264.
“Renee Baeeeee!”
Irene yang sedang duduk duduk di ruang makan menoleh sejenak ke arah datangnya suara, sebelum ia menggelengkan kepalanya dan kembali memandangi Wendy yang sedang mensetting suhu microwave.
Sedangkan Wendy sempat terkekeh saat mendengar suara Jennie namun ia langsung kembali melanjutkan kegiatannya membuat cookies cokelat.
“Saya masih harus nunggu berapa lama?” tanya Irene pada Wendy.
“30 mins max? Kecuali kalau kamu mau makan cookies plain gitu.” jawab Wendy.
Wendy yang baru mengetahui kalau Irene sangat suka cookies cokelat dari nyonya Bae berinisiatif untuk membuat cookies sembari menghabiskan waktunya menunggu kedatangan Jennie dan Seulgi.
Manajernya sudah memberitahunya tentang berita akan dirinya dan Chanyeol, ia awalnya sempat memarahi Wendy panjang lebar namun ketika Irene mengambil telepon Wendy dan menjelaskan secara singkat apa yang sebenarnya terjadi, barulah Sam sedikit lebih tenang.
Namun tak lama setelahnya ia justru berteriak histeris karena dirinya baru menyadari bahwa Wendy saat itu memang sedang menjalin hubungan, hanya saja bukan dengan Chanyeol melainkan dengan Irene.
Sang CEO hanya bisa tertawa saat mendengar omelan-omelan Sam pada Wendy tentang hubungannya sekaligus menggerutu karena lagi-lagi Wendy tidak memberitahukan padanya tentang hal penting seperti ini.
Sambungan telepon tersebut diputus dengan Wendy yang berjanji ia tidak akan membuat berita heboh lainnya dan Irene yang mengamini hal tersebut serta berjanji bahwa ia juga akan turun tangan terkait berita yang tersebar. Sam kemudian mengatakan bahwa ia siap untuk dikontak kapan saja, jikalau Irene atau Wendy membutuhkan bantuannya.
“Dunia di luar sana lagi gempar, but you two are so domestic damn now I envy you Ren.” ujar Jennie membuka percakapan. Ia menaruh sling bagnya di kursi kemudian berjalan ke arah Wendy.
“Hai Wen, Halo Ren.” sapa Seulgi sembari melambaikan tangannya. Ia mengekor di belakang Jennie.
Berbeda dengan sahabatnya itu, ia memilih untuk langsung melihat-lihat menu makan siang yang sudah tersaji di meja makan.
“Gila harumnya masakan nyokap lo emang nggak pernah ada yang ngalahin.” sambung Seulgi.
“Hi Kak Seul! Mau gue buatin jus nggak?” tanya Wendy yang kali ini sudah membuka pintu kulkas dan melihat-lihat isi kulkas yang sekiranya bisa ia jadikan bahan eksperimennya.
“Kok kamu tadi nggak nawarin saya?”
“Iya nih curang banget! Gue kok nggak lo tawarin Wen?!” Jennie ikut melayangkan protes.
“Hehe sorry sorry. So? Anyone? Mau jus?”
“Gue jus jeruk deh Wen kalo bisa, biar seger lagi panas kayak gini.” jawab Seulgi, ia sudah menarik kursi yang berada tepat di depan Irene.
“Gue samain aja sama Seulgi.” sambung Jennie.
“Okay, so kamu mau apa Hyun?”
“Semangka, coba sini saya mau tau gimana rasa semangka yang kamu bilang fresh banget itu.”
“Ih pendendam.” ujar Wendy disambung tawa oleh Irene.
Irene dan Wendy sama-sama paham bahwa apa yang Irene maksud merujuk pada percakapan mereka tempo hari saat membeli buah-buahan di supermarket. Sedangkan Jennie dan Seulgi hanya bisa memandang keduanya dengan heran.
Sang chef favorite Irene segera bergerak dengan natural mengambil bahan-bahan yang diperlukan serta blender dan peralatan lainnya yang ia butuhkan.
“Gue liat-liat lo fasih banget ya, udah kayak yang punya rumah.” goda Jennie.
Mendengar ucapan Jennie, Wendy menjulurkan lidahnya. Sebenarnya ia cukup malu juga digoda seperti itu, namun memang benar apa yang dikatakan Jennie, ia sudah hampir mengingat setiap seluk beluk tempat peralatan masak disimpan serta tempat dimana bahan-bahan makanan disimpan.
Bahkan, mungkin Wendy lebih hapal dimana letak kopi, teh, dan minuman lainnya yang ada di mini bar dibandingkan dengan Irene.
“Ya gimana nggak fasih, nyokap gue ngajak dia masak mulu.” celetuk Irene.
“Salah siapa kamu nggak mau ikutan masak sama aku dan bunda kamu?” balas Wendy.
Seulgi dan Jennie saling melempar pandang, mungkin mereka berdua tidak perlu sepanik tadi pagi saat melihat berita karena pada kenyataannya toh Irene dan Wendy terlihat sangat santai.
It seems that both Irene and Wendy can handle this situation really well.
Namun baik Jennie maupun Seulgi masih sama-sama tidak berani untuk membuka topik percakapan mereka.
Jennie yang sudah tidak sabar, memilih untuk menendang kaki Seulgi di bawah meja yang sukses membuat Seulgi terkejut. Namun lagi-lagi keduanya hanya berakhir dengan saling memelototi satu sama lain, saling melempar kode agar segera angkat suara.
“Lo berdua kayak anak-anak banget sih. Tadi lo berdua kesini kan buat ngomong masalah beritanya Seungwan, sekarang udah disini malah lempar-lemparan.” omel Irene.
“Ya abis gue kira kan lo bakal gimana gitu ren. Kemaren aja batal ketemu Wendy terus lo badmood.” ucap Seulgi.
Irene hanya bisa tersenyum pahit.
“That’s on me, I admit. So yang ini gimana? Menurut lo baiknya gimana Jen?”
“Kok gue??”
“Ya sekalian ngetes lo nih gue, siapa tau lo beneran tuh dipilih sama kakek lo.”
“Dih sinting ni orang, lagi kayak gini lo buat ngetes gue! Kalo ntar gue salah langkah lo juga sama Wendy yang kena.”
Mendengar jawaban tersebut, Irene menatap Jennie dengan serius. “Jadi lo udah yakin bakal salah langkah?”
“Hah? Dipilih apaan sih?” tanya Wendy sembari mendistribusikan jus buatannya.
“I just wanna know how she handles this kind of issue.” jawab Irene santai.
“Gue tau lo berdua nggak dateng kesini dengan tangan kosong. So Jen?” lagi-lagi Irene menantang Jennie.
Seulgi mengangguk mengiyakan ucapan Irene. Tentu saja mereka datang bukan tanpa persiapan.
“Well if you insist. Pertama, lo nggak boleh balik dulu ke apartemen Wendy, both of you. Biarin aja managernya Wendy yang kesana kalau misal kalian butuh ambil sesuatu.” ujar Jennie, menjabarkan rencana pertamanya.
“Gue setuju.” sambung Seulgi yang juga diamini oleh Irene melalui anggukan kepalanya.
“Lo berdua mending tinggal disini aja. Gak bakal ada yang nyangka kalo Wendy bakal tinggal disini, plus publik juga belom tau tentang lo berdua. Well our workers might knows it karena Wendy sempet jadi plus one-nya Irene kan, tapi lo berdua pun nggak pernah announce hubungan kalian, so I think it’s the safest choice.” lanjut Jennie.
“Yeah, gue juga udah bilang ke nyokap dan bokap gue tentang ini dan tadi mereka setuju supaya Wendy tinggal disini dulu.” balas Irene.
“Hyun, itu bakal ngerepotin keluarga kamu banget. Jadwalku bentar lagi bakalan padet banget, jam kerjaku bakal seberantakan itu, bisa aja aku pulang dini hari terus pagi udah berangkat lagi. Nanti orang tua kamu keganggu.”
“It’s more the reason for you to stay here. Kalau jadwal kamu sepadet itu, you need someone to take care of you too. Saya juga akan sibuk, walaupun nggak mungkin juga saya nelantarin kamu gitu aja, tapi akan tetap lebih baik kalau ada orang yang bisa merhatiin kamu. Bunda contohnya atau bahkan Yerim.” bantah Irene.
“Wen, kalo lo nggak tinggal disini, emang mau dimana lagi? Hotel? Itu sama aja ngumpanin diri lo ke mulut harimau.” ujar Seulgi menyambung ucapan Irene.
“Ya nanti harimaunya diterkam singa Gi, ini nih singanya.” goda Jennie yang menunjuk Irene.
“Gak lucu Jen.”
“Dih balik kayak pantat bayi ya lo Ren? Sensi amat?”
Irene tidak membalas ucapan Jennie, ia justru memilih untuk meminum jus buatan Wendy. “Jangan kebanyakan bercanda lo, ini waktu kebuang sia-sia nanti.”
“Yaudah iyaaaa. Gue lanjutin nih, yang ketiga dan paling penting, agensinya Wendy udah pasti bakal deny rumor yang beredar. Also, no offense ya Ren, kita bakal announce kalau Wendy itu not in relationship with anyone.” ujar Jennie.
Irene mengangguk memahami rencana Jennie. Ia pun sudah sejak awal akan melakukan hal yang sama dengan apa yang Jennie paparkan.
Sementara itu Wendy melirik ke arah Irene, topik barusan adalah topik yang tempo hari menjadi inti pertengkaran mereka and now will Irene gonna take it that easily?
“I think we should just announce that me and Chanyeol never happen. That last part isn’t necessary.”
Jennie sudah hampir membuka suaranya lagi namun Seulgi lebih dulu menggelengkan kepalanya yang membuat Jennie mengurungkan niatnya.
“No, we need to do exactly what Jennie said. Comeback kamu itu tinggal sedikit lagi and this is your first comeback in almost a year and a half Seungwan.” sanggah Irene.
“True Wen, kalo kita announce sekarang tentang lo dan Irene, yang ada pas lo promosi orang-orang bakal lebih fokus to your personal life, to your love life, more than your comeback itself.” tambah Jennie.
“And I won’t let that happen. Kamu udah nyiapin ini semua dari lama Wan, i know that.” ujar Irene.
Wendy menggigit bibirnya, ia masih tidak yakin. Matanya secara tidak sengaja bertemu dengan mata Irene dan ia melihat adanya kepercayaan dan keyakinan dari sorot mata Irene yang kemudian memberikan senyuman kepadanya seakan-akan ia ingin menenangkan Wendy.
“Okay..... we will do that.” ucap Wendy pelan.
“That’s settled then. Gue kabarin Kak Taeyeon dulu ya, makanannya jangan dihabisin!” Jennie mengambil ponsel yang ada dalam sling bagnya dan berjalan mencari ruangan yang lebih hening untuk menelepon Taeyeon.
“Gue ada ide tambahan sih, in case nanti isu ini belum reda. Gue denger-denger kan Wendy ada project sama Taeyeon, we can use it as an excuse. Kita jadiin Taeyeon middle woman disini, jadi Wendy ketemu sama Chanyeol kemarin on behalf of that project gitu. Let’s just say Taeyeon sama Chanyeol yang produksi lagunya.” ujar Seulgi setelah Jennie meninggalkan mereka.
“Nice, we will let Taeyeon know that later.”
“I’ll tell Sam about this.” ujar Wendy, tangannya meraih ponsel yang tergeletak di atas meja.
Wendy memasukkan passwordnya namun ia justru kebingungan saat ia melihat homescreen ponselnya berubah menjadi foto dirinya saat di acara anniversary kantor Irene.
“Sejak kapan jadi ini homescreennya?” batin Wendy. Kalau pun ia se-narsis itu untuk memajang foto dirinya sebagai homescreen, ia sama sekali tidak ingat kalau dirinya memiliki foto dari acara anniversary tersebut.
Sekali lagi Wendy mengunci ponselnya untuk mencoba menginput password, namun kini ia menjadi lebih bingung saat melihat lockscreen ponselnya berubah menjadi selca dirinya dan Irene saat di glamping site.
“Hyun, kamu ganti lockscreenku?”
Irene terkekeh. “Wan, itu yang kamu pegang handphone saya.”
Wendy mengerjapkan matanya, kemudian tangannya dengan cepat membalikkan ponsel tersebut dan menyadari bahwa ponsel miliknya dan Irene memang satu tipe yang sama.
“Hah tunggu, handphone kamu mirip banget sama handphone aku??”
Irene mengangguk.
Reaksi Irene membuat ekspresi di wajah Seungwan berubah.
Pertama, berarti waktu itu ia memang sudah mengambil beberapa selca dan ponselnya memang tidak rusak karena sejak awal ia menggunakan ponsel milik Irene.
Kedua, berarti kini Irene punya beberapa selca dirinya yang Wendy sama sekali tidak memiliki intensi untuk memberikan selca tersebut pada Irene. Because it’s Wendy not Seungwan.
Wajahnya memerah ketika ia menyadari hal-hal ini.
“You used our selca as your lockscreen? and MY birthdate as the password?” tanya Wendy.
Irene mengangguk santai. “Isn’t that what couples always did? Lagian masa saya pasang mukanya Seulgi atau tanggal lahirnya Jennie? That’s ewwh.”
Seulgi tertawa saat ia menyadari bahwa Wendy sedang tersipu malu, “This is the most Irene answer. Ya emang kalo sama Irene lo harus siap-siap kaget buat hal-hal simpel kayak gini sih Wen.”