SWITCH
12. Small things matters
“Yaaaay!!” pekik Winter kencang
Tulisan player 1 win terpampang sangat nyata dengan warna yang mencolok dan efek suara yang tidak kalah heboh. Orang-orang yang berada disekeliling Irene dan Winter bertepuk tangan tak lama setelah Winter menyelesaikan duel dengan Irene, sebagai informasi keduanya tengah bermain Pump it Up.
“Huehe aku menang lagi kak!” sombong Winter sembari menyerahkan beberapa lembar tisu untuk Irene
“Tck, itu karena aku yang udah lama nggak main.” elak Irene yang menyeka keringat di wajahnya.
“Minum nih kak.”
Irene terkejut ketika ia melihat sebuah botol air mineral berada tepat di depan wajahnya. Rupanya Winter baru saja mengeluarkan botol tersebut dari tas ransel yang ia bawa. Tak butuh waktu lama bagi Irene untuk menerima botol tersebut dan meneguk air mineral itu hingga sepertiga botol.
“Abis ini kita duel tembak-tembakan.” tantang Winter.
Irene tertawa pelan. Ia menggelengkan kepalanya, kencannya hari ini sungguh berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kencan yang biasanya ia lakukan dengan Wendy dan jika ia boleh berkata jujur, Irene merasa sangat senang hari ini.
Impromptu. Go show.
Bukan merupakan kebiasaannya dengan Wendy. Biasanya mereka sudah merencanakan kencan mereka, bahkan membuat list tujuan atau kegiatan yang akan mereka lakukan. Biasanya, lagi, Wendy akan mengajaknya pergi ke tempat-tempat high class atau tempat-tempat private yang biasa didatangi oleh pasangan kekasih.
Namun kini Winter dengan segala kesederhanaannya justru memberikan angin baru bagi Irene. Mungkin di lain waktu ia akan mengajak Wendy untuk kencan seperti ini.
Baru separuh hari ia bersama dengan Winter, Irene sudah menemukan perbedaan yang sangat mencolok antara kekasihnya dan kekasih adiknya itu.
Wendy merupakan tipe kekasih yang sangat royal, dimana ia akan berusaha untuk selalu mengedepankan kenyamanan pasangannya. Wendy juga merupakan tipe kekasih yang sangat sering skinship dan menunjukkan afeksinya melalui kata-kata.
Sedangkan Winter merupakan tipe kekasih yang sangat terbuka dengan keadaan finansialnya dan mengedepankan kebersamaan dibandingkan materi atau tempat mereka berada. Winter tidak akan ragu mengatakan tidak pada pasangannya kemudian menjelaskan alasan dari penolakannya.
Perbedaan lainnya, Winter lebih menunjukkan afeksinya melalui tindakan-tindakan kecil seperti memperhatikan keadaan Irene barusan ketika ia haus atau ketika di starbucks tadi Winter lebih mendahulukan Irene untuk meminum kopi yang mereka pesan karena ternyata sang barista salah membuat pesanan milik Irene.
“Capek ya kak? Sorry banget ya date sama aku emang kayak gini. Mungkin karena gini ya Karina sering kesel hehe”
“It’s okay kok. Ini asik banget, serius deh. Emang Karina sering ngomel?”
“Hmm, kalau aku ngajak dia date itu ya biasanya kayak gini. Kalau kata Karina nggak kayak lagi ngedate.”
Irene menepuk pundak Winter pelan, “Just be you, Winter. Kamu tau kan Karina emang manja anaknya? Saran kakak sih, kamu kurangin dikit deh bercandaan kamu itu.”
“Well, aku bercandain Karina soalnya dia gemes banget kalo udah kesel but okay, thanks for the advice kak.”
Irene mengangguk. Ia kemudian berdiri dari posisi duduknya dan mengambil tasnya yang tadi ia taruh di loker yang berada tepat di sebelah mesin pump.
“Masih kuat nggak kak?” goda Winter.
“Heh, stamina ku nggak sejelek itu ya!”
Winter mengangkat kedua tangannya seolah-olah ia menyerah dan menerima ucapan Irene. Yang lebih muda memperhatikan Irene sejenak dan tak lama kemudian ia mendekati Irene. Disentuhnya pundak Irene dengan tangan kanannya.
“Baju kakak agak kebuka. Aku nggak mau kakak diliatin.” jelas Winter sambil tersenyum.
Kemudian ia memperhatikan penampilan Irene dari atas ke bawah. Tanpa ia duga, lagi-lagi Winter merapikan penampilannya. Kali ini poni-poninya yang cukup berantakan dirapikan oleh Winter menggunakan jari-jarinya.
“Okay sip! Udah cantik lagi! Next kita mau duel apa nih kak?”
“Eh?”
“Iya, kak Irene mau main apa lagi?” tanya Winter yang menyadari bahwa Irene tidak mendengar pertanyaannya barusan.
“Ooh, tadi kata kamu mau main tembak-tembakan itu?”
“Aku bercanda doang kak. Pokoknya hari ini kita harus ngelakuin hal-hal yang kita berdua sama-sama mau, okay?”
Irene mengangguk. Matanya mengedar ke sekeliling tempat bermain itu dan menemukan satu permainan yang sedari dulu selalu menantang baginya.
“Kesana Win!”
Mata Winter mengikuti jari telunjuk Irene dan menemukan mesin yang dimaksud. Secara otomatis ia menggaruk kepalanya karena ia tahu mesin itu adalah mesin yang paling menipu. Sangat jarang ada orang yang bisa mendapatkan boneka yang ada di dalam mesin tersebut dalam sekali percobaan.
Oh, mungkin kali ini berbeda. Apalagi lawan tandingnya hari ini adalah Irene.
“Yang duluan dapet boneka, nentuin tempat date selanjutnya!” tantang Winter.
“Game in bocil!”
Ah, dua hal lagi yang Irene temukan dari kencannya hari ini.
Jika Wendy adalah sosok yang selalu menuntunnya, sosok yang mengetahui segalanya dan memberikan opsi-opsi yang paling aman untuk Irene. Maka Winter adalah sosok yang selalu berada di sebelah pasangannya, sosok yang akan menerjang apapun yang ada di depan mereka bersama-sama.
Yang terakhir, Wendy tidak akan ragu untuk mengalah untuk Irene. Karena Wendy sangat mengetahui seberapa kompetitif Irene ketika ia sudah sangat fokus dengan hal yang ia lakukan. Kesenangan Irene adalah kesenangan Wendy pula. Namun tidak dengan Winter. Gadis itu tidak mau mengalah sama sekali, tetapi hal ini justru membuat Irene merasa tertantang dan sangat dihargai sebagai lawan yang sepadan. Sehingga ketika ia mendapatkan kemenangannya, kepuasan yang ia rasakan menjadi berlipat-lipat ganda.
Well, pelajaran hari ini. Small things matters.
Baik Wendy maupun Winter menunjukkan rasa kasih sayang dan perhatian mereka melalui hal-hal kecil. Mungkin setelah hari ini selesai, Irene harus berterima kasih pada Karina karena dari ide gila Karina-lah ia menyadari afeksi-afeksi yang selama ini ditunjukkan oleh Wendy padanya namun belum pernah ia sadari.
Renungan Irene terhenti saat ia sudah berdiri tepat di sebelah Winter, ia tertawa saat melihat Winter sudah menginspeksi mesin yang akan menjadi ajang duel mereka selanjutnya. Belum sempat ia membuka suaranya, ponselnya mengeluarkan notifikasi.
Tangannya merogoh ponselnya dari dalam tas, kemudian ia membalas pesan singkat dari Wendy. Setelahnya, ia melihat logo instagram di pojok kiri atas layar ponselnya yang cukup membuat tertarik. Dibukanya notifikasi tersebut dan jujur saja, baru kali ini ia merasa cemburu karena tingkah adiknya sendiri.