontarkan kepadanya sama sekali di luar prediksi Seungwan.
“Nanti waktu bikin eskrim, kira-kira banyak butuh air nggak? Atau tempatnya basah gitu nggak? Mr. Frog takut air, kalau banyak interaksi sama air artinya Mr. Frog harus ditinggal di mobil.” ujar Joohyun mengulangi pertanyaan Minjeong sekaligus memberikan penjelasan yang dibutuhkan oleh Seungwan.
“Oooh, hmm kalau mau bawa Mr. Frog bisa kok. Nanti pas kita di dapur, Mr. Frog dititipin aja ke temennya Wannie. Mau?”
Minjeong langsung mengangguk antusias saat mendengar tawaran dari Seungwan. Ia langsung meraih Mr. Frog yang sedari tadi duduk manis disebelahnya dan mengajak bicara boneka kodok berwarna hijau tersebut, menjelaskan bahwa sebentar lagi mereka akan tiba di rumah makan milik Wannie dan mereka akan belajar cara membuat es krim.
Lagi-lagi Seungwan tertawa saat melihat tingkah Minjeong kemudian melirik pada Joohyun. “Minjeong unik banget ya?”
“Welcome to parenthood, setiap hari kamu bakal dituntut untuk belajar banyak hal dan mempersiapkan diri kamu buat hal-hal tak terduga, contohnya tadi menerjemahkan bahasa anak kecil ke bahasa orang dewasa and vice versa” tawa Joohyun.
“Sounds so tough and challenging. Keren banget kamu bisa do your role as her mom perfectly.”
Joohyun menggeleng dan tertawa pelan, “Aku masih jauh dari sempurna, Seungwan. Nggak ada orang tua yang bisa sempurna, tapi seenggaknya aku mau berusaha keras supaya bisa jadi yang terbaik buat Minjeong.”
“Hmm, setuju sih nggak ada yang sempurna. Tapi menurut aku kamu udah sebisa mendekati kesempurnaan itu sih.”
“Udah sana nyetir yang serius, gak usah ngegombal gak jelas!” balas Joohyun cepat sembari melayangkan sebuah pukulan pelan ke lengan Seungwan.
Joohyun menolehkan wajahnya ke arah yang berlawanan, ia tidak yakin bisa lebih lama lagi menahan ekspresinya untuk tetap tenang jika Seungwan lagi-lagi menggodanya. Namun pilihannya untuk mengalihkan perhatiannya dari Seungwan justru membawa Joohyun kembali mengingat chat terakhir dari Sooyoung.
“Aku masih jauh dari sempurna, Seungwan. Contoh paling simpel, aku masih sering menghindar dari kenyataan.”