THE HOT ROCKSTAR (part 3)

Seperti janjinya, Wendy tiba kurang lebih 10 menit sejak chat terakhir yang ia kirimkan untuk Irene. She almost squealing when she saw how Irene was covering herself under the duffet in their living room.

Mendengar suara alarm pintu yang tertutup, Irene berhenti menatap layar televisi yang sedari tadi menayangkan siaran wisata di kawasan eropa. Senyuman melengkung sempurna di bibirnya saat matanya bertemu dengan manik milik Wendy.

Tubuh Irene secara otomatis bereaksi terhadap kehadiran Wendy. Pertama ia taruh remot yang ia genggam lalu ia keluar dari balutan selimut yang memberikannya kehangatan selama menunggu kepulangan tunangannya itu.

“Welcome home.” sapa Irene yang berjalan ke arah koridor pintu masuk.

Wendy membalas sapaan tersebut sembari melepaskan high heels yang ia kenakan dan langsung menaruhnya di rak sepatu. This is what she called as Joohyun effect.

Semenjak mereka tinggal satu atap, sifat pembersih yang dimiliki oleh Irene menular pada Wendy or more like Wendy wants to avoid any argument with Irene karena Irene bisa sangat cerewet kalau masalah kebersihan dan kerapihan.

Setelah ia menaruh high heelsnya, Wendy langsung berjalan ke arah Irene. Lucunya ia berdiri dengan agak canggung dan justru membuat Irene bingung. Sang CEO menatap Wendy penuh tanya, alis matanya ikut naik menunjukkan kebingungannya.

“Can I get a hug?”

Tanpa menunda-nunda, Irene dengan senang hati langsung melingkarkan lengannya di tubuh Wendy, memeluknya dengan erat. Wajah tunangannya itu terbenam di ceruk lehernya.

“Capek ya?” bisik Irene.

“Hmm. I can’t feel my leg anymore. Also I miss you so much, nggak tau kenapa.”

“Nggak butuh alasan buat kangen seseorang. You can miss me anytime you want because I always miss you too whenever you’re not around.”

Wendy melonggarkan pelukannya, ia menatap wajah Irene dengan jarak yang sangat dekat. Ia mencermati raut wajah Irene, rasa lelahnya mulai hilang sedikit demi sedikit.

“I love you.” ujar Wendy yang diikuti dengan kecupan singkat di bibir Irene.

“Love you too.”

Irene kemudian mendorong tubuh Wendy pelan, tangannya bertengger di bahu Wendy dan mendorongnya untuk berjalan ke arah kamar mereka.

“Ayo kamu bersih-bersih ya, mandi dulu. Semua udah saya siapin di kamar mandi, including a nice warm bath. The bathtub is ready.” ujar Irene yang menuntun keduanya ke kamar mereka.

Wendy tertawa kecil saat ia melihat pantulan mereka berdua di kaca yang terdapat di kamar mereka. She never imagined something so domestic like this can gives her an enormous happiness.

Irene tak tanggung-tanggung langsung mengarahkan Wendy ke kamar mandi, ia kemudian mengambil tas yang semula diselampirkan di bahu Wendy.

“Mandi aja ya, jangan kelamaan apalagi berendam. Nanti kamu sakit, ini udah kemaleman soalnya. Saya di dapur mau ngangetin makanan kamu dulu. Inget pintunya jangan dikun-..”

Ucapan panjang lebar Irene langsung dipotong oleh Wendy dengan satu ciuman hangat.

“I know, aku nggak akan kunci pintunya kok. If anything, you’re always welcome to come inside.” goda Wendy.

Wajah Irene memerah. Ia berdeham untuk mencairkan suasana dan menghilangkan pikiran aneh di kepalanya.

“Yaudah pokoknya gitu.” ujar Irene singkat yang langsung meninggalkan kamar mereka.

Wendy tertawa saat melihat Irene menjadi kikuk seperti itu. Her fiancée needs to grow up and knows that it's okay to think about her in such way. She is hers anyway.


“Jangan kaget ya aku mau peluk kamu.” ujar Wendy yang berjalan ke arah dapur. Ia baru selesai mandi dan sengaja langsung mendatangi Irene, malam ini ia merasa sangat clingy and needs to be close with Irene.

Wendy sengaja memberikan peringatan pada Irene yang saat ini sedang berdiri di dekat kompor dan tak lama kemudian Irene merasakan tubuh Wendy yang menempel di punggungnya.

Wendy just back hugged her.

Wendy benar-benar berdiri tepat di belakang Irene tanpa ada jarak sama sekali. Ia benar-benar memeluk Irene dan menyandarkan kepalanya di punggung Irene. Yang dipeluk hanya menggeleng pelan. Lucu menurutnya. Biasanya yang suka clingy itu ya dirinya tapi malam ini Wendy lagi manja.

Not complaining at all though.

“Masak apa?” tanya Wendy sembari mengintip dari balik pundak Irene.

“Sop ayam. Nggak masak sih, lebih tepatnya tadi saya beli terus ini saya angetin lagi. Barusan saya cicip kok kayaknya ada yang kurang gitu, makanya saya tambahin sedikit bumbunya.”

“Oh gitu… Let’s see chef Bae's works then.” goda Wendy

“Gak usah ngehina gitu dong, saya tau kok kalo masak saya emang kalah sama kamu. Tapi nggak parah-parah amat ya skill masak saya.”

Wendy mengecup pipi Irene saking ia gemasnya.

“Anyway, aku liat ya tweet-tweet kamu.” tawa Wendy yang kemudian mencium leher Irene singkat.

“Ha, now you talked about it. Curang banget kamu bisa liat tweet saya tapi saya nggak bisa liat punya kamu.” protes Irene.

“Biarin aja yeee. Anyway lagi, makasih ya. I feel so appreciated abis liat tweet-tweet kamu.”

“Eh? Why so? Saya liat reaksi orang-orang juga pada bagus kok. You rock it, literally and figuratively.”

“Gatau Hyun, beda aja gitu. Aku udah biasa dipuji stranger and I don’t really put my thoughts on it. Tapi ini kamu dan ini pertama kalinya kan kamu bener-bener liat kerjaan aku. I mean…”

Irene langsung mematikan kompor dan berbalik menghadap ke arah Wendy.

“You’re good at what you did, excellent even. Never doubt yourself. Kamu bisa jadi apaaaa aja yang kamu mau.” ujar Irene meyakinkan Wendy. Ia tahu pasti ada saat-saat dimana seseorang meragukan kemampuan diri mereka dan mungkin saat ini Wendy sedang merasa demikian.

“If anything ya, apa sih itu yang kata-kata fans kamu. Tadi saya sempet baca komen-komen mereka, bentar saya inget dulu…” Irene mengerutkan dahinya, ia mencoba menggali ingatannya.

“Ah! Queen Wendy please step on me!” ujar Irene yang disambut tawa oleh Wendy.

“You sound like a veteran fans, a die hard one.” geleng Wendy.

“Oh, that I’m sure I am. Tapi serius, you rock it. It suits you, really. Saya kaget banget pas liat trailernya.”

“Teaser Joohyun!” tawa Wendy lagi

“Ya ya teaser, but you did tease us way too much.” protes Irene, kini bibirnya mengerucut.

“If I could, saya mau bilang ke seluruh dunia that you’re mine and I’m yours. Tangan saya udah gatel mau switch akun twitter terus drop the bomb.” lanjut Irene.

“Joohyun… I’m so sorry… bukannya aku nggak mau tapi-...”

“I know, saya nggak nyalahin siapapun kok. We do agree kalau saat ini bukan saat yang tepat untuk announce hubungan kita, both for yours and my wellbeing. Ini cuma my jealousy speaking.” ujar Irene yang kemudian mencium bibir Wendy sekilas.

“I want to tell the world too that I love you, Hyun.”

“You will, in time. Tapi saya penasaran nanti respon fans kamu gimana ya? Saya kayaknya pengen pamer ke mereka deh that in the end of the day, I am the winner.”

Wendy tertawa lagi, Irene benar-benar lucu. Sangat berbeda dengan sosok Irene yang pertama kali ia temui waktu mendarat kembali di negara ini.

“Hmm, I don’t know. Sure mereka bakal kaget, truth to be told mereka sering sih ngepairing aku sama co-workers aku. It’s so funny pasti pas mereka tau none of them get it right because my type is this CEO yang ekspresinya datar, workaholic, suka ngegombal, and the family kind of woman.”

Irene tersenyum malu, namun Wendy tau sebenarnya ia juga bangga. Kelihatan dari senyumannya yang sumringah.

“Tapi kayaknya aku tau deh how to tell the whole world that I love you.” lanjut Wendy.

“How?”

“Like this, I love you.” bisik Wendy

“Why are you suddenly whispering? How the world could hear it?”

“Oh it’s because you’re my world, my universe even.”

Irene cuma bisa tercengang dengan pipinya yang memerah. Ia merasakan euforia yang berlebih dan secara otomatis senyumannya semakin merekah.

’Emangnya kamu doang yang bisa ngegombal?’ batin Wendy sambil menahan tawanya.

Wendy mencium pipi Irene kemudian beralih ke bibirnya secara singkat. Lalu ia mengambil mangkuk yang sedari tadi sudah disiapkan oleh Irene dan mulai mengambil makanan yang tadi sudah dihangatkan oleh fiancée-nya itu.

Sementara itu Irene justru masih mematung dengan senyuman konyol di wajahnya.