“We are all someone's.....” (part 5)
Sepasang kekasih itu kini berada di supermarket langganan Wendy. Mereka berdua ‘terpaksa’ mampir ke supermarket untuk membeli titipan Nyonya Bae. Sebenarnya Wendy sudah memprediksi hal itu, mengingat setiap mereka pulang ke kediaman keluarga Bae, pasti Nyonya Bae akan mengajaknya masak atau baking.
Lokasi supermarket itu cukup jauh dari apartemen mereka namun searah menuju jalan ke rumah keluarga Bae. Menurut sang solois, kompleks di sekitar supermarket itu hanya dihuni oleh orang-orang yang sudah berumur lanjut ataupun yang sudah berpenghasilan mapan, jadi risiko untuk bertemu orang yang tidak diinginkan relatif lebih rendah.
Rumit memang bagi mereka jika ingin pergi berdua di tempat-tempat umum, banyak yang harus mereka pertimbangkan. Terutama karena pekerjaan Wendy dan hubungan mereka berdua yang belum diketahui oleh banyak orang.
Pernah suatu saat ketika mereka sedang membeli kebutuhan bulanan di supermarket ini, tiba-tiba Irene tertawa sendiri dan saat ditanyai oleh Wendy, jawabannya simpel ’Nggak apa-apa, saya cuma bangga aja sama diri saya sendiri. Bayangin orang-orang ngira kamu masih single tapi sebenernya kamu aja udah mau nikah sama saya.’
Sejak mereka memilih untuk memulai hubungan mereka dari awal, keduanya memang sering sekali pergi kencan berdua. Dulu mereka tidak terlalu sering menunjukkan afeksi di tempat umum, namun sejak that wonderful night keduanya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi lebih clingy and touchy.
Hal ini yang seringkali membuat Minjeong maupun Sam sakit kepala. Baik Irene maupun Wendy harus sering-sering diingatkan untuk mengurangi interaksi mereka di muka publik. Kalaupun mereka ingin pergi kencan, mereka harus acting layaknya seorang teman.
Sebenarnya sudah beberapa kali hubungan Irene dan Wendy tercium oleh media ataupun terlihat oleh fans, namun keduanya tetap diam. Tidak memberikan tanggapan apapun. Tentu saja Irene dan Nyonya Do yang lebih banyak bekerja di belakang layar untuk mengurus media-media itu, tanpa sepengetahuan Wendy. Namun sejak pesta Halloween dan stunt that she pulled, Wendy menjadi lebih sadar bahwa ia pun harus mengurangi interaksinya dengan Irene.
Wendy harus berterima kasih sekali lagi pada Sam dan Minjeong yang bisa menangani tingkahnya itu dengan sangat rapi. Bahkan sang asisten pribadi Irene itu menggagas suatu ide karena ia tahu bahwa baik Irene maupun Wendy tetap saja akan sering pergi bersama di depan publik. Baik untuk kencan atau hanya sekedar pergi untuk membeli kebutuhan sehari-hari mereka.
Keesokan hari setelah pesta Halloween, Minjeong berinisiatif untuk ‘menggunakan’ Taeyeon dan Yerim sebagai kamuflase. Ia menyuruh keempatnya untuk ‘jalan-jalan’ dan meminta Taeyeon serta Wendy untuk memposting foto saat keempatnya pergi bersama.
”Semua juga tau kalau Kak Taeyeon itu deket sama Kak Wendy, secara kan satu agensi. Plus Kak Taeyeon juga yang punya agensinya. Terus semua orang juga tau kalo Kak Yerim itu social butterfly and happened to be one of Kak Wendy’s close best friend. Cuma Kak Irene aja yang nggak pernah keliatan sama Kak Wendy. Jadi kalau tiba-tiba ada foto Kak Irene sama Kak Wendy berduaan, orang-orang pasti langsung curiga. So, we need to slowly introduce Kak Irene as your circle Kak.”
Begitu kira-kira ucapan Minjeong yang disetujui oleh Sam dan Taeyeon. Sehingga sejak saat itu seringkali Taeyeon, Wendy, ataupun Yerim memposting kebersamaan Irene dan Wendy dengan alih-alih pertemanan.
“Tinggal kurang cumi sama crab stick.” ujar Wendy saat melihat daftar belanjaan yang dikirimkan oleh Nyonya Bae kepadanya.
Sang solois menoleh ke arah Irene saat ia tidak mendapatkan respon. Ia tahu Irene memang tidak banyak berbicara saat berada di tempat umum, namun rasanya hari ini Irene terlihat berbeda, jauh lebih diam.
“Babe…” bisik Seungwan setelah ia memastikan bahwa tidak ada siapapun di dekat mereka. “Kamu sakit?”
Irene terkejut saat tangan Wendy menyentuh punggung tangannya yang saat ini sedang mendorong troli belanjaan. Badannya terasa sangat pegal dan kepalanya mulai pusing, ditambah ia merasa sedikit nyeri di perut bagian bawah. Namun Irene tidak ingin membuat Wendy khawatir karena tunangannya itu bisa berubah menjadi super cerewet kalau sudah masalah kesehatan. Apalagi akhir-akhir ini kondisi tubuh Irene memang sering drop.
Sang CEO menggelengkan kepalanya dan menepuk pelan tangan Wendy untuk meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Ia tersenyum kemudian menoleh ke kanan dan kiri, memeriksa apakah di sekitar lorong tempat mereka berada sekarang ada orang lain, lalu Irene berbisik pelan di telinga Wendy, “All good. Just tired, I wanna cuddle with you.”
Wajah Wendy memerah saat ia merasakan hembusan napas Irene mengenai telinganya. Sontak Irene yang melihat perubahan ekspresi di wajah Wendy tertawa lepas.
“Kepala kamu mikirin apa sih? Saya kan cuma bilang pengen meluk kamu sambil tiduran aja.” goda Irene.
Secara refleks tangan Wendy mencubit pinggang Irene. “Nggak usah mulai deh. Aku tuh tau ya maksud kamu kemana.”
Irene tidak menggubris peringatan Wendy, ia justru memilih untuk membalas perbuatan Wendy dengan menggelitiki pinggang Wendy. Tiba-tiba ia mendapat energi untuk menjahili Wendy.
“Hyuuun! Ih geli tau! Jangan gini ah, nanti ada yang liat!” bisik Wendy disela-sela Irene yang menggelitiki pinggangnya.
Nampaknya ucapan Wendy cukup mujarab karena Irene langsung berhenti. Ia menarik tangannya dari pinggang Wendy. Namun tak lama setelahnya Wendy mencium singkat pipi Irene.
“Jangan marah yaa… Aku bukan nggak mau kamu sentuh, cuma kan kasian Minjeong sama Sam kalo amit-amit ada yang liat.”
“Iya, nggak marah kok saya. Kamu nggemesin aja tadi. Kurang beli apa lagi kita?”
“Cumi sama crab stick. Kamu nih nggak dengerin aku ya tadi?”
“Hehe maaf ya? You distract me. More like your fashion distracts me.”
Wendy memutar bola matanya. Bukan kali pertama Irene menyuarakan hal tersebut. Shoulderless dan Backless dress adalah dua jenis pakaian yang sering membuat Irene salah fokus, malam itu Wendy mengenakan shoulderless dress berwarna hitam yang dipadukan dengan celana jeans yang cukup ketat. Another distraction as per Irene’s words.
“Hey, I see you rolling your eyes at me. Ini saya serius ya, please stop being seductive, especially pas lagi pergi ke tempat umum kayak gini.” ujar Irene sembari mendorong troli belanjaan mereka.
“This style is totally normal tau. Kamu aja tuh yang otaknya ngeres.”
Irene tertawa, “Says the one who banned me from wearing sleeveless outfit or crop top.”
“Beda tau! Aku tuh tau kamu mau pamer lengan sama abs kamu kan.” cibir Wendy yang memicingkan matanya ke arah Irene.
“Yaudah kan kita impas.” tawa Irene lagi.
Wendy hendak membalas ucapan Irene namun seseorang tak dikenal mendekati mereka berdua dengan tatapan yang sangat Wendy kenali.
“Wendy?! Oh my god!! Ini beneran kita ketemu Wendy Son?!”
Wendy’s fans.
Sang penggemar yang masih terlalu gembira karena bertemu dengan idolanya tidak menyadari kehadiran Irene disebelah Wendy. Kesempatan ini Irene gunakan untuk berjalan ke arah deretan lemari pendingin tempat ia harus membeli cumi dan crab stick titipan bundanya. Ia tahu setidaknya Wendy akan menghabiskan waktu sepuluh menit untuk berbincang dengan penggemarnya.
Bukan kali pertama ia dan Wendy bertemu dengan penggemar saat mereka sedang pergi bersama. Awalnya mereka sempat canggung, namun semenjak rencana yang dijalankan oleh Minjeong, keduanya menjadi lebih rileks.
Tepat seperti tebakan Irene, saat ia kembali mendatangi Wendy, sang tunangan masih asik berbincang dengan 2 orang penggemarnya. Mereka terlihat sangat bersemangat dengan Wendy yang juga tidak kalah bersemangat menanggapi pembicaraan. Irene bisa merasakan bahwa pembicaraan yang terjadi adalah dua arah dan disaat seperti inilah Irene selalu menyadari bahwa Wendy benar-benar mencintai pekerjaannya di bidang entertain.
Sang penggemar yang tadi pertama kali menyadari kehadiran Wendy kini juga menyadari kehadiran Irene. Tadinya ia sudah lebih tenang namun saat menyadari bahwa ia juga berhadapan dengan Irene, tiba-tiba mode fangirl-nya menjadi on kembali.
“OH MY GOD!”
Irene tertawa. Sebenarnya bingung juga harus bereaksi seperti apa.
“Halo?”
“Oh my god, ini beneran?”
Irene dan Wendy saling melempar pandang, berusaha menebak arah percakapan.
“Aku kira Wendy Son sama Irene Bae cuma main bareng kalo ada Taeyeon aja!”
Irene tersenyum, “Oh, nggak kok. Kami juga sering main bareng, sama Yerim juga.” ujar Irene santai.
“Kak Wendy, jangan ketawa ya? Jadi tuh ada orang-orang yang bilang kalian kelihatan serasi gitu! Nah aku termasuk yang setuju!” celetuk penggemar lainnya.
“Kalian lucu banget ya. Kelas berapa? Atau udah kuliah?” tanya Irene.
“Kuliah kak!! Skripsian nih.” jawab sang penggemar yang kemudian berakting seolah-olah menangis.
“Semangat ya kuliahnya.”
Wendy dalam hati tertawa, ia paham betul Irene tiba-tiba menjadi banyak bicara karena tadi penggemarnya itu memuji bahwa dirinya dan Irene terlihat serasi. ”Dasar!”
“Kak, aku harus balik lagi ke dorm aku. Soalnya kita berdua lagi ngerjain tugas juga. Boleh minta foto nggak?”
Wendy mengangguk lalu Irene menawarkan diri untuk menjadi fotografer namun langsung ditolak oleh sang penggemar.
“Boleh nggak kita berdua gantian foto bareng Kak Wendy sama Kak Irene?” pinta sang penggemar.
Wendy sempat terkejut karena ini kali pertama seorang penggemar meminta untuk berfoto bersama dirinya dan Irene. Ia pun tidak tahu apakah Irene merasa nyaman dengan permintaan seperti itu karena Irene sendiri bukan tipe yang suka berfoto walau bersama dirinya.
Namun di luar dugaan. Irene menyanggupi permintaan tersebut.
“Tapi syaratnya kalian nggak boleh upload dimana pun ya fotonya. Disimpan buat kalian aja. Ini jadi rahasia kita berempat ya?”
Kedua fangirl itupun bersorak kegirangan dan berjanji tidak akan mengunggah foto mereka kemanapun.
Setelah sesi foto selesai, Wendy memberikan sedikit hadiah tanda tangan bagi kedua penggemarnya itu.
“Kalian tadi bilang masih kuliah ya?” tanya Irene sembari menunggu Wendy yang sedang menanda-tangani kertas putih bergaris.
“Iya kak.”
“Nih, saya kasih hadiah ya. Anggap aja penyemangat.” ujar Irene yang kemudian memberikan beberapa lembar uang kertas pada kedua gadis tersebut. “Jangan dilihat nominalnya, tapi niat saya aja ya? Saya mau ngajak kalian makan malam bareng tapi ini udah kemaleman. Jadi nanti kalian order makan malam sendiri aja ya? Saya juga pas masih kuliah kalau ditraktir makan pasti seneng banget.”
Lagi-lagi kedua gadis itu melompat kegirangan, kemudian menyampaikan pesan terima kasih pada Irene.
“Kamu tuh ya, gampang banget dijilat.” bisik Wendy saat mereka berdua berjalan menuju kasir setelah berpisah dengan kedua penggemar tadi.
“Huh?”
“Itu tadi kamu jadi cerewet banget, terus mau difoto, pake segala traktir fans aku, itu karena mereka bilang kalo kita serasi kan?”
Irene tertawa, “Well, itu salah satu alasannya. Tapi bukan itu sih alasan utama saya.”
“Apa coba? Aku mau denger.”
“The relationship between you and your fans, it’s something mutual. They like you and support you, then you feel so happy and want to repay their kindness. It’s like a cycle. Saya liat betapa senang kamu tadi waktu ngobrol sama fans kamu, jadi saya mau nunjukin rasa terima kasih saya ke fans kamu. Ya terus kayak yang tadi saya bilang, niat saya cuma mau bikin mereka seneng karena ditraktir makan.”
“We are all someone’s... Like you are their idols, their role models and they’re your motivation. Like I’m your significant other and so do you. It’s only natural for me to appreciate someone who motivates you to keep going and making music.” tambah Irene yang menjawab dengan santai.
Irene terus mendorong troli mereka dengan santai sementara itu ucapannya justru sangat membekas bagi Wendy.